tirto.id - Sebuah akun di media sosial membagikan informasi mengenai bahaya mengkonsumsi ikan jenis nila dan mujair. Akun bernama "gudang herbal" di Facebook mengklaim, dua jenis ikan itu dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
"STOP.!! KONSUMSI IKAN NILA JIKA NYAWA ANDA INGIN SELAMAT," begitu bunyi pesan dalam unggahan akun ini. Bersama klaim tersebut terdapat video pendek atau reel yang menjabarkan beberapa penyakit yang bisa disebabkan akibat konsumsi ikan nila dan mujair secara berlebihan.
Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan dari konsumsi kedua jenis ikan tersebut, menurut klaim ini, di antaranya serangan jantung, hipertensi, gagal jantung, dan stroke.
Sampai dengan Rabu (16/8/2023), unggahan ini telah mendapat menjadi bahan diskusi ramai publik. Setidaknya sudah terdapat lebih dari 900 impresi tanda suka, lebih dari 1.100 komentar dan dibagikan ulang sebanyak sekitar 300 kali.
Melihat sejumlah komentar teratas, nampak beberapa orang tidak setuju dengan pernyataan ini, meski sedikit yang bisa memberi penjelasan ataupun informasi ilmiahnya.
Lalu, benarkah konsumsi ikan nila dan/atau mujair dapat membahayakan nyawa? Apakah konsumsi berlebihan ikan nila dan mujair bisa menyebabkan serangan jantung, hipertensi, gagal jantung dan stroke?
Penelusuran Fakta
Terkait bahaya konsumsi ikan nila dan mujair, beberapa media kesehatan dan jurnal sempat membahas terkait hal ini. Perlu diingat bahwa meski nila dan mujair merupakan spesies yang berbeda, namun keduanya memiliki genus yang sama, yakni Oreochromis, dan dalam bahasa Inggris punya penyebutan yang umumnya sama, yakni tilapia.
Salah satunya dari artikel Halodoc yang ditinjau dr. Fadhil Rizal Makarim, yang dipublikasikan pada 3 Agustus 2022 lalu. Pada artikel, disebutkan secara garis besar konsumsi ikan akan memberikan asam lemak Omega-3 yang baik bagi tubuh. Omega-3 dapat menurunkan peradangan dan trigliserida darah, juga menurunkan risiko penyakit jantung.
Namun, dalam kasus ikan mujair, kandungan Omega-3-nya cenderung kecil, hanya 240 miligram, atau 10 kali lebih kecil dibanding ikan salmon. Di sisi lain ikan mujair mengandung lebih banyak asam lemak Omega-6 dibanding Omega-3. Asam lemak Omega-6 dipercaya dapat meningkatkan peradangan jika dikonsumsi secara berlebihan.
Artikel Klikdokter yang ditulis oleh dr. Muhammad Isman S pada 22 Oktober 2022 juga memberi penjelasan serupa. Dijelaskan kalau Omega-6 adalah lemak jahat yang bisa memicu penumpukan plak dan peradangan di pembuluh darah.
Selain itu artikel ini juga menjabarkan tentang potensi bahaya dari ikan mujair hasil ternak yang dilakukan dengan kurang baik. Disebut kalau ikan mujair dapat mengkonsumsi kotorannya sendiri ataupun mahkluk lain. Sementara kotoran makhluk hidup mengandung bakteri, misalnya salmonella typhi, penyebab penyakit tipes. Selain itu disebutkan juga adanya risiko kanker akibat ikan mujair yang mengkonsumsi kotoran.
Selain itu peternak ikan mujair juga bisa saja menggunakan obat-obatan untuk membuat ikan terlihat gemuk. Belum lagi bahaya dari kandungan zat kimia pada ikan mujair. Permasalahan ini sendiri secara khusus ditemukan di Amerika Serikat pada periode 2007-2012 yang menolak sejumlah besar ikan mujair yang dikirim dari Tiongkok karena disebut punya kandungan zat kimia yang berbahaya.
Secara garis besar dua artikel ini menyoroti bahaya dari ikan mujair hanya jika dikonsumsi secara berlebihan dan bersumber dari tempat yang kurang memerhatikan standar kebersihan.
Dua kali dalam satu minggu menjadi porsi maksimal yang disarankan dua artikel yang telah di-review dokter tersebut. Porsinya pun, 1 takaran ikan hanya setara dengan ukuran telapak tangan. Selain itu cara memasak ikan mujair yang digoreng juga kalau memungkinkan dilakukan dengan minyak nabati.
Namun, konsumsi kedua ikan ini tidak semerta-merta disebut berbahaya, apalagi menyebabkan penyakit.
Konsumsi ikan mujair disebut membawa manfaat kesehatan kalau bisa dipastikan bahwa ikan berasal dari tempat budidaya yang baik. Dokter Fadhil dalam artikel Halodoc menyebut ikan mujair sebagai sumber protein yang baik. Dalam 100 gram ikan, terkandung 26 gram protein dan 128 kalori. Ikan mujair juga mengandung banyak vitamin dan mineral seperti niasin, vitamin B12, fosfor, selenium, dan kalsium.
Terkait manfaat ikan mujair ini juga ada penjabaran dari artikel Alodokter yang ditinjau dr. Arindya Bella pada 8 Juli 2022. Selain muatan kalori dan protein, kandungan selenium dalam ikan mujair juga tinggi, konsumsi satu ekor ikan mujair dalam satu hari bisa memenuhi kebutuhan 78 persen selenium harian tubuh. Selenium ini dapat meningkatkan imunitas tubuh, menjaga fungsi kelenjar tiroid, mengurangi risiko kanker dan penyakit jantung, serta menjadi sumber antioksidan.
Sementara ikan nila juga memiliki kandungan gizi yang amat kaya. Menurut artikel Halodoc, ikan nila merupakan sumber nutrisi penting yang dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan. Pertama, kandungan protein dalam ikan nila mendukung kesehatan pencernaan dan membantu menjaga keseimbangan hormon serta perbaikan jaringan. Studi juga menunjukkan bahwa ikan nila dapat meningkatkan kinerja bakteri pencernaan, mendukung fungsi pencernaan yang lebih baik.
Selain itu, kandungan asam lemak Omega-3 dalam ikan nila memiliki efek positif terhadap kolesterol, insulin, dan fungsi otak. Ini membantu menjaga kadar kolesterol tubuh, meningkatkan respons otot terhadap insulin, serta mendukung kesehatan otak dan saraf. Omega-3 juga berperan dalam penurunan berat badan dan meningkatkan kualitas tidur.
Ikan nila mengandung nutrisi antioksidan seperti selenium, yang dapat membantu mencegah kerusakan sel dan memiliki potensi mencegah kanker serta penuaan dini. Selain itu, ikan nila berkontribusi pada kesehatan mata, kulit, tulang, dan gigi. Kandungan vitamin dan mineralnya juga berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta mengurangi risiko depresi dan stres. Oleh karena itu, konsumsi ikan nila secara teratur dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan secara keseluruhan.
Ikan nila bahkan disebut sebagai ikan yang aman dikonsumsi oleh penderita asam urat karena rendah lemak, melansir Halodoc.
Sementara terkait kandungan Omega-6 yang besar, disebut kalau asam lemak ini sebenarnya bermanfaat untuk menyediakan energi, menurunkan kolesterol jahat dalam darah, dan menjaga kadar gula darah normal. Soal kandungan Omega-3 yang cenderung lebih rendah, dijelaskan kalau Omega-3 di ikan mujair masih lebih tinggi jiga dibandingkan di daging ayam dan sapi. Ikan mujair juga dikatakan sedikit mengandung lemak jenuh.
Oleh sebab itu, dijelaskan, bukan kandungan Omega 6 yang dihindari, tapi bagaimana menyeimbangkannya dengan asupan Omega 3. Konsumsi ikan mujair, misalnya, perlu diseimbangkan dengan bahan makanan yang kaya akan Omega-3 seperti kacang almond atau biji selasih.
Artikel lain dariHealthline dan Medical News Today justru menyebut kandungan nutrisi bermanfaat dari ikan tilapia sangat banyak. Risiko yang mungkin muncul dari konsumsi ikan mujair ataupun ikan nila bergantung dari sumber ikan tersebut didapat. Sejumlah laporan menyebut, terdapat praktik ternak ikan tilapia di Tiongkok yang menggunakan kotoran hewan lain sebagai sumber makanannya. Ikan tilapia seperti inilah yang berbahaya.
Selain itu ikan tilapia dari Tiongkok juga beberapa didapati memiliki kandungan bahan kimia berbahaya. Oleh sebab itu dalam Healthline yang telah diperiksakan oleh ahli tersebut, disarankan untuk menghindari ikan tilapia hasil ternak dari Tiongkok.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tirto, konsumsi ikan mujair atau ikan nila hanya akan berbahaya jika bersumber dari peternak atau budidaya yang tidak terpercaya, terlalu sering, serta tidak diseimbangkan dengan konsumsi makanan lain yang mengandung kandungan Omega-3 yang tinggi.
Secara umum kandungan dari ikan mujair dan ikan nila banyak mengandung vitamin dan mineral serta memberi asupan protein yang banyak. Kandungan Omega-3-nya pun, meski tidak sebanyak ikan lain, masih lebih banyak ketimbang dari danging ayam ataupun sapi.
Risiko berbagai penyakit yang mungkin timbul juga hanya akan terjadi jika konsumsi ikan mujair atau nila secara berlebihan (batas yang disarankan satu minggu 2 kali konsumsi) dan jika ikan bersumber dari tempat budidaya yang tidak terjamin kebersihannya.
Dengan demikian, unggahan di media sosial terkait ikan mujair dan ikan nila berbahaya bagi kesehatan itu dapat menyesatkan tanpa keterangan tambahan (missing context).
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email [email protected].
Editor: Farida Susanty