tirto.id - Ada banyak hal yang disorot dalam Pemilihan Umum serentak tahun ini. Di antara sekian masalah itu, yang mendapat perhatian lumayan banyak adalah perkara ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal setelah melakukan penghitungan suara.
Per Sabtu (4/5/2019) pukul 16.00 WIB, jumlah yang meninggal mencapai 440 orang. Di luar itu, masih ada 3.788 lagi yang dinyatakan sakit.
Banyak orang lantas mempertanyakan kenapa itu bisa terjadi. Salah satu di antaranya adalah Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Melalui Twitternya, 4 Mei 2019 pukul 18.10, Fahri bilang (dengan penyuntingan): "Kenapa pemilu sebelumnya orang tidak meninggal, ya? Ada apa di Pemilu 2019? #AdaApaDiTPS."
Twit bernada tanya tapi bisa juga bermaksud menyindir itu lantas jadi bahan empuk warganet. Hingga 8 Mei 2019, cuitan itu telah mendapatkan 1.300-an tanggapan (mention) dan 1500-an twit ulang (retweet).
Komisioner KPU periode 2017-2022 Pramono Ubaid Tantowi turut menanggapi, atau lebih tepatnya menyanggah. Menurut Pramono, Fahri salah ketika bilang "pemilu sebelumnya orang tidak meninggal." Sebab hal serupa pernah terjadi, katanya.
"Mohon maaf, bung @Fahrihamzah. Berdasarkan data KPU, petugas KPPS yang meninggal dunia pada Pemilu Legislatif 2014 sebanyak 144 orang (saat itu masih empat surat suara). Jadi salah kalau dibilang tidak ada petugas yang meninggal di pemilu sebelumnya. Demikian untuk dimengerti," tulis Pramono, 7 Mei 2019 pukul 00:27.
Pramono lantas mengatakan bahwa apa yang dikatakan Fahri tak berdasar sama sekali.
"Saya akan menjawab bung @Fahrihamzah yang tidak tepat itu (tidak pakai data). Maka saya tunjukkan datanya. Kalau kenapa membengkak, tentu perlu pendalaman lebih lanjut. Tidak bisa hanya pakai asumsi. Demikian," sambung Pramono.
Saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (7/5/2019), Pramono menjelaskan lebih jauh soal twitnya itu. Menurutnya saat ini pemberitaan soal meninggalnya petugas KPPS memang lebih banyak ketimbang lima tahun lalu.
"Dulu dipisah antara pileg dan pilpres dengan jarak tiga bulan. Kalau pilpres dan pilkada (yang hanya satu surat suara) proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS bisa selesai sekitar jam 3 atau 4 sore. Sama sekali tidak berat," katanya.
"Tapi memang saat itu, soal kematian petugas KPPS tidak seheboh sekarang, di mana semua media selalu update," tambahnya.
Meski mengaku dapat data dari KPU, sayangnya, Pramono tidak memberi tahu lebih jauh sumber dokumen yang dia maksud.
Sedangkan Mantan Komisioner KPU RI 2012-2017, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, yang kami hubungi Rabu (8/5/2019) untuk konfirmasi ulang, hanya menjawab singkat. "Iya, mas [membenarkan data Pramono]. Silahkan cek ke setjen KPU, ya," jawab Ferry.
Perludem: 157 Korban Pileg-Pilpres 2014
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), lembaga pemantau pemilu, pernah mencatat kalau pada Pileg-Pilpres 2014, ada 157 petugas meninggal. Titi Anggraini, Direktur Eksekutif Perludem, pernah menyinggung ini pada 27 April lalu.
Saat kami konfirmasi kembali melalui pesan singkat, Titi membenarkan klaim datanya itu. Dia bilang sumbernya juga berasal dari KPU, dan ada di berita.
"Keterangan dari KPU langsung soal santunan korban," katanya.
Titi lantas membagi tautan sumber berita yang dimaksud. Berita dari Republika dengan judul Penghargaan Terakhir KPU Untuk 157 Pejuang Demokrasi.
"Sebanyak 157 penyelenggara pemilu meninggal dunia selama pileg dan pilpres. Ada PPS, KPPS, PPK, staf KPU kabupaten/Kota dan staf KPU provinsi," kata Husni Kamil Manik, saat itu menjabat Ketua KPU, Rabu (17/12/2014).
Di acara itu, selain memberikan piagam penghargaan dan apresiasi, Husni juga membacakan nama-nama 157 petugas yang meninggal itu.
Bisa jadi, 144 orang meninggal yang Pramono klaim dalam Twitternya untuk menyanggah pernyataan Fahri itu masuk dalam 157 petugas PPS, KPPS, PPK, staf KPU kabupaten/Kota dan staf KPU provinsi yang disebut Husni.
Penulis: Frendy Kurniawan
Editor: Rio Apinino