tirto.id - Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyatakan longsor di Serasan, Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), berpotensi terjadi lagi saat hujan lebat.
Salah satu tanda yang paling mudah dikenali, kata Muhari, saat ada rembesan air yang keluar dari tebing yang notabene bukan alur alamiahnya. Ia memastikan kondisi itu akan terjadi longsor.
"Jika ada drainese, itu oke. Jika ada aliran sungai alami, itu oke. Tapi jika keluar dari dinding tebing, itu adalah tanda bahwa dalam hitungan menit, bukan jam, longsor pasti akan terjadi," kata Muhari dikutip dari kanal YouTube BNPB, Selasa (14/3/2023).
Apalagi, lanjut Muhari, saat beberapa hari sebelumnya ada hujan dengan intensitas tinggi atau intensitas sedang namun durasi yang lama.
"Pulau Serasan, Natuna, dua-duanya masuk syarat itu. Hujan sudah satu minggu sebelumnya, intensitas hujan bukan sedang, tapi ekstrem. Ada rembesan, dan ada dua rumah yang dihantam sebelumnya," kata dia.
Hingga hari ini, korban tewas akibat bencana longsor di Pulau Serasan mencapai 48 orang. Kemudian korban yang masih dalam pencarian tim SAR gabungan sebanyak 6 orang.
Muhari menyatakan longsor di Pulau Serasan berpotensi kembali terjadi saat intensitas hujan tinggi. Pasalnya, tanah di Pulau Serasan coraknya lempung sehingga ketika turun hujan tak bisa langsung meresap ke bagian bawah tanah.
"Sehingga jika intensitas hujan yang turun sangat tinggi, air itu adanya di atas akan bikin tanah menggelincir karena hujan bikin tanah jadi lumpur. Karena air enggak bisa masuk ke dalam," katanya.
"Sangat banyak lokasi di Pulau Serasan ini yang kalau habis hujan air langsung melimpah ke bawah, enggak meresap ke tanah. Air hujan seperti air bah datang dari atas bukit," tambahnya.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Gilang Ramadhan