tirto.id - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyebutkan penguatan mata uang rupiah adalah dampak dari sejumlah faktor global saat ini. Meski tidak menyebutnya sebagai faktor yang utama, namun Dody mengatakan bahwa salah satunya ialah terkait rencana pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden Cina Xi Jinping.
Trump dan Xi Jinping memang dikabarkan bakal segera bertemu untuk mencari solusi perdagangan antar kedua negara. Adapun Dody mengatakan bahwa pertemuan tersebut merupakan salah satu peristiwa penting yang ditunggu pasar.
“Semua berharap positif terhadap pertemuan antara Presiden Trump dengan Xi Jinping untuk memberikan paling tidak solusi yang positif. Sehingga dampaknya nanti juga positif kepada emerging currency,” kata Dody di Hotel Pullman, Jakarta pada Selasa (6/11/2018) siang.
Lebih lanjut, Dody menilai mata uang rupiah yang menguat juga dipengaruhi sejumlah kinerja positif dari indikator perekonomian dalam negeri. Dody pun menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III 2018 yang tercatat 5,17 persen menunjukkan adanya sejumlah indikator, seperti dorongan permintaan domestik, serta investasi dan tingkat konsumsi yang masih besar.
Dengan demikian, ia mengklaim perekonomian Indonesia masih terus bertumbuh sesuai koridor, di samping data pembiayaan kredit yang terlihat mulai meningkat.
“Artinya roda perekonomian bergerak. Sentimen terhadap keyakinan konsumen dan produsen itu positif untuk perekonomian pada kuartal III 2018. Mungkin nanti juga di kuartal IV 2018,” ucap Dody.
“Jadi semuanya itu memberikan gambaran dan dukungan kepada mata uang rupiah untuk saat ini bisa di bawah Rp15.000 per dolar AS,” tambah Dody.
Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa (6/11/2018) pagi memang menunjukkan penguatan sebesar 84 poin. Mata uang rupiah tercatat bergerak ke posisi Rp14.892, dari yang sebelumnya di angka Rp14.976 per dolar AS.
Masih dalam kesempatan yang sama, Dody juga menegaskan kembali komitmen BI yang bakal terus menjaga rupiah untuk tetap berada pada fundamentalnya. BI pun mengklaim terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora