tirto.id - Bernie Sanders menjadi pusat perhatian publik selepas upacara pelantikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris pada 20 Januari 2021 kemarin. Kali ini, warganet menyoroti gaya berpakaiannya di acara tersebut. Alih-alih berdandan rapi dengan setelan jas mewah selayaknya tamu undangan lain, Sanders justru berpakaian praktis dan terkesan “seadanya” pada seremoni bersejarah itu.
Senator Vermont itu hadir dengan jaket musim dingin tebal, sarung tangan cokelat, dan celana panjang hitam sambil menggenggam selembar amplop manila. Sebuah masker medis biru tersemat menutupi hidung dan mulutnya. Sanders seolah tengah dalam perjalanan menuju kantor pos untuk mengirim berkas penting. Padahal, dia datang memenuhi undangan pelantikan Presiden Amerika ke-46.
Potret Sanders dengan cepat menjadi inspirasi dari ratusan meme lucu yang viral di internet. Tidak hanya itu, jaket musim dingin berlabel Burton yang dipakainya dirumorkan ludes terjual dalam waktu singkat.
Sementara itu, sarung tangan cokelat yang dia kenakan disebut sebagai aksesori fesyen yang paling dicari setelah acara inaugurasi berakhir. Sayangnya, warganet kecele karena sarung tangan itu rupanya hasil rajutan Jen Ellis, seorang guru dari Vermont. Ellis memberikannya sebagai hadiah untuk Sanders. Jadi, sarung tangan itu tentu saja tak akan ditemui di toko fesyen mana pun.
Seturut The Guardian, banyak orang memesan sarung tangan yang sama kepada Ellis setelah viralnya meme itu. Tapi, melalui laman media sosialnya, Ellis menegaskan bahwa dia tidak berencana menjual atau menerima pesanan sarung tangan macam itu.
“Saya adalah guru dan juga seorang ibu. Semua itu membuat saya sangat sibuk. Jadi, tidak mungkin saya dapat membuat 6.000 pasang sarung tangan,” kata Ellis seperti dikutip The Guardian.
Sanders sendiri menanggapi viralnya meme itu dengan santai. Sambil tertawa, dia menjelaskan bahwa tampil nyaman saat Washington DC diliputi cuaca dingin lebih penting daripada memakai busana modis.
“Di Vermont, kami mengenakan pakaian yang hangat, kami paham rasanya udara dingin,” kata Sanders kepada CBS News dan dikutip Harpers Bazaar. “Kami tidak terlalu mementingkan pakaian yang trendi. Kami ingin tetap hangat dan itulah yang saya lakukan hari ini.”
Seremoni kenegaraan memang lekat dengan tradisi berbusana resmi. Para petinggi negara biasanya menyiapkan busana dengan matang. Lazimnya adalah setelan jas hingga gaun rilisan label busana premium. Busana yang mereka kenakan bisa juga dibaca sebagai sebuah “pernyataan" diri. Karena itulah, gaya berpakaian Sanders yang “seadanya” itu jadi terkesan mencolok.
Meski begitu, ini bukanlah kali pertama Sanders mengabaikan tradisi berbusana pada acara formal. Sanders memang dikenal sebagai tokoh publik yang memilih berpenampilan praktis pada seremoni-seremoni akbar. Dia juga tak pernah buang waktu untuk berbasa-basi dengan tamu lainnya.
“Tetapi, sebagian orang juga menganggap ketidakpedulian semacam itu cukup menawan. Asal tahu saja, mengabaikan konvesi busana di acara resmi seperti itu juga butuh tekad. Ketidakpedulian mungkin adalah gaya baru,” tulis kolumnis The Guardian Poppy Noor.
Gaya Dadcore
Dunia mode menyebut gaya berpakaian Sanders dengan sebutan dadcore. Istilah ini berasal dari dua kata, yakni dad dan hardcore. Ia merujuk kepada gaya busana pria yang menyerah dan tidak lagi peduli dengan fesyen kala mereka menjadi seorang ayah.
Istilah dadcore mulai mencuat di media arus utama pada 2016. Sejak itu, telah lebih dari 10.000 unggahan Instagram yang disemati label dadcore. Menurut The Guardian, gaya busana ini sebenarnya mulai muncul sejak akhir 1990-an. Referensi dadcore sebagai sebuah ejekan pertama kali muncul dalam film High Fidelity (2000) yang disutradarai Stephen Frears.
Dalam salah satu adegan film itu, tokoh Rob (diperankan John Cusack) diperlihatkan memakai sweater garis-garis berwarna merah marun, krem, dan cokelat. Sweater Rob itu lantas disebut tokoh Barry (diperankan Jack Black) sebagai sweater terburuk yang pernah dia lihat.
Gaya dadcore juga kerap disebut sebagai anti-fashion karena dianggap tidak modis dan ketinggalan tren. Sering kali, ia jadi tertawaan karena padu padan yang berantakan. Padahal, dadcore sebenarnya menekankan pada kepraktisan dan kenyamanan berpakaian--persis sebagaimana yang dimaksud Sanders.
Coba lihat gaya busana dadcore Barack Obama yang sering tertangkap kamera saat dia masih jadi presiden. Obama kerap terlihat mengenakan celana jeans berpotongan lebar yang disebut dad’s jeans, sepatu kets ala pelatih olahraga, jaket windbreaker, dan topi bisbol. Semuanya identik dengan dadcore dan dia kerap diejek karena memakainya.
Politikus Partai Republik Sarah Palin, misalnya, sempat berkomentar, "Orang-orang melihat Putin sebagai lelaki yang bergumul dengan beruang dan mengebor minyak, sementara presiden kita dipandang sebagai lelaki yang memakai jeans ibu-ibu.”
Sementara itu, sang istri Michelle Obama mengatakan dalam acara televisi Access Hollywood pada 2008, “Menurutku, lucu jika dia direpotkan oleh persoalan fesyen hanya karena celana yang mungkin dia miliki sejak 10 tahun lalu.”
Walaupun kerap diejek, Levi’s merilis ulang Jeans 505 yang ikonik kala Obama sudah lengser. Celana yang sempat hilang dari peredaran sekitar 1970-an ini meninggalkan jejak sebagai dad’s jeans orisinal dan pernik dadcore murni.
Gaya berpakaian politikus Inggris Jeremy Corbyn juga kerap dilabeli anti-fashion karena berantakan dan “kebapakan”. Corbyn yang identik dengan sepatu dan kaus kaki olahraga, sweater rajutan, dan jaket antibasah itu turut menginspirasi desainer Martine Rose menciptakan koleksi pakaian pria SS18.
Gaya pakaian tidak lagi menjadi prioritas utama ketika seorang pria telah menjadi bapak-bapak, meski dulu dia mungkin sangat rajin mengikuti tren fesyen. Jadi, wajar jika dadcore menjadi bahan olok-olok pada mulanya. Tapi, seiring waktu, gaya ini justru menjelma menjadi suatu identitas.
Keith Abrams dari butik Kinfolk menyebut dadcore sebagai perlawanan dari fesyen dan streetwear. Dadcore seumpama pernyataan yang menegaskan penolakan untuk ikut-ikutan arus fesyen yang bergerak cepat. Ketika seseorang tidak mau ikut-ikutan, menurut Abrams, sebenarnya dia sedang menciptakan tren tersendiri.
Itu sebabnya para penampil dadcore menjadi begitu mencolok. The Guardian bahkan pernah menyebut dadcore sebagai salah satu gaya yang penting untuk zaman ini. Terbukti, dalam beberapa tahun belakangan, gaya dadcore mulai diadaptasi oleh label busana mewah.
Selain Martine Rose dengan koleksi SS18 yang rilis pada 2017, ada pula Balenciaga yang memamerkan koleksi pakaian musim semi untuk para bapak pada 2018. Demna Gvasalia, sang desainer, mengakui koleksi ini terinspirasi dari para ayah yang pergi ke taman bersama anak-anak. Para model pria pada gelaran fashion show kali itu menggandeng anak-anak yang turut memeriahkan catwalk.
“Hasil karyaku adalah tentang realitas. Karyaku jujur. Ini adalah apa yang sedang terjadi di sekeliling kita,” kata Gvasalia kepada US Vogue.
Normcore vs Dadcore
Normcore kerap dikaitkan dan disebut sebagai akar dari dadcore. Istilah ini mencuat pada 2013. Normcore terdiri dari dua kata normal dan hardcore. Istilah ini mengacu kepada seseorang yang menjadi pemakai busana normal garis keras.
Dalam fesyen, normcore disematkan pada seseorang yang secara sadar menggunakan pakaian tanpa mengikuti tren atau gaya busana terbaru. Karakter pakaian yang dipilih adalah pakaian yang tidak mencolok, polos, dan sederhana.
Orang yang memilih untuk bergaya normcore berusaha menampilkan diri sebagai sosok yang membosankan dan biasa aja. Selain sering diibaratkan sebagai sebuah “perayaan menjadi biasa-biasa saja”, gaya normcore juga diasumsikan sebagai cara menunjukkan citra umum yang bisa diterima oleh kelompok yang berbeda-beda.
Meski tampak sama dalam sekilas pandang, normcore dan dadcore pada dasarnya punya perbedaan. Mereka yang bergaya normcore adalah orang-orang yang dengan sadar memilih mengabaikan tren fesyen. Sedangkan dadcore, sebagaimana asal-usulnya, adalah gaya yang lahir dari para ayah yang cenderung tidak menyadari bahwa gaya busana mereka sudah ketinggalan zaman.
Editor: Fadrik Aziz Firdausi