Menuju konten utama

Benarkah ASI Merusak Gigi?

Yang terpenting adalah disiplin dalam menyikat gigi anak sebelum mereka tidur.

Benarkah ASI Merusak Gigi?
Ilustrasi anak di dokter gigi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Untuk menghindari gigi keropos, para orangtua jamak melarang anaknya memakan banyak permen atau coklat. Namun, penelitian di Brasil baru-baru ini menunjukkan adanya hubungan antara lubang pada gigi dengan konsumsi ASI.

Hal ini diungkapkan oleh penelitian Karen Glazer Peres, dkk terhadap 1.129 anak di Pelotas, Brazil. Peres menunjukkan pemberian ASI selama lebih dari dua tahun meningkatkan risiko kerusakan gigi parah pada anak-anak. Pemeriksaan dokter gigi saat mereka berusia lima tahun ditemukan permukaan gigi yang membusuk, ompong, dan karies parah pada anak usia dini (gigi rusak mencapai enam atau lebih).

Sebanyak 23,9 persen anak memiliki gigi berongga parah dan 48 persen memiliki setidaknya satu gigi berongga. Disimpulkan bahwa anak-anak yang disusui selama lebih dari 24 bulan memiliki risiko kerusakan gigi 2,4 kali lebih besar dibanding anak yang disusui hingga 12 bulan. Adapun pemberian ASI antara 13 sampai 23 bulan tak berefek pada karies gigi.

Baca juga: Kurangi Gigi Berlubang dengan Makanan Berserat

Namun, benarkah ASI per se yang menjadi penyebab kerusakan gigi? Dalam penelitian itu, memang disebutkan bahwa ASI punya kadar gula (laktosa) lebih tinggi dibanding susu formula yang rasanya tidak manis. Akan tetapi, penelitian itu juga menunjukkan adanya faktor lain yang meningkatkan risiko kerusakan gigi anak.

Selain lama paparan ASI, ada faktor sosioekonomi yang juga meningkatkan risiko karies gigi: tingkat pendapatan dan pendidikan yang rendah. Kemungkinan, faktor sosioekonomi ini mempengaruhi pengetahuan orangtua ihwal pentingnya menyikat gigi anak sebelum tidur.

“Lazimnya anak menyusui di malam hari. Akan susah meminta mereka menyikat gigi di sela-sela tidurnya,” kata Dr. Karen Peres, penulis utama studi dan profesor di University of Adelaide di Australia.

Meski begitu, Peres menekankan bahwa penelitian ini kemungkinan hanya berlaku di Brasil dan tidak di negara lain. Sebagai informasi tambahan, ia menyatakan bahwa air ledeng Brasil sejak 1962 telah mengandung flourida yang dapat mencegah kerusakan gigi.

“Penelitian ini hanya untuk populasi dengan pola menyusui dan paparan fluorida yang serupa," kata Peres.

Namun, penelitian lain di Jerman dan Italia ternyata juga mengkonfirmasi temuan serupa. Anak-anak akan memiliki risiko karies lebih tinggi ketika diasuh orangtua berpendapatan rendah, disusui lebih dari dua tahun, dan memakai botol susu sampai tidur.

Baca juga: Semua Pasta Gigi adalah Odol

Jangan Lewatkan Sikat Gigi

Meski hasil penelitian itu menunjukkan peningkatan risiko karies gigi pada pemberian ASI jangka panjang, bukan berarti Peres, dkk melarang pemberian ASI. Penelitian mereka toh juga menunjukkan bahwa pemberian ASI 13-23 bulan tak banyak berpengaruh terhadap risiko lubang gigi pada anak.

Maka dari itu, sebaiknya kita tetap berpegang pada rekomendasi WHO soal pemberian ASI, yakni menyusui bayi sampai setidaknya sampai dua tahun. ASI memberi berbagai macam manfaat seperti mengurangi risiko penyakit menular, infeksi telinga, diare dan bahkan kematian. Ibu yang menyusui juga lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil, sekaligus mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara.

Selain itu, ASI juga menguntungkan secara ekonomi. Dengan nalar sederhana, kita bisa membayangkan biaya yang harus dikeluarkan jika anak diberi susu formula, alih-alih ASI. Untuk setahun pertama, dengan asumsi harga susu formula yang banyak dibeli seperti SGM, orangtua mesti merogoh kocek sebesar Rp3,6 juta.

Belum lagi jika kita menghitung keuntungan yang diakibatkan ASI: anak terhindar dari berbagai penyakit. Anak-anak yang sehat berarti keuntungan bagi perekonomian keluarga dan negara. Keluarga terhindar dari pengeluaran ekstra ketika anak harus masuk rumah sakit, keuangan negara juga tak banyak bocor jika warga negaranya sehat.

Baca juga: ASI Menguntungkan Keluarga dan Negara

Infografik Gigi Rusak Karena ASI

Yang harus orangtua lakukan adalah lebih memperhatikan kesehatan gigi anak. Ruchi Sahota, dokter gigi dan juru bicara American Dental Association, memberikan tips menjaga gigi anak.

Para orangtua, menurutnya, dapat mencegah gigi anak berlubang sejak dini. Caranya adalah mengusap (membersihkan) gusi bayi dengan kain bersih yang dibasahi air matang setelah diberi ASI. Lalu, jangan lupa menyikat gigi mereka dua kali sehari saat giginya mulai tumbuh, selain rutin memeriksakan kesehatan gigi pada dokter. Pemeriksaan gigi mulai dianjurkan saat gigi pertama tumbuh.

"Kerena ASI mengandung gula, makanya bayi suka. Jadi memang kita yang harus menjaganya," kata Sahota kepada CNN.

Ia juga mengingatkan para orangtua untuk menjaga kebersihan gigi mereka, karena bakteri pada gigi dapat berpindah ketika orangtua dan anak berbagi makanan. Apalagi ketika menggunakan perantara seperti sendok.

Terkait jangka waktu menyusui, kita bisa menyimpulkan bahwa yang paling aman—jika merujuk penelitian Peres—adalah menyapih anak saat mereka berusia 2 tahun. Namun, jika Anda tetap ingin menyusui anak sampai mereka lebih besar, Anda harus disiplin. Jangan susui mereka menjelang tidur, apalagi sampai mereka tertidur dan melewatkan sikat gigi.

Sebelum tidur, gigi anak-anak harus disikat dengan menggunakan pasta gigi berfluorida—sebanyak ukuran biji beras jika umurnya belum 3 tahun, dan sebanyak ukuran biji kedelai untuk anak berumur 3-6 tahun.

Baca juga artikel terkait ASI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani