Menuju konten utama
Krisis Pangan & Energi

BI Ungkap Dunia Masih Hadapi Krisis Energi dan Pangan ke Depan

BI memprediksi negara-negara di dunia masih akan menghadapi krisis energi dan pangan dalam beberapa bulan ke depan. 

BI Ungkap Dunia Masih Hadapi Krisis Energi dan Pangan ke Depan
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

tirto.id - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menuturkan negara-negara di dunia masih akan menghadapi krisis energi dan pangan dalam beberapa bulan ke depan. Hal itu karena negara-negara di Eropa akan memasuki musim dingin.

“Test untuk hadapi krisis energi adalah apakah Eropa bisa menghadapi musim dingin yang saat ini terjadi dengan pasokan gas dibatasi Rusia. Kita akan melihat harga minyak dan gas akan naik di beberapa bulan ke depan,” katanya dalam penyelenggaraan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulawesi Tengah dikutip dari Antara, Senin (31/10/2022).

Tidak hanya itu, ancaman Rusia yang akan melakukan pengeboman kapal Ukraina yang membawa gandum ke seluruh dunia juga akan berdampak pada pasokan pangan. Termasuk ke Indonesia.

"Harga komoditas berisiko akan tinggi ke depan, ini simbol bahwa dunia tidak sedang baik-baik saja. Kita tidak menakut-nakuti tapi bagaimana memitigasinya ke depan," bebernya.

Lebih lanjut, dia juga mengatakan sebagaimana bank sentral di berbagai negara pihaknya pun meningkatkan suku bunga acuan dengan harapan fokus untuk mengendalikan inflasi, meskipun kebijakan ini berisiko memperlemah pertumbuhan ekonomi.

“Karena stabilitas perekonomian tidak bisa ditawar. Tidak ada pertumbuhan ekonomi yang tinggi kalau diikuti kenaikan harga yang tinggi yang dapat mengurangi daya beli masyarakat,” katanya.

Langkah BI meningkatkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sampai 4,75 persen, sejalan dengan perkiraan peningkatan permintaan masyarakat ke depan karena pandemi COVID-19 telah terkendali. Dari sisi pasokan, BI juga bekerja sama dengan kementerian dan lembaga lain, serta pemerintah daerah untuk menjaga pasokan bahan pangan melalui GNPIP yang digelar di berbagai wilayah.

Beberapa program yang didorong melalui GNP adalah urban farming yang diharapkan dilakukan oleh masyarakat dan operasi pasar yang dapat dilakukan dengan menggunakan dana tidak terduga sebesar 2 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

“Masalahnya saat ini serapan belanja tidak terduga sebesar 2 persen dari APBD masih sangat rendah, padahal Presiden Jokowi selalu meminta agar dana itu digunakan sehingga dana itu sudah legal untuk digunakan,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait EROPA KRISIS ENERGI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin