tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan selama periode Januari hingga Maret 2019 jumlah bencana alam di Indonesia lebih banyak dibandingkan tahun 2018.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho berdasarkan hasil analisis, evaluasi, dan prediksi Tim Inteligen Bencana.
"Selama Januari hingga Maret 2019, telah terjadi 1.107 bencana yang menyebabkan 375 orang meninggal dan hilang, 1340 luka-luka dan 850.772 orang mengungsi dan terdampak," kata Sutopo di Gedung BNPB, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (29/3/2019).
Sedangkan berdasarkan data BNPB per Januari-Maret 2018, jumlah total bencana sebanyak 836 dengan korban meninggal dan hilang 100 orang.
Sutopo mengatakan awal tahun 2019 ini, bencana Indonesia sudah memecahkan rekor dari tahun sebelumnya.
Dia juga menerangkan, jika bencana yang paling mematikan pada awal tahun ini yaitu adalah longsor. Pasalnya, bencana tersebut yang paling banyak korban dibandingkan dengan tahun 2017 dan 2018.
"Bencana yang paling banyak memakan korban adalah banjir bandang di Sulawesi Selatan dan di Sentani. Itu karena banjir disana disertai tanah longsor," ujarnya.
Atas kejadian yang menimpa Indonesia ini, BNPB pun memperkirakan kerugian Indonesia paling banyak yaitu menyangkut tempat tinggal masyarakat.
Selanjutnya pada awal tahun ini, jika dilihat dari provinsi, Jawa menjadi pulau paling banyak terkena bencana.
BPNB mencatat sebanyak 356 kejadian terjadi di Jawa Tengah, lalu Jawa Timur 204 kejadian, dan Jawa Barat 173. Kemudian di luar Jawa, Sulawesi 59 kejadian dan Aceh 34 kejadian.
"Di Jawa, masyarakat banyak yang tetap mencoba tinggal walaupun di zona merah yang merupakan daerah rawan bencana," terangnya.
Selain tingkat provinsi, Sutopo menuturkan BNPB juga mencatat adanya lima kabupaten yang terdampak bencana terbanyak di awal tahun ini. Kelima kabupaten itu berada di daerah Jawa.
"Kota Semarang sebanyak 32 kejadian, Temanggung 29 kejadian, Jepara 28 kejadian, Sukabumi 28 kejadian dan Banyumas 22 kejadian. Jawa masih paling banyak terdampak," tuturnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari