tirto.id - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat serapan tenaga kerja Indonesia mengalami penurunan pada kuartal II atau Q2 2020. Angkanya turun 13,19 persen menjadi 263.109 orang padahal Q1 2020 sempat mencapai 303.085 orang.
“Pada Q2 263 ribu orang. Dibandingkan Q2 2019 itu 255 ribu. Jadi ya masih selisih di atas dikit gak banyak. 10 ribu lebih,” ucap Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/7/2020).
Capaian Q2 2020 sedikit banyak terdampak pandemi COVID-19, tetapi masih sedikit lebih tinggi dibandingkan Q2 2019 yang mencapai 255.314 orang. Namun angka Q2 2019 sendiri adalah angka terendah dalam 5 tahun terakhir. Selama berturut-turut, serapan tenaga kerja Q2 selalu di atas 255 ribu orang.
Pada Q2 2015 serapannya 370.945 orang, Q2 2016 354.739 orang, Q2 2017 345.323 orang. Lalu pada Q2 2018 tercatat turun di level 289.843 orang dan berlanjut sampai level terendah di 2019.
Penurunan serapan tenaga kerja ini sejalan turunnya realisasi Q2 2020 di angka Rp191,9 triliun. Capaian Q2 2020 ini mengalami kontraksi, minus 4,3 persen dari Q2 2019 dan minus 8,9 persen dari Q1 2020.
Jika dirinci, maka capaian serapan tenaga kerja Q2 2020 ini disumbang oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 145.311 orang. Lalu sisanya Penanaman Modal Asing (PMA) hanya menyumbang 117.798 orang.
Sementara itu realisasi investasi Q2 2020 ini lebih banyak disumbang oleh sektor listrik, gas dan air dengan nilai Rp30,5 triliun atau 15,8 persen dari total investasi Q2. Transportasi, Gudang, dan telekomunikasi mencapai Rp27 triliun setara 14,1 persen.
Posisi keduanya diikuti oleh industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya dengan porsi Rp20,7 triliun atau setara 10,8 persen realisasi. Industri makanan mengikuti dengan realisasi Rp19 triliun atau setara 9,4 persen. Perumahan, kawasan industri, dan perkantoran menyumbang Rp15,2 triliun atau setara 7,8 persen. Gabungan berbagai sektor lainnya tercatat Rp80,5 triliun atau 42 persen.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz