Menuju konten utama

Jangan Buang Gigi Susumu

Gigi susu sering dianggap tak berguna karena hanya sebagai transisi menuju gigi permanen seorang anak. Padahal, gigi susu sesungguhnya memiliki fungsi yang sama pentingnya, seperti pentingnya tali pusat seorang bayi yang baru lahir.

Jangan Buang Gigi Susumu
Dokter gigi memeriksa gigi susu anak-anak. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Banyak mitos seputar gigi susu. Di Indonesia, seorang anak seorang anak dianjurkan melempar gigi susu bawah mereka yang tanggal ke atap rumah, dan gigi atas harus dikubur di tanah. Bagi yang lupa melakukannya, harus siap gigi yang tanggal tak bisa tumbuh kembali.

Di negara barat, ada mitos agar menyimpan gigi susu mereka yang tanggal di bawah bantal sebelum tidur. Peri gigi akan datang dan menukar gigi yang berada di bawah bantal dengan sejumlah uang atau hadiah.

Bagaimana seharusnya kita memperlakukan gigi susu anak yang sudah tanggal? Penemuan secara sains membuktikan bahwa gigi susu yang disimpan ternyata bisa memberikan kesempatan hidup yang lebih panjang bagi pemiliknya. Ini berkaitan dengan penemuan stem cell pada sebuah gigi susu.

Adalah Dr. Songtao Shi, seorang pedodontist yang pada 2003 menemukan sebuah sel induk atau sel punca, juga sering disebut stem cell pada gigi susu putrinya yang berusia enam tahun. Stem cell ini ditemukannya di bagian pulpa gigi. Stem cell sering dikaitkan dengan kesehatan bagi si pemiliknya di masa depan.

Apa itu Stem Cell?

Stem Cell atau yang biasa disebut sel induk adalah sel biologis yang menjadi jejak utama dari DNA,. Sel ini dapat memperbaharui diri untuk menghasilkan lebih banyak sel, sebagai sumber pembentukan sel baru dan pembaharuan sel lama.

Tubuh manusia memiliki jutaan sel dalam berbagai jenis dengan tugas dan bentuk yang sangat beragam. Stem Cell, bekerja untuk menghasilkan seluruh sel-sel tersebut secara berkesinambungan, memastikan setiap sel yang sudah usang diganti dengan sel baru dengan jenis dan fungsi yang sama, seperti pada efek luka potong, stem cell lah yang membantu proses penyembuhan sebuah luka seseorang.

Istilah stem cell pertama kali diperkenalkan Haeckel, seorang ahli biologi kebangsaan Jerman pada tahun 1868. Konsep regenerasi sel ini didasari dari sifat lintah, kadal, dan cicak. Binatang-binatang tersebut tidak hanya mempunyai kemampuan regeneratif sel induk, tetapi juga memiliki mekanisme pertumbuhan yang cepat. Itulah mengapa saat anggota tubuhnya terputus, binatang-binatang tersebut akan dengan cepat memperoleh anggota tubuh yang baru.

Teknologi stem cell merupakan teknologi regeneratif kedokteran yang dapat menciptakan jaringan, sel serta organ baru, muda, dan normal. Melalui teknologi transplantasi khusus, stem cell yang telah diambil dimasukkan ke dalam tubuh untuk mengganti sel rusak ataupun abnormal.

Pada dasarnya, stem cell dapat diambil dari transplantasi sumsum tulang belakang, dan telah digunakan lebih dari 30 tahun untuk pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Hanya saja, prosedur ini memiliki kelemahan, karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi, maka perlu waktu 2-3 minggu agar sumsum tulang baru dapat menghasilkan sel darah putuh pencegah infeksi, risiko kontaminasi virusnya pun tinggi.

Sumber stem cell lain didapat dari transplantasi stem sel darah tepi, cara ini pertama kali berhasil dilakukan pada 1986. Namun, sel induk darah tepi juga lebih rentan, tidak setahan sumsum tulang, sehingga transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang.

Sumber lainnya yang sering digunakan adalah transplantasi sel induk darah tali pusat. Pada 1970-an, para peneliti menemukan darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama dilakukan pada 1988 di Perancis pada penderita anemia Fanconi. Hingga kini, sudah terdapat 3.000 transplantasi darah tali pusat yang telah berhasil dilakukan.

Kegunaan yang begitu luar biasa membuat penelitian mengenai stem cell dilakukan secara masif. Pemerintahan Barack Obama misalnya, menjadikan penelitian stem cell sebagai salah satu pilar program kesehatan pemerintah. Angkatan Darat AS juga berinvestasi besar-besaran dalam sebuah proyek Angkatan Bersenjata bernama “Institute for Regenerative Medicine”. Sebanyak $250 juta digelontorkan untuk mengobati para tentara yang terluka.

Infografik Jangan Buang Gigi Susu

Stem Cell Gigi Susu

Stem cell terbaik diklaim yang diambil dari tali pusat, hanya saja momen ini terlewatkan karena ketidaktahuan informasi para orang tua. Sedangkan, untuk stem cell yang ada pada gigi susu, tak harus seperti sel darah tali pusat yang diamankan saat lahir. Setidaknya, ada 20 kesempatan dalam mengumpulkan stem cell pada gigi susu seorang anak.

Kelebihan lainnya pada stem cell gigi susu ini adalah usianya yang cenderung panjang. Akarnya sudah terbentuk sejak dalam rahim dan berkembang terus sejak usia bayi 6 bulan, dan baru rusak serta digantikan setelah usia anak memasuki 6 tahun. Artinya, gigi susu masih memiliki stem cell embrionik yang berasal dari masa dalam rahim. Di dalamnya, terdapat rekam jejak DNA murni yang berasal dari dalam masa perkembangan sebagai janin.

"Sel gigi susu mesenchymal, sel istimewa dalam tubuh yang bersifat multipoten," kata Curt Civin, Profesor dari Johns Hopkins University School of Medicine di Baltimore.

Mesenchymal stem cell merupakan sel istimewa dalam tubuh yang bersifat multipoten. Artinya, sel tersebut mampu berubah menjadi beberapa jenis sel sesuai kebutuhan tubuh untuk peremajaan sel. Sehingga, stem cell menjadi solusi dari penyakit berat seperti kanker, jantung, parkinson, demensia, stroke, kerusakan akibat kecelakaan parah, kerusakan tulang belakang, lupus, gangguan hati, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis, hingga gangguan ereksi bagi seorang pria. Dengan manfaat yang penting ini, beberapa negara mulai marak hadirnya tempat penyimpanan stem cell.

California Dental Association menyatakan bank gigi susu juga sudah eksis seperti bank tali pusat sejak 2013, tapi terapi pengobatan ini memiliki hambatan yang mendasar, yaitu soal biaya. Biaya terapi sel gigi susu di Rumah Sakit Guangzhou Cina misalnya, dalam sekali terapi, ada proses penyuntikan 100 juta sel punca baru, dengan biaya 60.000 RMB (Yuan) atau sekitar Rp780 juta.

Di Indonesia kendala lainnya soal teknologi. Skala terapi gigi susu ini masih sebatas penelitian pada sebelas rumah sakit di Indonesia, antara lain Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dr. Soetomo sebagai pembina. Selain itu, ada di RS Dr. M. Djamil, Padang, Sumatera Barat, RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, RS Fatmawati, RS Kanker Dharmais, RS Persahabatan, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung, RS Dr. Sardjito, Yogyakarta, RS Dr. Karyadi, Semarang, dan RS Sanglah, Bali.

Meski persoalan teknologi sudah terbatas, adanya kesadaran menyimpan sumber-sumber stem cell sudah dimiliki masyarakat Indonesia. Jumlah warga yang menyimpan darah tali pusat di CordLife mencapai 4.000-5.000 orang. Bagaimana dengan gigi susu anak Anda?

Baca juga artikel terkait GIGI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Suhendra