tirto.id - Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan kredit pada 2017 akan mencapai tingkatan 'double digit' atau tumbuh di atas 10 persen, seiring dengan ekonomi global yang mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Hal itu disampaikan oleh Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui usai rapat kerja dengan Komisi XI di Jakarta, Rabu (14/12/2016). Namun demikian untuk tahun ini, lanjutnya, bank sentral memperkirakan pertumbuhan kredit hanya akan mencapai kisaran 7-9 persen, seiring dengan masih melambatnya perekonomian global.
"Pertumbuhan kredit bulan lalu kan ada di kisaran 7,5 persen. Tahun ini sekitar 7-9 persen. Untuk tahun depan pertumbuhan kredit antara 10-12 persen," ujar Agus.
Agus mengakui, pertumbuhan kredit industri perbankan tahun ini terhambat oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah. Namun, ekonomi global mulai menunjukkan perbaikan di mana harga komoditas kini lebih baik dibandingkan sebelumnya.
"Kami perkirakan di 2017 setelah Juni atau semester pertama, NPL [rasio kredit bermasalah] sudah terkendali dan ekspansi kredit sudah dilakukan," kata Agus.
Pada akhir Triwulan III 2016, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tercatat sebesar 22,3 persen, dan rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada level 20,2 persen. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 3,1 persen (gross) atau 1,4 persen (net).
Transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga sampai dengan September terus berlangsung, tercermin dari berlanjutnya penurunan suku bunga deposito sebesar 108 bps (ytd) dan suku bunga kredit sebesar 60 bps (ytd). Namun demikian, transmisi melalui jalur kredit belum optimal, terlihat dari pertumbuhan kredit yang masih terbatas sejalan dengan permintaan yang masih lemah, termasuk untuk kebutuhan investasi dari korporasi.
Pertumbuhan kredit triwulan III-2016 sebesar 6,5 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,9 persen (yoy). Sementara itu, jalur transmisi melalui pasar modal, seperti penerbitan saham, obligasi, dan medium term notes (MTN), mengalami peningkatan.
Selanjutnya, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan III 2016 sebesar 3,2 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,9 persen (yoy).
Perlambatan tersebut diperkirakan bersifat sementara terkait dengan pemenuhan kewajiban dalam rangka implementasi UU Pengampunan Pajak dan diperkirakan akan kembali meningkat pada akhir tahun.
Bank Indonesia sendiri meyakini transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial akan terus berlanjut dan mendorong peningkatan pertumbuhan kredit dan pembiayaan ekonomi lainnya guna menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ke depan.
"Jadi, saya mengharapkan di 2017 pertumbuhan kredit antara 10-12 persen," ujar Agus.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara