Menuju konten utama

Betapa Tak Terjangkaunya Biaya Sewa Mobil Jenazah

Ada bagian masyarakat kita yang membawa jenazah dengan alat transportasi tak lazim akibat mahalnya biaya sewa kereta jenazah.

Betapa Tak Terjangkaunya Biaya Sewa Mobil Jenazah
Ilustrasi mobil jenazah. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Seorang polisi lalu lintas memberhentikan sebuah motor matik berwarna biru berbonceng tiga. Dua orang penumpang mengenakan helm, tapi tidak penumpang paling belakang. Saat diperiksa, ternyata satu orang yang berada di tengah adalah jenazah.

Rekam gambar kejadian tersebut diunggah dalam akun Instagram Brigjen. Pol. Krishna Murti, @krishnamurti_bd91. Saat itu, polisi mendapati jenazah masih lengkap berpakaian dan mengenakan helm. Mereka lalu mengantar keluarga dan jenazah sampai ke rumah duka dengan mobil patroli polisi lalu lintas (polantas) Tanjung Jabung Timur, Jambi.

“...adalah jenazah yang meninggal di jalan,” tulis Krishna dalam captionnya.

Cerita di atas merupakan secuil dari ragam kisah pilu para anggota keluarga yang harus membawa jenazah orang terkasihnya dengan cara tak lazim. Tahun lalu, misalnya, ada cerita nelangsa dari Aspin Ekwandi yang tak mampu membayar biaya kereta jenazah sebesar Rp3,2 juta untuk anaknya. Ia terpaksa pulang dari RSUD M. Yunus Bengkulu ke Kecamatan Lungkang Kule, Kabupaten Kaur, menggunakan travel dan membungkus jenazah anaknya dengan tas belanja.

Soni, bukan nama sebenarnya, berkisah kepada saya tentang perjalanan lima tahun silam saat membawa jenazah sang istri pulang ke Pekalongan, Jawa Tengah. Istrinya meninggal karena sakit. Biaya yang diperlukan untuk melewati jarak sejauh 830 km berkisar antara Rp12 juta kala itu. Bagi pria berumur 53 tahun tersebut, uang sebanyak itu cukup memberatkan. Mereka adalah perantau, yang bahkan untuk pulang ke kampung halaman saja harus menunggu hari raya setiap dua tahun sekali.

“Kereta jenazah hanya mengantarkan dari rumah sakit ke rumah saya di Bali,” ujarnya pilu.

Akhirnya, pengrajin batik di Bali ini memutuskan menyewa travel untuk membawa jenazah istrinya ke peristirahatan terakhir. Si sopir bersedia, asalkan bayarannya digandakan hingga dua kali lipat. Soni setuju. Pikirnya, biaya yang dipatok masih jauh lebih murah dibanding sewa kereta jenazah. Sebelum berangkat, ia mendandani jenazah sang istri dengan jilbab panjang, cadar, dan kacamata hitam. Tak luput tas jinjing yang dikaitkan ke tangan.

Sepanjang perjalanan ke Pelabuhan Gilimanuk, jenazah istrinya diposisikan duduk layaknya penumpang umum. Saat memasuki kapal, jenazah yang ditinggal di dalam mobil sempat dicurigai pihak keamanan. Soni pun memberikan kartu identitas sembari berkilah bahwa istrinya menghindari mabuk laut saat melihat ombak.

Menjelang malam hari, mereka baru tiba di Pelabuhan Banyuwangi. Ketika itu, Soni benar-benar lupa membuka kacamata hitam jenazah. Akibatnya, pihak keamanan Pelabuhan Banyuwangi menaruh curiga. Mereka menanyakan alasan istrinya masih menggunakan kacamata hitam di waktu Magrib.

“Saat itu saya buru-buru jawab bahwa istri saya tidak berbicara dengan lawan jenis yang bukan muhrim,” kata Soni. Jawaban itu berhasil menyelamatkan ia dari pemeriksaan lebih lanjut.

Menyiapkan Biaya Kematian

Oktober di tahun 2016 adalah bulan penuh duka bagi Margaretha Fasya. Ia harus kehilangan sang keponakan, anak dari kakaknya yang meninggal karena diare akut. Awalnya, sang keponakan dirawat di RS Bhakti Husada, tapi di hari kelima ia diperbolehkan pulang. Tak lama berselang, keadaan justru memburuk, keluarga membawanya ke RSUD Bekasi.

Malang, saat itu nyawa keponakan Margaret tak terselamatkan. Pihak keluarga pun segera mengurus sewa kereta jenazah. Sejak waktu meninggalnya sang keponakan, ada selang waktu satu jam mengurus segala tetek-bengek. Uang sewa kereta jenazah dipatok mencapai Rp3,6 juta dari RSUD Bekasi ke Bekasi Timur.

“Pembayaran dua kali, muka dan sisa sebanyak Rp1 juta setelah sampai di tujuan,” tutur Margaret.

Nominal tersebut jelas cukup besar jika dibandingkan dengan jarak tempuh yang terbilang dekat. Rasanya cukup memberatkan, mengingat biaya tersebut harus ditanggung keluarga yang sedang berduka.

Tak hanya Margaret yang mengeluh tentang biaya kereta jenazah, Novita Sari Pratama juga memiliki pengalaman serupa. Pada 2014, saat ibunya meninggal, ia sempat kalang kabut mencari kereta jenazah di tengah malam. Tiga setengah jam ia habiskan untuk melobi jasa kereta jenazah yang mau mengantar ke persemayaman ibunya di Pacitan, Jawa Timur agar sesuai dengan dana yang ia miliki. Ada yang cocok harganya, tapi tak berani mengambil jarak jauh. Begitu juga sebaliknya.

“Akhirnya kita pakai kereta jenazah yang disediakan rumah duka, sekitar Rp8 juta sudah sama peti,” ceritanya. Meski mengaku cukup terbebani dengan jumlah biaya sewa, tapi Novi akhirnya setuju. “Masak mau ngubur mama saja hitung-hitungan," katanya.

Fitrullah Izzuddin, seorang pemilik jasa penyewaan kereta jenazah di daerah Antasari, Cilandak, bercerita kepada saya ihwal biaya sewa paling banyak dialokasikan untuk menggaji supir dan kenek. Dari total biaya yang ditarik dari penyewa, sekitar 60-70 persen diberikan pada mereka. Sisanya pun masih harus dikurangi bensin, tol, dan biaya perawatan, baru kemudian diambil sebagai profit.

“Sopir dan kenek itu bisa sampai Rp1,2 juta itu batas sampai Jawa Tengah dan Palembang,” kata pria yang karib disapa Afit ini.

Infografik mobil jenazah

Jasa persewaan kereta jenazah sudah ia geluti selama 15 tahun. Pertama kali, ia membukanya di daerah Kota Tangerang dengan empat buah armada, kemudian bertambah lima armada di Jakarta. Namun, baginya, usaha persewaan yang ditekuni bukan mencari profit semata. Afit bahkan tak mematok biaya tertentu untuk mengantar jenazah di area Jabodetabek.

Tarif pengantaran ke wilayah lain juga tak dihitung per kilometer, seperti biaya persewaan kereta jenazah pada umumnya. Yang penting, katanya, cukup untuk menggaji supir dan kenek. Namun, rata-rata orang membayar sekitar Rp2 juta sampai batas pengantaran di area Jawa Barat. Itu pun masih bisa ditawar apabila pihak keluarga merasa terbebani.

“Saya membangun jasa mobil jenazah ini tujuannya untuk membantu pembiayaan,” ungkapnya.

Hanya saja, ia melanjutkan, harga yang dibayar penyewa belum termasuk pembelian peti mati. Jika peti mati yang diminta termasuk kualitas A, terbuat dari kayu jati, maka biaya tambahan yang dikenakan berkisar Rp40-80 juta. Peti kualitas B dan C dihargai cukup dengan Rp1-1,5 juta saja.

Selama ini, ia sudah melakukan jasa pengantaran jenazah visa jalur darat hingga ke Denpasar, Labuan Bajo, hingga Aceh. Per minggu, Afit bisa melayani hingga 20 jasa sewa. Selain mobil jenazah, ia juga melayani penyewaan ambulans pasien berstandar nasional, lengkap dengan alat-alat penyelamat nyawa.

Sejatinya, pemerintah di beberapa daerah telah mengeluarkan kebijakan untuk meringankan beban warganya terkait penyewaan kereta jenazah. Sebut saja Jakarta, Tangerang, dan Jambi. Warga ketiga daerah ini cukup menghubungi pelayanan terkait untuk mendapat sewa kereta secara cuma-cuma.

Baca juga artikel terkait JENAZAH atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani