Menuju konten utama

BI & Bank Sentral Cina Sepakat Pakai Rupiah-Yuan dalam Perdagangan

People’s Bank of China dan BI sepakat mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi langsung.

BI & Bank Sentral Cina Sepakat Pakai Rupiah-Yuan dalam Perdagangan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kiri), dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto, memberikan keterangan pers mengenai langkah kebijakan untuk menjaga stabilitas moneter dan keuangan akibat dampak virus corona di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/ama.

tirto.id - Bank Indonesia dan People Bank of China (PBC) menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antarkedua negara atau dikenal dengan nama Local Currency Settlement (LCS). Keputusan ini juga menetapkan penggunaan mata uang lokal untuk keperluan investasi langsung.

“People’s Bank of China dan Bank Indonesia sepakat untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi langsung,” ucap BI dalam keterangan tertulis, Rabu (30/9/2020).

Kesepakatan ini tertuang dalam Nota Kesepahaman, Rabu (30/9/2020) antara Gubernur People’s Bank of China (PBC), Yi Gang dan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo. Sebelum ada kerja sama dengan pemerintah Cina, Indonesia sudah menjalin kesepakatan yang sama dengan Bank of Thailand, Bank Negara Malaysia, dan Kementerian Keuangan Jepang.

Di dalam kesepakatan itu juga mencangkup penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung dan perdagangan antarbank untuk mata uang yuan dan rupiah. Nantinya kerja sama akan terus diperkuat melalui sharing informasi dan diskusi secara berkala antara otoritas Cina dan Indonesia.

“Otoritas kedua negara memandang hal tersebut akan berkontribusi positif dalam mendorong penggunaan mata uang lokal untuk penyelesaian perdagangan dan investasi langsung antara kedua negara,” demikian penjelaskan BI.

Kerja sama antara Bank Indonesia dan PBC ini pastinya memberi dampak pada stabilitas rupiah terhadap dolar AS. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Cina memegang pangsa impor tertinggi dengan angka 24,72 miliar dolar AS selama Januari-Agustus 2020. Angka itu setara 29,90 persen dari negara-negara lain mengalahkan Jepang, Singapura. Bahkan Amerika Serikat hanya memegang 4,97 miliar dolar AS.

Pangsa ekspor Indonesia juga paling banyak ke Cina. Januari-Agustus 2020 mencapai 17,81 miliar dolar AS setara 18,19 persen nilai tukar.

Baca juga artikel terkait PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz