tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) resmi meningkatkan status Gunung Sinabung menjadi awas. Langkah ini dilakukan menyusul erupsi yang terjadi pada Kamis (20/7/2017) hari ini pukul 07:20 WIB. Selain mengeluarkan abu vulkanik dan guguran lava, erupsi tersebut juga menimbulkan gempa yang berlangsung selama 386 detik.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, erupsi tersebut disertai semburan abu vulkanik dengan tinggi kolom 3.500 meter dan guguran lava sejauh 1.000 meter ke arah Selatan.
BNPB juga mengimbau kepada masyarakat dan pengunjung agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometer dari puncak, jarak 7 kilometer untuk sektor selatan hingga tenggara, jarak 6 kilometer untuk sektor tenggara-timur, serta jarak 4 km untuk sektor utara-timur.
Tak hanya itu, masyarakat yang beraktivitas dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung juga dihimbau agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar hujan. Adanya potensi tersebut merupakan akibat dari telah terbentuknya bendungan alam di hulu Sungai Laborus. Menurut BNPB, bendungan tersebut dapat jebol sewaktu-waktu apabila tidak kuat menahan volume air.
Pada Rabu (19/7/2017), Gunung Sinabung juga tercatat mengalami erupsi dan memuntahkan abu vulkanik setinggi 1.500 meter. Hingga pukul 06.00 WIB, terjadi pula satu kali gempa tektonik, 20 gempa guguran, dan enam kali gempa dengan getaran rendah.
Kondisi tersebut terus berubah menyusul hingga pukul 12.00 WIB teramati guguran kubah lava dengan jarak luncur 700 meter ke arah tenggara. Selain itu, terjadi pula 35 kali gempa guguran dan satu kali gempa tektonik jauh.
Hingga pukul 18:00 kemarin, Gunung Sinabung telah mengeluarkan erupsi dengan tinggi abu vulkanik 700 meter, serta guguran kubah lava dengan jarak luncur 1.000 meter ke arah timur dan tenggara.
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Yandri Daniel Damaledo