tirto.id - Salah satu cara untuk memperoleh vitamin D adalah dengan berjemur di bawah sinar matahari. Pasalnya, vitamin tersebut diproduksi di kulit sebagai respons terhadap sinar matahari.
Meskipun, nutrisi yang mencakup vitamin D1, D2, dan D3 tersebut juga dapat diperoleh dari makanan atau suplemen tertentu.
Vitamin D memiliki beberapa fungsi penting, salah satunya adalah memfalisilitasi fungsi sistem kekebalan tubuh yang normal. Melansir Healthline, jumlah vitamin D yang cukup di dalam tubuh akan meningkatkan resistensi terhadap penyakit tertentu seperti kelainan otot dan tulang.
Namun, benarkah vitamin D menurunkan risiko terhadap infeksi virus Corona?
Penting untuk diketahui, bahwa saat ini belum terdapat obat yang dapat dikonsumsi untuk mengatasi infeksi COVID-19. Akan tetapi, tindakan pencegahan seperti pemberlakuan jarak fisik, jarak sosial, dan praktik kesehatan yang tepat dapat melindungi dari penyakit ini.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memiliki kadar vitamin D yang baik, serta mengonsumsi suplemen vitamin D, dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap baik dan melindungi terhadap penyakit pernapasan pada umumnya.
Di sisi lain, belum terdapat penelitian yang meneliti efek suplemen vitamin D, atau kekurangan vitamin D, pada risiko tertular virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi ini.
Namun, Healthline menyebutkan bahwa beberapa penelitian yang menyimpulkan kekurangan vitamin D berbanding lurus dengan berkurangnya kekebalan tubuh dan risiko terkena penyakit termasuk penyakit pernapasan.
Selain itu, vitamin D juga terbukti melindungi tubuh terhadap infeksi pernapasan secara keseluruhan.
Sebuah penelitian baru-baru ini yang melibatkan 11.321 orang dari 14 negara menunjukkan bahwa suplemen vitamin D yang dikonsumsi dapat menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa vitamin D dapat mengurangi risiko pengembangan ISPA setidaknya 12 persen.
Selain itu, ulasan tersebut menemukan bahwa suplemen vitamin D paling efektif melindungi terhadap ISPA ketika diminum setiap hari atau setiap minggu dalam dosis kecil. Lebih lanjut, vitamin D kurang efektif ketika dikonsumsi dalam dosis yang lebih besar dan berjarak jauh.
Sementara itu dalam penelitian lain, suplemen vitamin D telah terbukti dapat mengurangi angka kematian pada orang dewasa yang lebih tua dan berisiko memiliki dan mengembangan penyakit pernapasan seperti COVID-19.
Perlu diingat, bahwa tidak ada bukti ilmiah bahwa mengonsumsi suplemen vitamin D dapat melindungi tubuh dari COVID-19. Akan tetapi, kekurangan vitamin D dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi atau penyakit apapun karena menurunnya imunitas tubuh.
Bagaimana cara kerja vitamin D dalam imunitas tubuh?
Sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh dari organisme asing yang menyerang, serta meningkatkan kekebalan protektif dengan mempertahankan toleransi infeksi penyakit terhadap diri sendiri.
Melansir NCBI, implikasi dari defisiensi vitamin D pada sistem kekebalan lazim pada penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh sendiri.
Dampak vitamin D pada kekebalan tubuh juga disebabkan oleh efeknya pada sistem kekebalan tubuh bawaan. Makrofag yang berperan dalam penghancuran bakteri dan organism berbahaya lainnya akan mengenali LPS lipopolisakarida, pengganti infeksi bakteri, melalui Tol Like Reseptor (TLR).
Keterlibatan TLR menyebabkan rangkaian kejadian yang berantai dan menghasilkan peptida dengan aktivitas bakterisida kuat seperti cathelocidin dan beta defensin 4. Peptida ini berkolokasi di dalam fagosom dengan bakteri, mereka mengganggu membran sel bakteri dan memiliki aktivitas anti-mikrobakteri yang kuat.
Di sisi lain, studi yang tulis NHS mengamati sel T manusia di laboratorium, dan menemukan bahwa vitamin D adalah bagian dari proses kompleks saat sel T menjadi lebih kuat dan membantu memerangi infeksi.
Sebaliknya, temuan ini juga menunjukkan bahwa orang yang kekurangan vitamin D lebih rentan terhadap infeksi.
Sel T merupakan jenis dari sel darah putih atau disebut dengan limfosit, sebagaimana ditulis Healthline. Sel-sel tersebut akan melawan infeksi atau penyakit yang menyerang tubuh. Terdapat dua kategori limfosit, yakni sel T dan sel B. Sel T merespons infeksi virus dan meningkatkan fungsi kekebalan sel lain, sedangkan sel B melawan infeksi bakteri.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari