Menuju konten utama

Bisnis Antar Jemput & Jastip Tren Baru di Kalangan Mahasiswa UNS

Penyedia jasa ini biasanya mempromosikan lewat media sosial Twitter dan juga Telegram. Seperti apa testimoni penggunanya?

Bisnis Antar Jemput & Jastip Tren Baru di Kalangan Mahasiswa UNS
Jasa Anjem dan Jastip jadi Andalan Baru Mahasiswa UNS. Screenshot/@unsmfs anjem

tirto.id - Bisnis layanan antar jemput (anjem) dan jasa titip (jastip) sedang banyak digandrungi oleh mahasiswa di Solo, termasuk mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Penyedia jasa ini biasanya mempromosikan lewat media sosial Twitter dan juga Telegram. Akun base kampus memang menjadi primadona di kalangan mahasiswa untuk mencari tahu tentang banyak informasi di sekitar kampus mereka. Maraknya jasa anjem dan jastip ini juga bermula dari akun base UNS yang banyak mempromosikan jasa ini dan di sisi lain, banyak pula yang membutuhkan.

Sistem kerjanya sangat serupa dengan ojek online pada umumnya, yakni pelanggan akan menghubungi penyedia jasa untuk keperluan anjem atau jastip, kemudian pelanggan akan mengirimkan titik lokasi mereka kepada penyedia jasa. Pembayaran jasa ini juga dapat dilakukan melalui dompet elektronik. Kami berhasil menemukan dan mewawancarai salah satu penyedia jasa anjem dan jastip di daerah UNS.

Ia adalah Celo, mahasiswa Pertanian (UNS) semester 7 yang belum genap sebulan menjalani usaha jasa ini. Celo yang mengetahui adanya jasa anjem dan jastip pada awal tahun 2024, mencoba memanfaatkan peluang di tahun ajaran baru dengan masuknya mahasiswa baru.

“Baru buka di 2 sampai 3 minggu yang lalu. Karena melihat musim maba (mahasiswa baru), peluang ada di situ, lihat tren sekarang pada buka anjem,” kata Celo kepada Tirto, Kamis (12/9/24).

Celo, yang meskipun melakukan usaha ini sebagai sampingan, mengaku tetap membatasi jumlah pelanggan tiap harinya. Rata-rata per hari, ada 5 sampai 6 pelanggan yang menggunakan jasa anjemnya ini dengan penghasilan Rp20-35 ribu per hari dan dapat mencapai Rp150-300 ribu dalam dua minggu. Penentuan tarif jasa Celo ditentukan dengan jarak, dan akan dikenakan biaya tambahan per kilometernya.

“(jarak) masih sekitar UNS (tarifnya) Rp5 ribu. Kalau jauh, tambah Rp2 ribu per kilometer. Untuk jastip dikenakan tarif Rp2 ribu sampai Rp3 ribu tergantung jarak sama toko,” terang Celo.

Kemunculan jasa anjem yang ramai belakangan ini jadi peluang baru bagi mahasiswa untuk mencari penghasilan tambahan. Hal ini juga diamini oleh Celo. “Buat sampingan dan penghasilan lumayan buat ganti bensin dan kebutuhan sehari-hari,” imbuhnya.

Selama 3 minggu menjalani usaha ini, Celo mempromosikan lewat media sosial Twitter dan lewat teman-temannya. Ada beberapa syarat dan ketentuan yang pengguna harus lakukan untuk menghindari pelanggan hit and run atau keadaan dimana pembeli atau pengguna jasa tidak melanjutkan proses pembayaran ketika sudah mengkonfirmasi pembelian.

Cara yang dilakukan menghindari hit and run ini misalnya harus membayar DP terlebih dahulu untuk jasa titip makanan yang nominalnya lebih dari 50 ribu. “Nggak ada rules (peraturan) tertentu, yang penting customer harus jelas dan nggak hit and run. Yang rawan itu jastip makanan, jadi biasanya kalau lebih dari Rp50 ribu saya minta payment (DP) dulu, saya kasih QRIS untuk pembayaran,” ujar Celo.

Selain jasa titip makanan, ia menyebut banyak menerima permintaan antar jemput untuk tujuan sekitar kampus, maupun sampai ke tengah kota. Menurutnya, permintaan jasa ini akan ramai pada jam makan siang dan selesai kuliah. Karena usaha ini hanya sampingan bagi Celo, ia hanya membuka atau menerima permintaan di waktu-waktu tertentu.

“Kalau ada yang butuh aku bisa. Tergantung tiap harinya. Kadang buka dari pagi jam 9.00 sampai jam 12.00, mulai lagi jam habis ashar. Biasanya kalau ramai itu di jam-jam makan siang, atau selesai kuliah jam 11.00, jam 14.00, atau sore,” paparnya.

Jasa Anjem Mahasiswa UNS

Jasa Anjem dan Jastip jadi Andalan Baru Mahasiswa UNS. Screenshot/@unsmfs anjem

Anjem dan Jastip Permudah Mahasiswa

AF, mahasiswa FKIP UNS angkatan 2021 merupakan salah satu pengguna jasa anjem dan jastip ini. Ia mengaku telah menggunakan jasa ini sejak awal 2024. “Awal tahu jasa ini dari Twitter dulu dari akun base kampus UNDIP, terus habis itu setelah beberapa waktu tiba-tiba di UNS juga ada. Saya pakai jasa (anjem) dari Januari 2024,” cerita AF pada Rabu (11/9/24) saat dihubungi Tirto.

AF memilih menggunakan jasa ini karena tarifnya yang lebih murah dibanding ojek online pada umumnya. Jika dibandingkan dengan tarif ojek online, menurut A, tarif dari jasa anjem ini bisa mencapai setengahnya saja. Selain itu, AF juga merasa nyaman karena pengguna jasa juga sesama mahasiswa.

“Merasa lebih nyaman karena driver pasti anak kuliahan juga, masih seumuran jadi lebih nyambung lebih nyaman. Terus juga tarif berpengaruh. Karena akun (ojek online) nggak banyak promo, jadi mahal. Kalau pake anjem atau jastip tarifnya setengah dari bayar ojol. jadi, ya sudah mending anjem aja,” ujarnya.

Terkait adanya jasa ini, AF mengemukakan pendapatnya. Menurutnya, hal ini dapat dilihat dari dua perspektif, yakni perspektif mahasiswa sebagai pengguna, dan juga driver ojek online sebagai pesaing. Dari perspektif mahasiswa sebagai pengguna atau konsumen, jasa anjem dan jastip ini sangat mempermudah kehidupan perkuliahan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

Dari sisi tarif, jasa ini juga sangat ramah di kantong mahasiswa jika dibandingkan dengan tarif ojek online. Oleh karena itu, ia berharap jasa seperti ini terus eksis di kalangan mahasiswa. Sedangkan dari sisi ojek online, adanya jasa anjem dan jastip ini membuat konsumen mereka menjadi berkurang.

Kemunculan jasa anjem dan jastip ini mulai ramai di akun base kampus UNS karena banyak yang mencari dan juga mempromosikan jasa mereka, sehingga AF berharap akun base tersebut membuat regulasi yang lebih ketat agar penyedia jasa anjem dan jastip ini sama-sama berasal dari lingkup UNS.

“Berharap kalau driver-driver itu dari di lingkup kuliah aja karena saya sempat menemui driver yang ternyata dia bukan mahasiswa UNS. Karena rata-rata yang pakai, kan mahasiswa UNS, ya (cukup) takut karena termasuk, kan orang luar. Saya berharap ada regulasi baru biar lebih ketat dari UNS menfess sebagai platform yang mewadahi, jadi hubungan driver dan pengguna jasa itu masih lingkup mahasiswa atau alumni,” harapnya.

Berbeda dengan AF, AG, mahasiswa FISIP UNS angkatan 2021, baru mengetahui terkait jasa anjem pada bulan lalu karena sering muncul promosi anjem dan jastip di media sosial Twitter.

Pertimbangan AG untuk mencoba menggunakan jasa ini adalah karena selisih tarif antara ojek online dan jasa anjem. Selain itu, menurutnya, ia dapat memilih driver atau penyedia jasa anjem khusus perempuan.

“Karena harganya lebih murah, selisih 1.000 atau 2.000 bisa jadi pertimbangan besar untuk anak kos, sama sukanya bisa pilih driver khusus cewe jadi lebih aman,” ujarnya pada Tirto, Kamis (12/9/24).

AG juga mengaku jarang menggunakan jasa ini. Meskipun demikian, ia pernah menggunakan jasa ini ketika tidak ada kendaraan yang bisa ia gunakan. “Termasuk jarang (menggunakan anjem), pakai anjem karena lagi nggak ada motor aja waktu itu,” kata AG.

Baca juga artikel terkait JASTIP atau tulisan lainnya dari Adisti Daniella Maheswari

tirto.id - News
Kontributor: Adisti Daniella Maheswari
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Anggun P Situmorang