tirto.id - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung menyebut, saat ini terdapat 20.000 lebih jenis aset kripto di seluruh dunia dan berpotensi akan terus bertambah. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari teknologi yang kian pesat selama pandemi COVID-19.
"Saat ini, ada lebih dari 20.000 jenis kripto pribadi mata uang di seluruh dunia. Dan dana yang mengalir ke mata uang kripto pribadi juga akan terus bertambah dari waktu ke waktu," katanya dalam Side Event G20 Advancing Digital Economy and Finance. di Nusa Dua, Bali, Selasa (12/7/2022).
Masifnya penggunaan kripto di seluruh dunia, menjadi faktor mendasar bank sentral diberbagai negara untuk mengkaji secara mendalam mengenai Central Bank Digital Currency (CBDC).
Terlebih, perkembangan aset kripto menimbulkan kekhawatiran munculnya risiko keuangan. Ini sejalan dengan tingginya kapitalisasi pasar yang dikombinasikan dengan adopsi yang kuat.
"Selain itu, transisi dari web 2.0 ke web 3.0 memungkinkan mereka untuk memperluas kasus penggunaan mereka tidak hanya melalui ruang keuangan yaitu Decentralized Finance (DeFi) dengan fitur pinjam meminjam, dan pasar modal, tetapi juga menjadi use case ekonomi riil, yaitu metaverse," ucapnya.
Dengan demikian, CBDC diyakini dapat memainkan peran penting bagi sistem keuangan masa depan. Bahkan mata uang digital bank sentral ini juga dinilainya cocok untuk digunakan sebagai alat tukar yang sah dalam ekosistem terdesentralisasi.
Adapun berdasarkan survei BIS 2021, 86 persen dari responden bank secara aktif meneliti (pengembangan) CBDC. Di mana 60 persen diantaranya sedang dalam tahap eksperimen dan 14 persen telah menerapkan proyek percontohan.
"Ini menjadi motivasi kuat bagi bank sentral di seluruh dunia dalam memperluas upaya mereka pada eksperimen CBDC," tandasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang