tirto.id - Boeing mengatakan pihaknya mengetahui bahwa peringatan keselamatan atau safety system di kokpit tak berfungsi. Namun Boeing tidak menyampaikan hal tersebut kepada maskapai penerbangan hingga terjadi kecelakaan salah satu pesawatnya.
NBC mencatat, fitur keamanan tersebut dibuat untuk memberi peringatan kepada pilot ketika sensor kunci mendeteksi adanya keanehan suara pada hidung pesawat.
Namun, beberapa bulan setelah debut 737 Max pada 2017, teknisi Boeing menyampaikan bahwa fungsi itu hanya dapat bekerja jika maskapai membeli salah satu perangkat terpisah, yang tidak wajib dalam paket pembelian unit pesawat.
Sensor tersebut mengalami malfungsi dua kali dalam kurun waktu 6 bulan, yaitu Oktober 2018 di Indonesia dan Maret 2019 di Ethiopia. Kegagalan sensor menyebabkan hidung pesawat langsung menukik ke bawah. Pilot tak sanggup mengendalikan pesawat dan akhirnya kedua pesawat tersebut jatuh karena kesalahan yang sama.
Boeing menambahkan bahwa pesawatnya aman terbang meskipun tanpa peringatan sensor, yang mereka sebut angle-of-attack disagree light. Selain itu, perusahaan memberikan pengarahan cukup untuk kecepatan pesawat, ketinggian, dan performa mesin dan faktor-faktor lainnya bagi pilot untuk menerbangkan pesawat dengan aman.
Pada November lalu, juru bicara Federal Aviation Administration (FAA) memberitahu adanya sinyal yang tidak bekerja pada kecelakaan Maskapai Indonesia, Lion Air yang melibatkan pesawat 737 Max pada 29 Oktober. Namun, FAA juga menyatakan bahwa tidak berfungsinya bagian tersebut hanya menimbulkan resiko kecil.
“Bagaimanapun juga, komunikasi Boeing yang tepat waktu atau preventif dapat membantu mengurangi atau menghapuskan kebingungan yang ada,” kata seorang juru bicara FAA.
Dalam panduan manual Boeing yang diterima oleh Southwest Airlines sebagai operator terbesar unit pesawat seri 737 dan seri Max, lampu peringatan disebutkan sebagai fitur standar seperti seri 737 sebelumnya.
Chichago Tribune melansir, Brandy King, juru bicara Southwest Airlines, menyebut bahwa kecelakaan Lion Air disebabkan tidak berfungsinya indikator angle-of-attack, sehingga Southwest Airlines kemudian menambahkan fitur tambahan untuk mencegah hal serupa terjadi.
Fitur tambahan tersebut membuat pesawat mengaktivasi sensor angle-of-attack sebagaimana mestinya. King menambahkan bahwa kedua fitur tersebut (fitur bawaan angle-of-attack dan fitur tambahan) merupakan tambahan yang perlu diketahui pilot pada saat penerbangan.
Indikator tersebut seharusnya dapat memberi tahu pilot bahwa ada keanehan suara pada hidung pesawat, tetapi nyatanya peringatan tersebut tidak tersedia tanpa fitur tambahan yang dijual terpisah. Sebelumnya, Boeing mengatakan bahwa fitur itu adalah fitur standar di semua seri pesawat Max.
Teknisi Boeing dengan cepat menyadari bahwa peringatan tidak berfungsi tanpa fitur tambahan dan juru bicara Boeing pada Minggu (5/5/2019) menyatakan bahwa kesalahan berasal dari perangkat lunak yang diterapkan di mesin kokpit. Boeing menolak memberi tahu vendor perangkat lunak tersebut ke publik.
Karena dua kejadian kecelakaan pesawat 737 Max, lebih dari 400 unit pesawat Boeing tidak diterbangkan dari pertengahan Maret hingga saat ini (https://tirto.id/sejumlah-negara-larang-penerbangan-boeing-737-max-8-djdp).
Dengan adanya pemberitahuan ini, Boeing berharap FAA dan pemerintah di seluruh dunia melakukan antisipasi dan dengan begitu dapat kembali menerbangkan pesawat 737 Max.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora