tirto.id - Perang Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah dan Asia telah membebani pembayar pajak di Amerika sebesar 5,9 triliun dolar AS atau sekitar Rp86.730 triliun (1 dolar AS=Rp14.700) sejak dimulai tahun 2001. Besaran dana itu untuk Perang AS di Afghanistan, Irak, Suriah dan Pakistan hingga 2019.
Estimasi biaya perang AS hingga 2019 itu diungkapkan lewat sebuah laporan studi dari Watson Institute of International dan Public Affairs di Brown University, yang dipublikasi Rabu (14/11/2018).
“Angka 5,9 triliun dolar AS mencerminkan biaya pemerintah di seluruh pemerintah federal AS karena harga perang tidak ditanggung oleh Departemen Pertahanan saja,” tulis Neta Crawford, penulis penelitian tersebut.
Crawford mencatat total pengeluaran terkait perang AS hingga tahun fiskal tahun 2019 sebesar 4,9 triliun dolar AS. Namun karena AS secara kontraktual dan secara moral berkewajiban untuk membayar perawatan veteran pasca 9/11 maka dialokasikan biaya sebanyak 1 triliun dolar AS. Sehingga totalnya mencapai 5,9 triliun dolar AS.
Jika membandingkan dengan laporan Watson Institute of International dan Public Affairs tahun lalu yang menyebut perang AS menelan biaya 5,6 triliun dolar AS sejak 2001, maka biaya perang AS pada 2018-2019 sebanyak 300 miliar dolar AS.
Jumlah 300 miliar dolar AS itu sebanding dengan 15 persen dari total pengeluaran AS sepanjang tahun fiskal 2017-2018, sebab total pengeluaran AS tahun ini sebanyak 2 triliun dolar AS.
Pengeluaran tak hanya untuk Pentagon, tetapi juga untuk Departemen Luar Negeri, pengeluaran wajib untuk perawatan veteran perang, bunga atas utang yang dikeluarkan untuk membayar perang, dan pencegahan terhadap terorisme.
"Biaya perang lebih dari yang kita habiskan dalam satu tahun, ”katanya dalam sebuah wawancara, yang dikutip dari Wall Street Journal, tahun lalu.
Dalam studinya, belum disertakan biaya berulang seperti perawatan medis jangka panjang untuk veteran dan biaya perang yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri.
Penelitian ini juga tidak memasukkan operasi AS lainnya, seperti bantuan ke Filipina dalam perang melawan afiliasi ISIS di sana, atau negara lain di Afrika dan Eropa.
Editor: Yantina Debora