tirto.id - Center of Reform on Economics (CORE) memprediksi dana bantuan sosial akan kembali diturunkan usai Pemilu 2019 selesai. Peneliti CORE bidang fiskal, Yusuf Rendy Manilet pun memperingatkan adanya kemungkinan dampak negatif bila hal itu benar terjadi.
Ia mengkhawatirkan ada penambahan jumlah masyarakat yang kembali menyentuh garis kemiskinan. Menurut Yusuf, tidak menutup kemungkinan bila masyarakat yang saat ini relatif terangkat dari posisi kemiskinannya dulu, bisa jatuh kembali ke level yang lebih rendah dari saat ini.
“Yang menarik penurunan belanja bantuan sosial. Setelah pemilu [biasanya] pertumbuhan belanja bantuan sosial melambat,” ucap Yusuf dalam konferensi pers bertajuk “Konsolidasi Domestik Pasca Pemilu di Tengah Tekanan Global” di Hongkong Café, Gondangdia pada Selasa (30/7/2019).
“Ini bisa berdampak ke masyarakat miskin atau kelas bawah. Yang perlu diperhatikan ada [potensi] peningkatan masyarakat yang hidup di garis kemiskinan. Bantuan sosial ini jadi tumpuan mereka,” ucap Yusuf.
Ekonom CORE, Akhmad Akbar pun juga menangkap persoalan yang sama. Pasalnya, capaian penurunan kemiskinan pemerintah juga menghasilkan peningkatan kategori penduduk rentan miskin di perkotaan.
Akhmad mencontohkan data Maret 2017 yang hanya berkisar 20,16 juta orang menjadi 21,49 juta orang di Maret 2018. Kategori penduduk ini sudah keluar dari garis kemiskinan tapi belum sepenuhnya aman.
“Jumlah kemiskinan berkurang tapi rentan miskin naik. Jadi bukan Cuma yang miskin naik ke rentan miskin. Yang sejahtera ke rentan miskin juga banyak,” ucap Akhmad dalam konferensi pers.
Akhmad mengatakan bila pemerintah ingin mempertahankannya di tahun depan bahkan terus menekannya maka capaian itu tentu tidak gratis. Ia mengatakan membaiknya angka kemiskinan saat ini didukung oleh peningkatan anggaran Bansos yang naik sejak 2016 dan mencapai puncaknya di tahun 2018.
“Tren kinerja ini bisa berlanjut tapi tidak gratis. Dari total jumlah sendiri meningkat drastis di 2018,” ucap Akhmad.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri