tirto.id - Lebih penting mana, ujian sekolah atau menonton konser? Bagi Joseph Sudiro, jawabannya jelas: lebih penting menonton konser.
"Karena menurut nasihat bapakku, ujian masih bisa diulang, sedangkan konser enggak," katanya sembari tertawa.
Joseph tumbuh di keluarga pecinta musik. Kecintaan itu berlangsung hingga sekarang. Joseph dikenal sebagai pemain bass grup folk-rock asal Surabaya, Vox. Kelompok asal Surabaya ini menjadi dikenal luas saat masuk dalam 10 besar ajang L.A Light Indifest 2006. Tapi di luar dunia musik, Joseph bekerja sebagai enviromental/safety analyst untuk sebuah perusahaan minyak.
Tapi bekerja tak boleh mengganggu bersenang-senang. Joseph melakoni hobinya menonton konser, bahkan hingga ke luar negeri. Saking seringnya, mungkin juga karena jarak yang terlampau lama, dia lupa kapan pertama kali menonton konser di luar negeri. Apalagi selama ini dia selalu impulsif dalam menonton konser karena kesukaannya pada banyak genre musik. Satu hal yang dia ingat samar-samar adalah: sepertinya Singapura adalah negara pertama yang dia datangi untuk nonton konser.
"Karena dekat dan gak pakai visa," katanya.
Meski ingatannya samar-samar soal konser pertama di luar negeri, tapi Joseph tak akan lupa konsernya yang paling berkesan: konser reuni 50 tahun The Beach Boys. Band yang berasal dari Hawthorne, California ini memang salah satu band favorit Joseph. Vox sendiri amat terpengaruh oleh musik band dibentuk oleh tiga Wilson bersaudara ini.
Maka saat The Beach Boys merayakan ulang tahun ke 50 pada 2012, Joseph bertekad untuk menonton. Barokah Tuhan Rock pun makin terasa karena band ini mampir ke Singapura, yang notabene amat dekat dengan Indonesia.
"Aku dapat tiket VIP barisan depan. Gak nyangka juga mereka bisa bawain hampir 50 lagu dalam semalam," ujarnya.
Konser ini adalah yang paling berkesan bagi Joseph. "Aku bisa tos-tosan sama Mike Love waktu konser," katanya girang. Joseph bernyanyi sepanjang konser, hingga diajak kenalan penonton-penonton lain yang heran kok Joseph bisa hafal semua lagu Beach Boys, bahkan lagu barunya. Yang lebih menggembirakan, saat Beach Boys merilis CD live tour mereka, Joseph ada di kovernya. Mengenakan kemeja garis-garis seperti yang biasa dipakai Beach Boys di era 60-an. Di foto cover itu, tampak Joseph mengangkat tangan kanannya ke udara, dengan raut muka yang diselimuti kebahagiaan tiada tara.
Hingga sekarang Joseph masih melakoni hobinya ini. Terakhir, pemain bass Vox ini pergi ke Jepang bulan Agustus lalu untuk menonton Summer Sonic Festival. Tahun depan, Joseph akan pergi ke Jepang lagi untuk menonton konser Teenage Fanclub, band rock alternatif asal Skotlandia. Kemudian pada Juni, dia akan pergi ke Inggris untuk menonton salah satu festival musik terbesar dunia: Glastonbury. Tahun ini, Radiohead akan menjadi salah satu penampil utama.
Festival yang berlangsung selama lima hari ini sudah ada sejak 1970. Sebagai salah satu festival musik terbesar di dunia, penontonnya mencapai 175.000 orang. Karena reputasinya itu, tiketnya bisa terjual habis dalam hitungan menit. Selama bertahun-tahun mencoba, Joseph selalu kehabisan tiket. Tapi tahun ini, Joseph berhasil mengamankan satu lembar.
Ada banyak anggapan yang salah tentang menonton konser di luar negeri. Salah satunya adalah: biaya yang mahal. Sebenarnya tiket konser di luar negeri termasuk terjangkau. Untuk festival Summer Sonic, tiket di kisaran Rp2 juta. Untuk Glastonbury, harga tiketnya sekitar Rp3 juta selama 5 hari.
"Fucking worth it," kata Joseph.
Kalau pesawat, tiketnya pun relatif. Untuk konser di Singapura, tiket pesawat reguler hanya berkisar di angka Rp400 ribu. Lebih murah ketimbang harga tiket pesawat Jakarta-Bali. Di Singapura juga, masalah penginapan bisa diakali. Misalkan dengan menginap di bandara. Atau menyewa hostel yang ramah kantong.
Joseph sendiri tak punya anggaran pasti untuk menonton konser di luar negeri. Dia pun tak pernah menghitung berapa pengeluarannya untuk hobinya itu.
"Ya semampunya saja. Kalau gak mampu, berarti kurang kerja keras. Atau ya cari sampingan saja. Untuk sesuatu yang spiritual tidak boleh diganggu hal-hal duniawi," katanya sembari tertawa.
Fenonema Global dan Kelas Menengah
Menonton konser atau festival di luar negeri adalah kegiatan yang umum di seluruh dunia. Salah satu negara yang dijadikan tujuan utama menonton konser ini adalah Inggris. Ia sekaligus negara yang paling detail dalam mengurus statistik melalui lembaga UK Music.
Menurut lembaga ini, ada sekitar 319 festival musik di Britania Raya pada 2015. Dari data UK Music, bisa terlihat bahwa Britania Raya didatangi oleh sekitar 10,4 juta wisatawan musik. Sekitar 767.000-nya berasal dari luar negeri. Jumlah itu naik sekitar 16 persen dari 2014.
Wisatawan musik juga merupakan orang yang royal. Para wisatawan musik dari luar negeri itu, menghabiskan rata-rata £852, atau sekitar Rp14 juta. Itu tidak termasuk pengeluaran untuk tiket konser atau festival. Pengeluaran terbesar bagi para wisatawan musik itu adalah untuk makanan, minuman, tempat tinggal, dan tentu saja penyegar: alkohol dan merchandise.
Ada banyak alasan kenapa orang rela pergi ke luar negeri untuk menonton konser. Antara lain soal infrastruktur yang berbeda di tiap negara. Menonton konser di Jepang atau Singapura, pasti akan berbeda dibandingkan menonton konser di, misalkan, Vietnam atau Laos atau Jakarta.
Pertimbangan lain adalah: tak semua band mau datang ke negara tertentu. Misalkan Radiohead. Band asal Inggris ini menolak datang ke negara yang masih memberlakukan hukuman mati. Termasuk Indonesia. Ada pula band atau musisi yang batal datang karena takut terhadap isu keamanan dan terorisme.
Beberapa konser di luar negeri juga menghadirkan suasana yang menyenangkan. Jepang, misalkan. Negara ini sudah sejak lama jadi jujugan para musisi yang ingin melakukan konser. Penonton Jepang dikenal ekspresif, juga royal. Jepang juga dikenal sebagai negara yang aman, dan lengkap secara infrastruktur. Ini menjadikan Jepang sebagai negara dengan penonton konser yang tertib, disiplin, tapi tetap hangat dan riang.
Ke depan tentu kegiatan ini akan makin berkembang, terutama bagi penonton dari Indonesia. Hal ini didorong oleh pertumbuhan jumlah kelas menengah di Indonesia. Menurut data dari Bank Dunia, pada 2010 jumlah kelas menengah mencapai 134 juta jiwa. Jumlah itu diperkirakan akan menjadi sekitar 141 juta orang pada 2030 nanti.
Apalagi kini kegiatan melancong akan semakin lebih mudah di masa depan. Harga tiket pesawat akan lebih terjangkau. Untuk penginapan, opsinya akan makin bertambah dengan adanya fasilitas seperti Airbnb yang menawarkan harga lebih murah ketimbang hotel, bahkan hostel sekalipun.
Pergi menonton konser ke luar negeri ini juga akan memberikan pengalaman yang berharga. Membuktikan bahwa musik adalah pendobrak batas suku, negara, warna kulit, juga agama. Menegaskan bahwa musik adalah bahasa universal. Musik bisa jadi pemersatu.
"Jadi," kata Joseph, "kalau kamu punya kelebihan air minum, tawarkan ke orang lain. Kalau punya handuk, pinjemin. Senyum dan tos-tosan sama orang sebelah kiri dan kanan. Seperti saat sholat Jumat atau salam damai di gereja. Dan kamu akan merasa diterima jadi bagian masyarakat yang menghargai kebudayaan. Itu priceless."
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti