tirto.id - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang positif dan berkelanjutan pada kuartal I-2024.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menyebut peningkatan kualitas aset tetap menjadi fokus yang diharapkan dan akan mendorong kinerja fungsi intermediasi yang berkelanjutan di tengah tantangan geopolitik global, tekanan inflasi, dan suku bunga.
Selain itu, kombinasi dari perbaikan fundamental, termasuk peningkatan fee based income, efisiensi operasional, serta kualitas aset yang terus membaik, mendorong BNI meraih laba bersih sebesar Rp5,33 triliun pada kuartal I-2024.
"BNI meraih laba bersih sebesar Rp5,33 triliun pada kuartal I-2024, atau tumbuh 2 persen year-on-year (yoy)," kata Royke dalam Paparan Kinerja BNI Kuartal I 2024, Senin (29/4/2024).
Royke menegaskan, perseroan terus melanjutkan transformasi perusahaan yang sudah berjalan selama tiga tahun agar mampu memberikan tingkat profitabilitas yang kuat dan sehat dalam jangka panjang.
"Fundamental BNI semakin sehat dan kuat berkat program transformasi yang menjadi langkah besar kami untuk terus tumbuh dan berkembang, serta beradaptasi terhadap tantangan di tingkat nasional dan global," kata Royke.
Saat ini, BNI diproyeksikan mencapai aspirasi profitabilitas return on equity (ROE) hingga level 20 persen pada 2028 mendatang. Hal ini didasari oleh pertumbuhan aset yang stabil dan berkelanjutan dari segmen prospektif berisiko rendah serta kualitas aset yang semakin sehat.
"Dengan program transformasi ini, kami konsisten melakukan peningkatan kapabilitas SDM dan optimalisasi teknologi sebagai faktor enablers yang krusial. Kami yakin hal ini akan terus mendorong peningkatan produktivitas bisnis, efisiensi operasional, serta kontribusi perusahaan anak," ujar Royke.
Sejalan dengan itu, perseroan juga terus melakukan perbaikan struktural melalui transformasi yang telah dijalankan dari awal tahun 2020.
Beberapa hal yang telah BNI lakukan dalam empat tahun terakhir meliputi penguatan struktur pemodalan, perbaikan internal bisnis proses, hingga penguatan struktur organisasi yang telah memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan bisnis BNI.
Selanjutnya, tantangan terbesar adalah perubahan perilaku nasabah yang menuntut kecepatan. Untuk merespons hal tersebut, BNI pada 2024 akan fokus pada transformasi peningkatan produktivitas tenaga pemasar di seluruh kantor wilayah dan cabang.
"Langkah ini bertujuan agar BNI dapat memberikan layanan yang optimal, responsif, serta secara konsisten memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan," kata dia.
Transformasi peningkatan produktivitas penjualan yang dilakukan mencakup peningkatan kapabilitas cross-selling tenaga pemasar, penguatan tools digital sebagai pendukung proses penjualan, serta peningkatan manajemen kinerja yang dapat meningkatkan efektivitas kerja sales.
"Kami percaya bahwa transformasi ini dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan bisnis dan kualitas aset secara keseluruhan di masa depan," kata Royke.
Sementara itu, terkait perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi serta suku bunga, Royke mengatakan, perseroan senantiasa menganalisis semua perkembangan secara cermat guna dapat mengambil keputusan bisnis yang tepat.
"Dengan optimisme terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia yang tetap sehat dan stabil, BNI yakin bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan akan terus mendukung pertumbuhan bisnis BNI secara berkelanjutan," kata Royke.
Ia menjelaskan, BNI telah melakukan langkah-langkah prudent dan strategis dalam mengelola kondisi likuiditas terutama pendanaan valas melalui penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan kebijakan harga yang efisien.
Selain melalui sumber DPK, BNI memanfaatkan positioning yang kuat di pasar Internasional untuk memperoleh alternatif pendanaan lain yang lebih luas.
BNI juga baru menerbitkan obligasi global senilai 500 juta dolar AS atau sekitar Rp7,95 triliun pada tanggal 5 April 2024.
Penerbitan Obligasi Global dengan tenor 5 tahun ini mendapat respon positif dari investor global, ditandai dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 6,4 kali dari rencana nilai yang diterbitkan.
Tingginya kepercayaan investor global membuat BNI mampu menekan yield obligasi hanya di kisaran 5,3% ketika bookbuilding dilakukan.
Penerbitan obligasi global tersebut dilakukan sebelum terjadi fluktuasi nilai tukar USD terhadap rupiah, sehingga BNI memperoleh harga yang optimal.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Irfan Teguh Pribadi