tirto.id - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana mencari pendanaan non-konvensional hingga Rp40 triliun di tengah rencana memacu pertumbuhan kredit valas tahun ini.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan menyampaikan, perseroan bakal menerbitkan sejumlah instrumen utang berdenominasi dolar antara lain berupa penerbitan obligasi serta sertifikat deposito.
"Dana ini bisa melalui penerbitan obligasi, sertifikat deposito (negoitable certificate deposit/NCD)," ujarnya di Plasa Mandiri, Jakarta Selatan, Senin (7/1/2019) .
Sementara untuk pendanaan berdenominasi rupiah, Bank Mandiri bakal menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) atau pinjaman bilateral dengan nilai Rp10 triliun.
"Jadi kombinasi tahun ini total keseluruhan Rp40 triliun untuk 2019 saja," kata Panji merinci kebutuhan dana untuk ekspansi kredit yang dirancang dalam Rencana Bisnis Bank (RBB).
Di luar pendanaan non-konvensional itu, Mandiri juga menargetkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2019 dapat mencapai 10 persen.
"Itu sudah masuk business plan untuk dukung ekspansi kami kalau nantinya kredit valuta asing besar," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pengetatan likuiditas masih jadi tantangan yang harus dihadapi perseroannya di tahun ini.
Meski demikian, ia yakin likuiditas bakal berangsur membaik, lantaran pada tiga hari pertama perdagangan di bursa, rupiah mengalami tren penguatan dan dana valas mulai masuk.
"2019 kami yakini portfolio inflows terjadi. Hari ini penguatan rupiah, inflow di ekuitas 2-3 hari pertama perdagangan saham, akan ada tren reversal (pembalikan dana) dari DPK valas," ucapnya dalam kesempatan yang sama.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali