tirto.id - The Tonight Show yang dibintangi komedian dan artis serba bisa Amerika Serikat Jimmy Fallon pada Kamis (7/12/2016) tampak berbeda. Malam itu, Jimmy tampak gelisah sembari mengatupkan kedua tangannya. Ia terlihat mendengarkan penjelasan seorang pria yang mengenakan jas dan kaos bergambar Mario Bros dengan saksama.
Pria itu, Reggie Fils-Aimé, adalah Presiden Nintendo Amerika. Ia membawa dua misi dalam salah satu acara TV yang sangat digemari masyarakat AS itu: mempromosikan game Mario yang terbaru untuk platform mobile, Super Mario Run, dan debut bagi konsol teranyar perusahaan Jepang itu, Nintendo Switch. Misi kedua ini yang paling ditunggu-tunggu penonton dan juga Jimmy.
Setelah selesai memainkan Super Mario Run dengan sedikit gugup karena disaksikan langsung Shigeru Miyamoto, pencipta Mario Bros dan The Legend of Zelda, Jimmy tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya ketika Reggie membuka sebuah kotak dan mengungkapkan bentuk nyata dari Nintendo Switch kepada dunia.
Wajar jika ia bersemangat, sebab Jimmy – yang mengaku fans Legend of Zelda – mendapat kesempatan menjajal game Zelda terbaru di konsol anyar tersebut secara langsung. "Ini hal terkeren yang pernah ada," katanya sembari tersenyum lebar dan mengontrol Link, karakter utama game tersebut, mengayunkan pedangnya pada monster yang ada.
"Bung, aku sangat histeris! [Konsol] ini adalah game changer!"
Beberapa minggu sebelum Jimmy heboh, netizen sudah mengalami sendiri hype konsol tersebut. Pada 20 Oktober lalu Nintendo telah mengeluarkan video preview Switch dan tak butuh waktu lama bagi video itu untuk menjadi viral. Hingga berita ini ditulis, video itu telah ditonton lebih dari 22 juta orang dan mendapat setengah juta acungan jempol.
Jimmy dan para penggemar game mungkin boleh bergairah, namun mereka tampaknya harus sedikit bersabar. Reggie mengatakan Nintendo baru akan membagikan informasi yang lebih lengkap mengenai konsol yang akan dirilis Maret tahun depan itu pada 12 Januari mendatang.
Bagi Nintendo, Switch memiliki posisi vital. Setelah harga sahamnya terangkat naik karena peluncuran game mobile Pokemon Go, Nintendo saat ini tengah berusaha membuktikan bahwa perangkat konsol rumahan dengan konsep portabilitas adalah masa depan. Sebuah pendekatan yang sejatinya telah mereka lakukan melalui konsol Wii U, meski perangkat itu gagal total di pasaran.
Sebagai catatan, Switch yang berbentuk seperti tablet dapat dipasangkan pada stasiun dock ketika dimainkan di rumah. Ketika gamer ingin membawanya keluar, mereka cukup memasangkan controller yang tersedia pada kedua sisi samping perangkat tersebut dan menariknya keluar dari dock untuk beralih pada pengalaman mobile gaming yang paripurna.
Hal ini berbeda dengan Sony melalui PlayStation dan Microsoft melalui Xbox yang meskipun selalu berupaya menciutkan ukuran konsol mereka, berusaha untuk menipiskan jurang kemampuan antara konsol dengan personal computer (PC).
Kebangkitan game mobile seolah menjadi landasan Nintendo bergerak ke arah portabilitas. Dan bagi mereka Switch adalah jawaban dari titik temu yang manis untuk para gamer yang menginginkan portabilitas tanpa harus banyak berkompromi dengan keterbatasan kemampuan perangkat smartphone yang saat ini menjadi primadona dunia game.
Pertanyaan: Apakah benar Switch mampu menjadi penyelamat Nintendo untuk bangkit dari keterpurukan setelah gagal total dengan Wii U?
Pertaruhan Besar
Nintendo sesungguhnya tidak asing dengan perubahan. Mereka sempat melakukannya dengan konsol rumahan Wii, dan konsol genggam Game Boy serta Nintendo DS.
Wii menjual konsep permainan interaktif motion control yang pada saat itu tidak dapat ditemui di PlayStation dan Xbox, sebuah langkah yang bahkan kemudian ditiru keduanya. Sony dengan PlayStation Vita-nya pun hingga saat ini tidak mampu menyaingi kepopuleran Game Boy dan Nintendo DS beserta variannya.
Sebagai catatan, hingga Juni tahun ini, Wii merupakan konsol rumahan terlaris dari Nintendo dengan catatan penjualan 101,63 juta unit. Game Boy dan Game Boy Advance mencatat angka penjualan lebih dari 200 juta unit. Nintendo DS dan 3DS yang merupakan “penerus” Game Boy juga mencatat penjualan lebih dari 200 juta unit.
Dengan Switch, Nintendo berusaha mengulangi hal yang sama. Seiring berjalannya waktu dan bocoran-bocoran informasi mengenai Switch, banyak pengamat yang meragukannya.
Sejumlah media telah melaporkan bahwa secara perangkat keras, Switch tidak akan setangguh para kompetitornya, PlayStation dan Xbox. Ini berarti para gamer tidak dapat mengharapkan tampilan game dengan visual yang memukau dari perangkat ini. Hal ini masih ditambah dengan laporan dari Polygon, yang mengatakan bahwa Switch akan berjalan 40 persen lebih lambat ketika mereka dilepas dari dock-nya.
Jelas kabar tersebut membawa pertanyaan ihwal pengalaman bermain para gamer ketika membawa konsol tersebut dan bermain dalam perjalanan.
Menilik strategi sukses dengan Wii, Nintendo sedari awal tampaknya memang tidak ingin bersaing dalam hal spesifikasi dengan kompetitornya. Ada hal lain yang diprediksi dapat menjadi faktor kesuksesan Switch, yakni sejumlah game terkenal Nintendo seperti Mario Bros dan The Legend of Zelda, atau bahkan Pokemon.
Niantic Labs telah membuktikan hal itu melalui Pokemon Go. Meski sebelumnya telah membuat game berbasis Augmented Reality (AR) berjudul Ingress, Niantic baru benar-benar meraih kepopuleran lewat Pokemon Go. Sebuah fakta yang menunjukkan bahwa game Nintendo yang dicintai oleh banyak orang dapat mengangkat angka penjualan sebuah produk.
Terlepas dari harga yang mungkin kelewat mahal, game Super Mario Run yang terjun pada perangkat iPhone dikabarkan memiliki kepopuleran yang tidak kalah heboh. 20 juta orang sudah melakukan registrasi awal untuk mengunduh game tersebut ketika sudah tersedia, seperti dilaporkan oleh Newstalk.
Kendati demikian, keduanya jelas menjadi pedang bermata dua bagi Switch. Sebab, di sisi lain, kesuksesan kedua game tersebut seolah menegaskan bahwa tanpa Switch pun, para gamer masih dapat mengandalkan smartphone asal game yang tersedia menarik.
Dengan perangkat keras yang tidak begitu mumpuni dan mengusung konsep portabilitas, secara tidak langsung Switch akan bersaing dengan smartphone. Seiring perkembangan teknologi industri smartphone yang sangat cepat, maka akan sangat mungkin Switch akan kalah bersaing dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Hal itu tidak berarti menutup peluang Switch untuk mencuri pasar dari perangkat mobile, apalagi jika sejumlah game terkenal seperti Donkey Kong dan Legend of Zelda dirilis hanya untuk perangkat ini. Masalahnya, game tidak dapat menjadi jaminan tunggal kesuksesan penjualan sebuah konsol, apalagi jika game tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.
Dengan demikian, Switch jelas kemudian menjadi pertaruhan besar bagi Nintendo untuk bangkit kembali dan dapat berdiri sejajar dengan Sony dengan PlayStation dan Microsoft dengan Xbox-nya. Mengingat segala faktor kekurangan dan kelebihannya, tersisa satu hal yang dapat menentukan apakah Nintendo memenangkan pertaruhan itu atau tidak, dan hal itu adalah harga.
Jika penempatan harga tidak tepat, maka Nintendo terpaksa harus mengucapkan selamat tinggal pada Switch lebih cepat, seperti halnya kepada Wii U bulan pada November lalu.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Zen RS