Menuju konten utama

Bagaimana Mantan Presiden Menjalani Hidup Setelah Lengser

Beberapa mantan presiden Amerika Serikat bisa hidup berkecukupan dengan meladeni wawancara, berceramah, dan menulis buku. Contoh-contoh yang bisa ditiru mantan-mantan presiden Indonesia, termasuk Pak SBY.

Bagaimana Mantan Presiden Menjalani Hidup Setelah Lengser
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) bernyanyi saat pertemuan Silaturahim Nasional ke-III Partai Demokrat di Hotel Sahid, Jakarta. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

tirto.id - Pernahkah Anda membandingkan foto Barack Obama sebelum 2009 dengan fotonya pada 2013? Sebelum 2009, Obama adalah senator dari Illinois. Penampilannya gagah dan rapi. Nyaris tiada kerut di wajah. Senyum selalu mengembang. Rambutnya hitam mengkilat. Pada 2013, saat dia menjadi Presiden Amerika Serikat untuk kali kedua, semuanya berubah. Uban makin banyak. Kerut merambat di kulitnya. Senyumnya masih cemerlang, memang. Tapi tak ada yang menyangkal kalau secara fisik, Obama tampak berubah drastis.

Perubahan ini pernah dibuat esai foto oleh Time dengan judul "How President Age in Office." Kalimat pembukanya menarik: Dari Lyndon Baines Johnson hingga Barack Obama, melihat apa yang bisa dilakukan pekerjaan tersukar di dunia terhadap seorang manusia. Stres karena pekerjaan memang membuat Presiden menua lebih cepat. Penuaan akibat stres ini tidak hanya terjadi pada Obama, tapi juga Presiden AS lain. Mulai George W. Bush, Bill Clinton, Ronald Reagan, Jimmy Carter, hingga Richard Nixon.

Tak tanggung-tanggung, penuaan dini pada Presiden AS ini disebut dua kali lebih cepat ketimbang manusia biasa. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Michael Roizen yang meneliti tingkat stres pada Presiden AS sejak Theodore Roosevelt hingga Barack Obama. Kesimpulannya: stres mereka unik, yang membuat para Presiden AS menua lebih cepat ketimbang manusia lain.

"Penyebabnya adalah apa yang kami sebut sebagai stres yang tak terselesaikan. Mereka tak punya kawan untuk melepas stres. Ada beberapa cara untuk menghilangkan stres. Tapi yang paling ampuh adalah curhat kepada kawan," kata Rozien pada CNN.

"Masalah pada Presiden adalah, sebagian besar mereka kehilangan teman. Dan teman terdekat mereka biasanya adalah pasangan."

Temuan Rozien diamini oleh Dr. Michael Irwin dari UCLA Neuropsychiatric Institute. "Tak bisa dibantah kalau stres dalam jumlah besar bisa mempercepat penuaan," katanya pada Daily Mail.

Tapi ada hal menarik dari fenomena ini. Dari makalah berjudul "Aging of US Presidents" yang diterbitkan oleh Journal of the American Medical Association pada 2011, disebutkan bahwa meski Presiden menua ketika bertugas, umur mereka biasanya melampaui angka harapan hidup warga umum.

"23 dari 34 presiden yang meninggal karena sebab alami, berumur lebih panjang dari angka harapan hidup pria seumuran sewaktu mereka dilantik," tulis S. Jay Olshansky, penulis jurnal.

Menurut Olshansky, ada dua alasan kenapa umur mantan Presiden ini bisa panjang. Pertama, karena saat dilantik, rata-rata umur mereka adalah 55 tahun. Mereka sudah melewati usia yang disebut Olshansky sebagai "rawan". Alasan kedua adalah para mantan Presiden ini memiliki kesejahteraan dan akses pada perawatan kesehatan terbaik, jauh melebihi akses warga umum.

Sebenarnya ada satu alasan lain yang tak ditulis oleh Olshansky. Yakni: para mantan Presiden itu sudah tak punya beban lagi. Bayangkan, setelah melakoni pekerjaan terberat di dunia, mendadak beban itu hilang. Puff! Pundak enteng. Otak berpikir lebih santai.

Setelah Obama resmi lengser, dia tak membuang waktu untuk segera berlibur. Presiden ke 44 ini berlibur ke Karibia. Setelahnya, mereka berlibur ke Kepulauan Necker di British Virgin Island. Tampak benar kalau Obama jauh lebih rileks. Di video yang diunggah jurnalis Philip Lewis di Twitter, tampak Obama mengenakan celana pendek, sandal jepit, kaus polo shirt, dan topi yang dibalik. Sedangkan Michele mengenakan celana pendek, tank top, rambut dikepang yang dilindungi oleh topi fedora. Mereka memasang senyum lebar.

Melakoni banyak kegiatan adalah syarat supaya mantan penguasa itu tak terkena post power syndrome. Entah itu mengisi kuliah, memberikan ceramah, menulis buku, atau berlibur. Kalau tak begitu, bisa-bisa mereka stres karena bingung tak ada kerjaan.

Melongok Hidup Pensiunan Mantan Presiden AS

Menjadi mantan Presiden AS adalah sebuah kemewahan tersendiri. Bayangkan, beban pikiran memimpin sebuah negara adidaya sudah tak dipanggul. Tapi mereka masih mendapatkan aneka ria privilese yang diatur dalam Former Presidents Act (FPA). Undang-Undang ini dibuat pada 1958, yang mengatur tentang tunjangan pensiun bagi para mantan Presiden AS. Jumlahnya cukup bikin pusing para pembayar pajak.

Tunjangan pensiun mantan Presiden itu setara dengan gaji Sekretaris Kabinet, yakni 203 ribu dolar per tahun. Pada 2016, jumlahnya naik menjadi 205 ribu dolar per tahun. Selain itu mereka juga mendapatkan tunjangan perjalanan sebesar 1 juta dolar per tahun, dan 500 ribu dolar untuk mantan Ibu Negara. Agar para mantan Presiden itu tetap aktif, negara juga menjamin ruangan kantor yang lokasinya bisa dipilih.

Jimmy Carter memilih kantor di Atlanta, George Bush di Houston, Bill Clinton di New York, George Bush Jr. di Dallas. Keuntungan lain: mendapat tunjangan kesehatan, diberi rumah di pusat kota Washington, dijaga oleh paspampres, dijatah limosin Presidensial, dan boleh menggunakan Air Force One.

Segala tunjangan itu tampak menyenangkan. Tapi ternyata kadang tak cukup. Apalagi kalau sedang terjerat kasus hukum atau kena tipu orang.

Contoh pertama adalah Richard Nixon. Nama yang beberapa hari lalu disebut-sebut oleh Susilo Bambang Yudhoyono ini mengundurkan diri pada 1974 setelah terkena skandal Watergate. Setelah pensiun, dia terbelit utang. Berbagai tuntutan hukum terkait Watergate membuatnya harus mengeluarkan dana sekitar 1 juta dolar. Keuangannya begitu keropos hingga dia harus menjual beberapa propertinya di Florida untuk membayar utang.

Contoh kedua adalah Jimmy Carter. Setelah pensiun sebagai Presiden pada 1981, dia kembali mengurusi kebun kacangnya. Dia memang bekerja sebagai petani kacang sebelum terjun ke kancah politik. Saat menjabat sebagai Presiden, dia meminjamkan kebun kacangnya kepada pihak ketiga agar tak menimbulkan konflik kepentingan. Ndilalah, pihak ketiga ini salah urus. Membuat Carter terbelit utang lebih dari 1 juta dolar.

Kalau sudah begitu, maka mereka harus mencari pendapatan lain. Untungnya, status sebagai mantan Presiden negara adidaya membuat mereka lebih mudah mencari uang. Misalkan dengan membuat buku biografi. Jumlah uang di ceruk ini jauh lebih besar ketimbang uang pensiun.

Bill Clinton mendapatkan sekitar 15 juta dolar dari penerbit yang membeli hak buku biografinya. Dia juga rutin memberikan kuliah umum atau ceramah. Tarifnya mencapai 100 ribu dolar hingga 300 ribu dolar per ceramah. Menurut laporan dari New York Times, Bill Clinton mendapatkan sekitar 30 juta dolar dari memberikan kuliah atau ceramah sepanjang 2001 hingga 2005. Hingga 2012, diperkirakan sudah ada 104 juta dolar yang dia dapatkan dari jualan abab.

Begitu pula Nixon ataupun Carter. Nixon mendapatkan sekitar 2 juta dolar dari buku biografinya, RN: The Memoirs of Richard Nixon. Selain itu, dia juga memacak tarif untuk wawancara. Dalam wawancara bersama David Frost, Nixon mendapatkan bayaran 600 ribu dolar. Sedangkan Carter sejauh ini sudah membuat 14 buku yang nyaris semua laris. George W. Bush mendapatkan 7 juta dolar untuk bukunya, Decision Point.

"Umumnya, kecuali Presiden itu memang sudah kaya, mereka harus bekerja untuk menyambung hidup selepas menjabat sebagai Presiden," ujar Barbara Bradley dari The Atlantic, yang meneliti tentang kehidupan mantan Presiden AS.

"George Washington menjadi pembuat wiski terbesar. William Howard Taft menjadi Hakim Agung. Jadi ya, mereka memang harus kerja."

Beberapa dari mantan Presiden AS masih berkutat di dunia politik. Bill Clinton, misalkan. Dia masih aktif memberikan pidato di konvensi Partai Demokrat. Bill juga berkampanye untuk calon Presiden dari Partai Demokrat, termasuk Barack Obama dan Hillary Clinton. Sedangkan Nixon menjadi penasihat bagi Reagan dan Bush senior.

Carter, salah satu mantan Presiden yang paling dicintai publik AS, mendirikan Carter Center yang bergerak di bidang kebijakan publik internasional, resolusi konflik, dan hak asasi manusia. Namun, meski masih melontarkan satu dua kritik terhadap penerusnya, umumnya mereka tak berperan sebagai oposan sentral yang super-rewel.

Kehidupan Mantan Presiden Indonesia

Nyaris sama dengan AS, Pemerintah Indonesia juga mengatur hajat hidup mantan Presidennya. Pertama, bisa ditengok di UU Nomor 7 tahun 1978 yang mengatur hak keuangan Presiden dan Wakil Presiden. Disebutkan bahwa mantan Presiden mendapat tunjangan pensiun 100 persen dari gaji pokok terakhir. Berdasar data dari Kementrian Keuangan pada 2005, gaji pokok Presiden RI adalah Rp30.240.000 per bulan, dan Wakil Presiden adalah Rp20.160.000.

Untuk tempat tinggal, SBY mengeluarkan Perpres Nomor 52 Tahun 2014 terkait standar rumah bagi mantan Presiden dan Wakilnya. Tak ada syarat khusus di Perpres itu. Yang ada hanyalah kriteria umum seperti berada di wilayah Republik Indonesia, berada pada lokasi yang mudah dijangkau, dan memiliki bentuk yang dapat mendukung aktivitas mantan Presiden dan Wapres.

Megawati mendapatkan rumah dinas di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat yang kini menjadi miliknya. Sedangkan SBY mendapat rumah seluas kira-kira 4.000 meter persegi yang terletak di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Abdurrahman Wahid mendapat rumah, tetapi memilih menjualnya atau digantikan dengan uang.

Megawati dan SBY adalah mantan Presiden yang masih aktif di politik. Dua-duanya masih menjabat sebagai ketua partai. Megawati dan PDI Perjuangan menjadi oposisi yang tangguh bagi pemerintahan SBY. Setelah SBY lengser, banyak orang mengira dia akan menekuni karir sebagai pembicara, atau musisi. Presiden kelahiran Pacitan ini memang termasuk musisi yang aktif. Semasa menjabat sebagai Presiden, tak kurang ada 4 album yang dibuatnya. Namun, dugaan itu meleset.

SBY memilih menjadi lawan tanding bagi Jokowi. Sayangnya, publik melihat SBY sebagai mantan Presiden yang kerap mengeluh, merecoki, bahkan merepotkan Jokowi. Terbaru, SBY meminta Jokowi untuk mengurus kemungkinan penyadapan padanya, yang tentu tak ada kaitannya dengan Jokowi. Twitterland bereaksi dengan tagar #AkuMerasaDisadap, #MantanBaper, dan #SBYTakutDisadap yang bernada negatif, mengalahkan tagar lawan semacam #SBYpemerSATU, #AhokFitnahUlama, dan #AwasDisadapTimAhok.

Infografik Kehidupan Mantan Presiden

Keluhan itu ditanggapi sang Presiden dengan santai: kok ke saya?

Sedangkan B.J Habibie nyaris tak muncul ke publik untuk bicara politik. Dia hampir tak pernah mengkritik penerusnya, baik Gus Dur hingga Jokowi. Dia kini tinggal di Jerman. Sesekali Habibie pulang ke Indonesia kalau ada acara, semisal menghadiri talkshow, memberikan kuliah atau ceramah, ataupun mendatangi pemutaran film biopiknya. Sama seperti Carter, Habibie juga mendirikan yayasan bernama Habibie Center yang bergerak di bidang demokrasi dan hak asasi manusia.

Sedangkan Gus Dur, setelah lengser, aktif memperjuangkan Partai Kebangkitan Bangsa. Beliau juga mendirikan lembaga The Wahid Institute (yang kemudian menjadi Wahid Foundation) yang merupakan usahanya untuk mewujudkan prinsip dan cita-cita intelektualnya. Gus Dur sempat mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia pada Pemilu 2004, tapi tak lolos pemeriksaan medis. Agak berbeda dengan Habibie, Gus Dur sempat menggerakkan koalisi bernama Nusantara Bangkit Bersatu. Gus Dur membentuk koalisi ini bersama Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung, dan Megawati. Tujuannya adalah menjadi oposisi terhadap pemerintahan SBY.

Memang ada cukup banyak perbedaan kultur presidensial antara AS dan Indonesia. Di AS, para mantan Presiden lebih banyak bergerak untuk kepentingan publik. Entah itu memberikan kuliah, ceramah, mendirikan yayasan, atau menulis buku. Di sini, setidaknya dua orang mantan Presiden masih aktif berpolitik dan menjadi ketua umum partai, alih-alih memberikan jalan kepada yang lebih muda.

Tapi itu tentu lebih baik ketimbang nasib Otto Perez dan Antonio Saca. Nama pertama dipaksa lengser setelah skandal korupsinya di Guatemala terkuak. Nama kedua adalah mantan Presiden yang memimpin El Salvador pada 2004 hingga 2009. Dia dipenjara juga karena tuduhan korupsi yang merugikan negara sekitar 246 juta dolar.

Sebab sebaik-baiknya nasib mantan Presiden adalah bersantai, menikmati hidup, menulis buku, memberikan ceramah, atau membuat album musik. Bukan dipenjara, apalagi dipenjara karena korupsi.

Baca juga artikel terkait PENYADAPAN atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Politik
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Maulida Sri Handayani