Menuju konten utama

Bank Dunia: Harga Eceran Beras RI Tertinggi di ASEAN

Bank Dunia melaporkan harga beras di Indonesia menjadi tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam hingga Thailand.

Bank Dunia: Harga Eceran Beras RI Tertinggi di ASEAN
Pekerja membersihkan beras yang akan dijual di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Rabu (14/9/2022). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.

tirto.id - Bank Dunia (World Bank) melaporkan harga beras di Indonesia menjadi tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam hingga Thailand. Hal itu menjadi salah satu pendorong kenaikan inflasi harga pangan domestik.

"Harga eceran beras Indonesia secara konsisten adalah yang tertinggi di ASEAN selama (satu) dekade terakhir," tulis laporan Bank Dunia 'Indonesia Economic Prospect (IEP) December 2022', dikutip Selasa (20/12/2022).

Bank Dunia menyebut harga beras di Indonesia 28 persen lebih tinggi dari harga di Filipina. Kemudian lebih dua kali lipat harga di Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand.

Lebih lanjut, Bank Dunia memberikan catatan penyebab harga beras tinggi di Indonesia karena dukungan harga pasar bagi produsen pertanian, seperti pembatasan perdagangan melalui tarif impor, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama, dan tindakan non-tarif lainnya.

"Rantai pasokan yang panjang dan biaya distribusi yang tinggi, sebagian karena geografi negara yang kompleks, juga menaikkan harga pangan bagi konsumen di negara tersebut," bebernya.

Mengutip info pangan Jakarta, harga beras pada perdagangan pagi ini di area DKI Jakarta untuk jenis sentra I/premium dibanderol Rp15.946 per kg. Kemudian untuk beras medium IR III (IR 64) Rp10.135 per kg, beras IR I (IR64) Rp11.692 per kg.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian mengakui harga beras saat ini naik. Hal itu dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kesulitan pupuk hingga petani yang tidak menggunakan pupuk subsidi, tetapi non subsidi.

"Kalau tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan harga pupuk, setiap tahun harga gabah di musim saat ini (Oktober-Desember) selalu tinggi daripada musim tanam sebelumnya," kata Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan Moh Ismail Wahab dikutip dari Antara, Senin (21/11/2022).

Kenaikan harga beras juga dipicu sentimen negatif terhadap cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Perusahaan Umum Bulog yang dianggap tipis.

"Pasar berpikir bahwa pemerintah tidak punya alat untuk memberikan sentimen positif dalam menekan harga karena stok tidak banyak," bebernya.

Walaupun harga beras sedang mahal, pihaknya memastikan produksi beras nasional dalam kondisi aman hingga akhir tahun. Ditambah peluang tambahan stok pada produksi periode Oktober-Desember 2022 diperkirakan mencapai 5 sampai 6 juta ton beras.

"Periode Oktober-Desember 2022 ini diprediksi akan ada gabah kering giling (GKG) mencapai 10,24 juta ton. Kalau jadi beras, kira-kira 5 hingga 6 juta ton," jelasnya.

Baca juga artikel terkait HARGA BERAS atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin