Menuju konten utama

Berhati-hatilah Saat Bercinta, Jangan Sampai Penis Cedera

Seks dalam posisi tertentu membawa risiko lebih tinggi.

Berhati-hatilah Saat Bercinta, Jangan Sampai Penis Cedera
Ilustrasi cedera penis. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Bersenggama dengan orang yang tepat dan cara yang tak berbahaya seharusnya menjadi aktivitas yang menyenangkan. Namun, ia bisa menjadi petaka apabila Anda terlalu bersemangat dan tak berhati-hati. Penis bisa cedera.

Ditulis Men’s Health, cedera penis hanya bisa terjadi ketika seorang pria mengalami ereksi. Saat penis tak berereksi, tekanan di dalam penis tersebut rendah, sehingga penis lebih mudah menekuk dan bisa menahan kekuatan tak terduga.

Menurut artikel “Everything You Should Know About Penile Fractures” yang ditulis oleh Daniel Murell pada Healthline, cedera penis merupakan sobekan pada tunica albuginea. Ia adalah selubung elastis dari jaringan di bawah kulit yang memungkinkan penis untuk melebar dan memanjang dalam menghasilkan ereksi yang kuat.

Penis terdiri dari tiga tabung berbentuk silinder. Dua tabung yang lebih besar disebut sebagai corporeal bodies, yang berbentuk seperti balon yang berisi darah saat mengeras. Kulit dari balon itulah yang disebut tunica albuginea. Tabung ketiga terletak di bagian bawah penis, yang merupakan uretra.

Sentuhan-sentuhan lembut saat bersenggama dapat merangsang tubuh. Pada pria, kondisi tersebut membuat darah mengalir ke dalam balon sehingga menambah tekanan. Kondisi inilah yang membuat penis menjadi kaku dan sulit ditekuk.

Devendra K. Prajapti bersama lima orang rekannya dalam artikel berjudul “Penile Fracture and Its Management” (PDF) menyatakan bahwa cedera penis bisa terjadi ketika Anda terlalu semangat dalam melakukan kegiatan seksual, sehingga saat penis keluar dari vagina, ia mengenai bagian perineum atau tulang kemaluan.

Dalam artikel tersebut, Prajapti, dkk juga membeberkan bahwa tunica albuginea dapat menahan tekanan darah yang meningkat hingga lebih dari 1500 mmHg. Dalam kecelakaan saat senggama, biasanya tunica albuginea robek secara melintang dengan panjang 1 hingga 2 cm.

Gejala Cedera Penis

Artikel berjudul “Management of Penile Fracture: Can It Wait?” yang ditulis oleh S. Naouar dan tiga koleganya (PDF) menunjukkan bahwa cedera penis sebaiknya segera diatasi. Maka dari itu kenalilah gejala cedera penis.

Daniel Murell dalam artikel berjudul “Everything You Should Know About Penile Fracture” pada Healthline menyebutkan beberapa gejala dari cedera penis. Beberapa di antaranya adalah terdengarnya suara retakan pada penis, ereksi menghilang secara mendadak, sakit parah setelah cedera, penis bengkok, penis berdarah, dan sulit buang air kecil.

Jacob Rajfer, profesor urologi di Davin Geffen School of Medicine UCLA, dalam artikelnya di Men’s Health menggambarkan kehilangan ereksi tersebut seperti memasukkan pin ke dalam balon yang diledakkan, sehingga menyebabkan bengkak, memar hitam-biru, dan rasa sakit.

Selain itu, suara retakan pada penis terjadi karena jaringan robek. Jika cedera ini mempengaruhi uretra, buang air kecil akan berdarah, pertanda uretra telah robek.

Ada beragam hal yang mempengaruhi terjadinya cedera penis. Penelitian berjudul “Penile Fracture: Presentation and Management” yang dilakukan oleh Haq Nawaz dan tiga orang rekannya (PDF) memaparkan penyebab terjadinya cedera penis.

Sebab-sebabnya adalah manipulasi (40,87%), hubungan seksual (28,46%), terjatuh saat penis sedang ereksi (13,13%), pukulan langsung pada penis yang sedang ereksi (8.02%), menabrak furnitur saat gelap (4,37%), gesekan cepat saat ereksi (2,91%), terburu-buru mengenakan pakaian saat sedang ereksi (2,18%).

Studi berjudul “Current Treatment Options for Penile Fractures” (PDF) yang dilakukan oleh Gregory S. Jack dan tiga orang koleganya menemukan bahwa dalam kasus cedera penis, pembedahan merupakan cara yang paling tepat untuk memperbaiki kondisi.

Tindakan sesegera mungkin setelah terjadi cedera penis sangat dianjurkan, yakni dalam 48 jam setelah cedera. Tindakan sesegera mungkin setelah terjadi cedera penis sangat dianjurkan, yakni dalam 48 jam setelah cedera. Yang dilakukan biasanya adalah bedah.

Infografik Cedera Penis

Perhatikan Posisi Seks

Penelitian yang dilakukan oleh R. Barros, dkk berjudul “Relationship Between Sexual Position and Severity of Penile Fracture” (PDF) memaparkan bahwa posisi seks berpengaruh terhadap terjadinya cedera penis.

Anda harus berpikir ulang ketika hendak menggunakan posisi doggy style saat bersenggama, sebab 41 persen responden dalam penelitian mereka mengalami cedera penis karena posisi itu. Anda juga harus lebih eling saat diikuti dengan posisi man on top (25,55 persen) dan posisi woman on top (10 persen).

Dalam penelitian tersebut, Barros, dkk menjelaskan alasan mengapa posisi doggy style dan man on top berbahaya. Ketika pria melakukan seks dan berada pada posisi dominan dan sangat bersemangat, seks bisa menjadi sangat kuat. Hal tersebut memicu risiko terjadinya trauma, terutama saat penis keluar dari vagina dan menabrak perineum.

Meski berbahaya, jangan dihindari jika Anda memang menyukainya. Yang Anda meski lakukan adalah lebih waspada. Jangan sampai penis Anda atau pasangan Anda robek gara-gara 'menabrak" perineum atau bahkan tulang kemaluan ketika Anda sedang penuh hasrat dan semangat.

Baca juga artikel terkait SEKS atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani