Menuju konten utama

Bagaimana Musik Mempengaruhi Cara Pandang Kita

Musik memicu hormon oksitosin dan serotonin, yang bertanggung jawab untuk ikatan, kepercayaan, dan keintiman

Bagaimana Musik Mempengaruhi Cara Pandang Kita
Ilustrasi musik. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Sebagian dari kita mungkin memiliki lagu-lagu penenang yang kerap kita dengarkan. Musik yang kita dengarkan seolah-olah menjadi obat tersendiri. Selain itu, bagi beberapa orang musik menjadi bagian kehidupan mereka yang tidak boleh terlewatkan setiap mereka menjalani hari.

Tentang kekuatan musik dan pengaruhnya bagi kita, para ilmuwan menemukan bahwa musik memang mengandung ‘sesuatu’ yang mampu meredakan penyakit, depresi, meningkatkan produktivitas dan persepsi kita tentang dunia.

Para peneliti di Universitas Groningen menunjukkan dalam sebuah eksperimen bahwa mendengarkan musik sedih atau bahagia tidak hanya dapat membuat orang berada dalam suasana hati yang berbeda, tetapi juga mengubah apa yang diperhatikan orang.

Dalam studi tersebut, 43 siswa mendengarkan musik bahagia atau sedih ketika mereka ditugaskan mengidentifikasi mimik wajah-wajah bahagia dan sedih. Ketika musik bahagia dimainkan, peserta melihat lebih banyak wajah bahagia dan sebaliknya berlaku untuk musik sedih.

Para peneliti berpendapat bahwa ini bisa jadi karena keputusan perseptual pada rangsangan indera kita, dalam kasus percobaan ekspresi wajah, secara langsung dipengaruhi oleh keadaan pikiran kita.

Tetapi jika benar musik dapat mengubah suasana hati dan persepsi kita, pertanyaannya apakah itu hal yang baik?

Studi terbaru lainnya mengatakan, orang dengan kecenderungan depresi klinis ditemukan merasa lebih buruk setelah mendengarkan musik sedih.

Di sisi lain, mereka yang tidak memiliki depresi melaporkan merasa lebih baik setelah mendengarkan musik sedih. Musik membantu bekerja melalui emosi dan menumbuhkan koneksi antara orang-orang.

Studi ini juga melibatkan orang dengan depresi dan tanpa depresi dan menemukan bahwa kedua kelompok merasa lebih baik setelah mendengarkan musik yang bahagia.

Daniel Levitin, profesor psikologi dan musik di McGill University di Kanada, menunjukkan bahwa bukti yang kuat adalah musik dapat membantu depresi karena ia menawarkan pengalihan perhatian.

Selain itu musik juga dapat mempengaruhi tindakan sederhana seperti berapa banyak uang yang kita habiskan atau seberapa produktif kita. Orang-orang yang menari dan aktif terlibat dengan musik ditemukan lebih bahagia daripada yang lain, yang tidak terlibat dengan music.

Penelitian dari Australia ini mewawancarai 1.000 peserta melalui telepon dan melihat skor kesejahteraan subyektif mereka atau evaluasi pribadi mereka tentang kepuasan hidup.

Orang-orang yang menari dan menghadiri acara musik memiliki skor kesejahteraan subyektif yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang tidak terlibat dengan musik dengan cara ini. Orang-orang yang secara aktif terlibat dengan musik dalam suatu kelompok juga memiliki skor lebih tinggi daripada orang lain yang menikmati musik dengan cara ini sendirian.

"Pada tingkat yang paling mendasar, musik yang bahagia cenderung memiliki tempo yang lebih cepat, dan kami tahu neutron menyala secara serempak dengan irama musik dan musik yang bahagia dapat memberi energi pada Anda," jelas Levitin.

Musik memicu hormon oksitosin dan serotonin, yang bertanggung jawab untuk ikatan, kepercayaan, dan keintiman, jelas Levitin.

Tetapi tidak jarang music malah menjadi pemicu meningkatkan pemikiran agresif atau mendorong kejahatan.

Dilansir CNN, baru-baru ini, sebuah penelitian di Inggris mengeksplorasi bagaimana "drill" musik - genre rap yang ditandai dengan lirik yang mengancam - mungkin terkait dengan kejahatan yang mencari perhatian. Hal itu bukan hal baru, tetapi kemunculan media sosial memungkinkan lebih banyak perekaman dan membagi music tersebut.

“Isi dari lagu-lagu ini adalah tentang persaingan geng, dan tidak seperti genre lain, penonton mungkin menilai pemain berdasarkan apakah ia akan menindaklanjuti dengan apa yang ia klaim dalam liriknya,” jelas Craig Pinkney, penulis penelitian.

Namun, ada beberapa alasan untuk meningkatnya kejahatan, menurut Pinkney. Dia menjelaskan bahwa kemiskinan, kekurangan, rasisme, kepemimpinan yang buruk, kurangnya investasi perusahaan, kurangnya peluang dan sumber daya juga berkontribusi.

Penelitian memiliki bukti yang sangat beragam, dan sebagian besar menggunakan data pengamatan alih-alih eksperimen terkontrol yang dapat mempertimbangkan kepribadian orang. Orang-orang yang sudah rentan terhadap kekerasan mungkin tertarik dengan musik kekerasan. Tapi itu tidak berarti semua orang yang menyukai dan menganggap musik itu kejam.

Laurel Trainor, profesor psikologi, ilmu saraf dan perilaku dan direktur Institut McMaster untuk musik dan pikiran mengatakan bahwa musik bisa jadi adalah bagian dari warisan biologis kita, bahwa musik tidak hanya memiliki sisi positif untuk ikatan sosial tetapi juga sisi negatif.

“Kita perlu mengenali itu jika kita ingin menggunakan musik dengan cara yang positif," jelas Trainor.

Baca juga artikel terkait MUSIKUS atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Musik
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani