tirto.id - Koordinator Kelompok Kerja Geologi Lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia Mochamad Wachyudi Memed menilai bahwa banyaknya korban gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada 21 November 2022 lalu akibat penggunaan lahan di sana sangat tinggi.
Hal itu diungkapkan Wachyudi via Zoom dalam bincang santai bertajuk “Memahami Peranan Geologi Lingkungan dalam Menghadapi Bencana Geologi, Studi Kasus: Pasca-Bencana Gempa Bumi Cianjur”, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan pada Kamis (29/12/2022).
“Kenapa ini di sana banyak korban? Saya lihat, ternyata penggunaan lahan di daerah Cianjur utara ini sangat tinggi,” kata Wachyudi.
Wachyudi menuturkan, pada tahun 2000 lalu Kabupaten Cianjur masih sedikit kawasan terbangunnya. Namun pada 2014 meningkat signifikan, apalagi di daerah Cipanas termasuk Kecamatan Cugenang yang makin banyak terdapat kebun teh dan juga sawah di Kabupaten Cianjur dalam periode tahun 2000-2014.
“Nah itu, kenapa sawahnya banyak? Karena airnya bagus, sawahnya banyak. Sawahnya banyak, orang pada pindah ke sana, pada senang, terjadilah gempa,” ujar Wachyudi.
Menurut Wachyudi, Kabupaten Cianjur merupakan daerah rawan bencana dan terdapat gunung api seperti Gunung Gede di sana. “Nah ini kenapa di sana korbannya banyak? Karena ya banyak orang juga di sana, tinggal dalam kondisi-kondisi geologi yang menguntungkan bagi manusia,” sambung dia.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi Kementerian ESDM Republik Indonesia Siti Sumilah Rita Susilawati mengatakan bahwa mereka telah melakukan penyelidikan geologi lingkungan terpadu yakni geologi teknik, hidrogeologi, serta geologi lingkungan.
“Dan juga kami di sini melakukan pembangunan sumur bor tanggap darurat untuk membantu para pengungsi mendapatkan air bersih,” imbuh Siti.
Sementara itu, beber Siti, pada tahun 2021 ada setidaknya 10.519 gempa bumi di Tanah Air. “Ketika kita bicara bencana, banyak bencana, ya bagaimana lagi, karena posisi kita itu berada di pertemuan lempeng. Sehingga memang di satu pihak ada karunianya yang besar dari potensi sumber daya geologi, tetapi ada bencananya juga,” kata Siti.
Di samping itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan korban tewas akibat gempa bermagnitudo (M) 5,6 di Kabupaten Cianjur per Selasa (13/12/2022) pagi sebanyak 335 orang. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari membantah klaim Bupati Cianjur Herman Suherman yang menyebutkan korban tewas akibat gempa sebanyak 600 orang.
Dia menegaskan data resmi mengenai korban gempa Cianjur adalah dari BNPB yang sudah tervalidasi. “Korban tewas 335 jiwa. Data resmi pemerintah adalah data BNPB dan data resmi adalah data tervalidasi," kata Muhari kepada reporter Tirto, Selasa (13/11/2022).
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri