tirto.id -
Hal tersebut dilakukan sebab pembiayaan infrastruktur bersifat jangka panjang. Sehingga, kata Yusrak, perbankan harus mengatur dari sisi funding. Apalagi hingga 2030, pemerintah diperkirakan masih membutuhkan 1.200 miliar dollar AS.
"Kami sudah ada dana talangan tanah dan lain-lain sehingga pembiayaan banking, tingkat return sudah bisa diterima," ujar Yusak saat ditemui di Menara BCA, Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2/2019).
Salah satu pembiayaan yang dilakukan Bank Mandiri, jelas Yusrak, adalah pemberian dana talangan melalui sindikasi bank untuk tanah tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi).
Sepanjang tahun 2018, Bank Mandiri sendiri telah merealisasikan kredit sebesar Rp820,1 triliun. 23,4 persen dari total tersebut disalurkan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur pemerintah dan swasta.
Angka itu membuat portofolio pembiayaan Bank Mandiri untuk proyek tol sepanjang 2018 mengalami peningkatan cukup signifikan. pada Juni 2018, misalnya, pembiayaan yang disalurkan untuk pembahasan tol sekitar Rp10,6 triliun.
Sementara pada Desember 2018, angkanya meningkat menjadi sebesar Rp15,9 triliun. "Kami tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga agen pembangunan untuk mendukung program pemerintah," imbuhnya.
Untuk infrastruktur lainnya, pembiayaan oleh Bank Mandiri juga meningkat. Yusak mengatakan, kebutuhan Indonesia akan investasi sangat besar.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Agung DH