tirto.id - PT Bank Negara Indonesia atau BNI mengaku telah mengucurkan dana tambahan senilai Rp3 miliar untuk mendorong program elektronifikasi jalan tol. Dana tersebut akan digunakan untuk subsidi penyediaan kartu uang elektronik yang memberikan diskon kepada konsumen hingga 100 persen pada periode 16-31 Oktober 2017 mendatang.
“Harga kartunya itu kan Rp20.000. Untuk konsumen, pembelian (kartu uang elektronik) digratiskan sampai 31 Oktober. Tapi kartunya saja (sementara saldo tetap harus bayar),” kata SVP Teknologi Informasi BNI Dadang Setiabudi di Jakarta, Kamis (12/10/2017) sore.
Menurut Dadang, BNI dan sejumlah bank seperti PT Bank Central Asia (BCA), PT Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan PT Bank Tabungan Negara (BTN), masing-masingnya telah menyiapkan sebanyak 300 ribu kartu uang elektronik untuk promo mendatang.
Dadang menjelaskan bahwa sudah ada kesepakatan antara kelima bank itu untuk menyediakan sebanyak 1,5 juta kartu uang elektronik. “Jadi 1,5 juta dibagi lima (masing-masingnya 300 ribu kartu). Kalau habis ya nanti ada kesepakatan lagi. Sementara untuk lima bank ini sampai 31 Oktober dulu,” ujar Dadang.
Ia juga mendorong agar konsumen bisa lebih memaksimalkan fasilitas mobile banking maupun SMS banking.
Di samping dari segi infrastruktur tengah disiapkan agar satu mesin EDC (electronic data capture) bisa membaca kartu uang elektronik keluaran berbagai bank, Dadang mengimbau agar konsumen membiasakan diri untuk melakukan isi ulang saldo melalui aplikasi di gawai maupun mesin ATM.
“Karena kalau (mengisi ulang saldo) di gerbang kan malah mengganggu. Saya kira lebih praktis pakai mobile banking untuk isi ulang,” ucap Dadang.
Sementara itu, Dadang juga menjawab kekhawatiran terhadap nasib saldo dalam kartu apabila mengalami kehilangan atau kerusakan.
“Kalau kartunya rusak bisa diganti. Asalkan kartu sudah diregistrasikan, bisa diganti. Tapi kalau belum teregistrasi tidak bisa. Saldo dalam kartu yang diregistrasi itu pun bisa dipindahkan,” jelas Dadang.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto