tirto.id - Bagaimana jika prinsip kimia hijau tak diterapkan di kehidupan merujuk pada beberapa akibat yang bisa timbul karena tidak berjalannya prinsip terkait? Kimia hijau adalah langkah untuk menurunkan dampak negatif penggunaan bahan kimia.
Seperti dua sisi uang koin, perkembangan industri kimia menawarkan pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan. Sejak pertengahan abad 20 misalnya, kimia hijau atau green chemistry mulai dikumandangkan pendukung lingkungan untuk menekan angka efek kerusakannya.
Kendati teknologi semakin modern, tingkat kesehatan dan kelestarian lingkungan juga perlu dipantau kondisinya. Apa pentingnya kimia hijau pun andil dalam hal ini sebagai upaya pencegahan kerusakan atau penurunan kualitas hidup manusia.
Dinukil dari Environmental Protection Agency Amerika Serikat, langkah penerapan prinsip kimia hijau mencakup desain, manufaktur penggunaan, hingga pembuangan akhirnya. Mereka juga mengklaim bahwa desain produk dan proses kimia ramah lingkungan berpengaruh terhadap pengurangan atau penghapusan risikonya.
Kenapa Prinsip Kimia Hijau Harus Diterapkan?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, kita dapat melihat dahulu contoh produk kimia hijau dari penggunaan cat tanpa Volatic Organic Compounds (VOC) atau Senyawa Organic Volatil.
Menurut Dina Mustafa dalam artikel “Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan”, termuat di buku suntingan Mohammad Toha dkk. (2016), bahan alternatif penggantinya dibuat dari tanaman yang tak berbau, berdaya tutup baik, dan bersih.
VOC sendiri merupakan bahan kimia yang mudah menguap, sehingga berbahaya bagi pernapasan manusia dan atmosfer. Pengalihan penggunaan bahan pun termasuk sebagai upaya prinsip kimia hijau karena memerhatikan keadaan lingkungan dan makhluk hidup.
Secara garis besar, terdapat 12 prinsip kimia hijau yang diterapkan dalam rangka keberlanjutan dan kesehatan. Materi penerapan kimia hijau tersebut dimuat dalam tulisan Paul Anastas dan John C. Warner bertajuk Green Chemistry: Theory and Practice (1998).
Di antaranya berupaya mencegah limbah, memaksimalkan nilai ekonomi, penggunaan bahan yang kecil risiko, desain aman, pelarut dan reaksi yang aman, efisiensi energi, terbarukan, pengurangan turunan kimia, pemakaian katalis, mendesain ulang produk terdegradasi, menganalisis demi pencegahan polusi, serta mencegah potensi kecelakaan.
Beberapa dasar di atas sekiranya bisa menjadi alasan mengapa harus menerapkan prinsip kimia hijau. Melalui penerapan prinsip tersebut, manusia tetap bisa menjalankan kegiatan industri di bidang kimia dengan tingkat risiko yang lebih rendah.
Bagaimana Jika Prinsip Kimia Hijau Tidak Diterapkan dalam Kehidupan?
Dampak tidak diterapkan prinsip kimia hijau berbanding terbalik dengan dua belas prinsip green chemistry. Beberapa hal yang terjadi seandainya penerapan tidak diberlakukan mencakup poin-poin berikut.
1. Pencemaran lingkungan
Tercemarnya lingkungan oleh bahan kimia berbahaya bisa muncul sebagai dampak negatif pertama. Data Badan Perlindungan Lingkungan AS misalnya, mereka menyebut ada limbah berbahaya sebanyak 278 juta ton pada 1991 silam.Pencemaran lingkungan ini terjadi di 24.000 lokasi dan sebagian besar berasal dari perusahaan industri kimia. Salah satunya Dow Chemical Company yang ada di Midland, Michigan, limbah berbahayanya sekitar 10 persen atau 30 juta ton.
Berhubungan dengan itu, pencemaran akibat bahan kimia berbahaya bisa terjadi di darat, udara, dan air. Jika berlangsung secara terus menerus dengan jumlah lebih besar, kerusakan ekosistem ataupun kematian makhluk hidup berpotensi tinggi terjadi.
2. Penggunaan sumber daya yang tak efisien
Mengutip dokumen terbitan Institute for Agriculture and Trade Policy (IATP) berjudul “Why We Need Green Chemistry”, dinyatakan bahwa pemerintah punya andil besar dalam menerapkan teknologi ramah lingkungan.Para pengusaha juga diwajibkan berintegrasi dengan green chemistry dalam proses manufaktur masing-masing. Apa hubungan pernyataan tersebut dengan tidak diterapkannya prinsip kimia hijau?
Perusahaan tentunya tidak ingin menemukan proses yang sia-sia dalam pelaksanaan produksi, termasuk adanya kerugian atau kekurangan sumber daya.
Adanya prinsip tentang keamanan membuat mereka terhindar dari kehilangan sumber daya dan menemukan solusi yang efisien. Kemudian mengurangi biaya yang harus dipakai untuk menambah jumlah zat terbuang.
3. Risiko terhadap kesehatan manusia
Prinsip kimia hijau yang tidak dilaksanakan oleh suatu perusahaan industri kimia dapat mengakibatkan kerugian fisik maupun nyawa. Pernyataan ini secara garis besar merujuk pada tingkat kesehatan manusia di sekitar pabrik.Polusi bahan kimia berbahaya yang tidak dikoordinir secara tepat dapat mengancam kesehatan seseorang, misalnya organ, kanker, gangguan hormon, dan lain-lain. Salah satu kasusnya pernah terjadi kebocoran gas beracun di Bhopal, India, pada 1984 silam.
Dinukil dari PITT Swanson Engineering Virtual Newsroom, peristiwa itu menewaskan kisaran 3.000 orang dan ratusan orang lain mengalami luka-luka. Tersangkanya adalah perusahaan pestisida bernama Union Carbide.
4. Kerugian ekonomi
Pada 1978 silam, berlokasi di Air Terjun Niagara, New York, Amerika Serikat (AS), sempat ditemukan limbah kimia beracun yang terkubur. Peristiwa itu diabadikan dengan sebutan “Insiden Kanal Cinta”, dilansir dari sumber serupa poin (3).Lingkungan tersebut pun ditinggalkan, begitu juga yang terjadi ketika evakuasi kota lantaran kemunculan kontaminasi dioksin. Berhubungan dengan itu, sektor ekonomi tentunya mengalami kemacetan serupa.
Mereka yang sehari-hari beraktivitas jadi tidak dapat bekerja. Adapun biaya pembersihan kembali menjadi beban tambahan keuangan yang merugikan, baik bagi masyarakat, perusahaan, ataupun pemerintah.
5. Perubahan iklim
Bagaimana jika prinsip kimia hijau tidak diterapkan dalam kehidupan? Pertanyaan ini juga berpotensi menimbulkan dampak-dampak alam tertentu, misalnya mengubah iklim yang terjadi di atas permukaan bumi.Penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan zat karbon dioksida misalnya, diklaim bisa mempercepat proses pemanasan global. Suhu pun jadi tidak stabil lantaran atmosfer terhalang zat yang tidak seharusnya ada.
Dampak bisa berupa kutub yang mencair, tingkat panas yang ekstrem, menurunnya tingkat kesehatan udara, dan sebagainya.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno