Menuju konten utama

Bagaimana Cara Kerja Vaksin Sinovac Dalam Tubuh Manusia?

Berikut ini adalah penjelasan terkait cara kerja vaksin Sinovac untuk COVID-19 yang akan segera disalurkan ke masyarakat Indonesia.

Bagaimana Cara Kerja Vaksin Sinovac Dalam Tubuh Manusia?
Presiden Joko Widodo (kiri) disuntik dosis pertama vaksin COVID-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib (kanan) di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). ANTARA FOTO/Setpres-Agus Suparto/Handout/wsj.

tirto.id - Vaksin CoronaVac dari perusahaan Sinovac siap disertakan dalam program vaksinasi COVID-19 di Indonesia usai resmi lulus uji Emergency Use Authorization (EUA).

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Penny K Lukito menyebutkan Sinovac juga telah memenuhi standar WHO sehingga bisa mendapatkan izin EUA dengan tingkat efikasi minimal 50 persen.

Sinovac Biotech menjadi salah satu dari jajaran perusahaan yang bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam penyediaan vaksin dalam negeri.

Sinovac telah melakukan penelitian mengenai vaksin virus SARS-Cov 2 sejak awal 2020. Vaksin Sinovac juga telah diuji di Brasil dan Turki, dengan efikasi 75 persen dan 91,5 persen berdasarkan uji subkelompok sukarelawan.

Cara kerja vaksin CoronaVac

Tujuan vaksin pada dasarnya sama, yakni memicu antibodi dalam tubuh untuk mengingat dan menyerang virus. Begitu pula dengan vaksin CoronaVac, ia bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan untuk membuat antibodi melawan virus Corona jenis baru.

Dilansir dari New York Times, pada pembuatannya, para peneliti mula-mula menumbuhkan virus Corona dalam stok besar di sel ginjal monyet. Kemudian virus tersebut disiram dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolactone agar mati dan tidak bisa bereplikasi. Namun, meski virus tersebut mati, protein yang menyelubungi badan virus tetap utuh.

Para peneliti lalu mengambil virus yang tidak aktif tersebut dan mencampurkannya dengan senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Senyawa ini berfungsi untuk merangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan responsnya terhadap vaksin.

Virus yang sudah mati itu tidak akan menyebabkan Covid-19 meski disuntikkan dalam tubuh. Justru virus ini memicu munculnya sel imunitas yang disebut Antigen-presenting cell (APC). Sel ini kemudian merobek virus Corona yang sudah mati dibantu dengan sel T sebagai pendeteksi fragmen atau bagian virus tersebut.

Jika fragmen cocok dengan salah satu protein permukaannya, sel T menjadi aktif dan membantu merekrut sel kekebalan lain untuk merespons vaksin.

Selanjutnya, sel lain yang disebut sel B ikut aktif. Permukaan sel B terdiri atas protein dalam berbagai bentuk dan diantaranya dapat menempelkan bagian dari virus corona.

Saat fragmen virus Corona menempel, sel B mengaktifkan sejumlah antibodi yang berfungsi memblokir dan mencegah virus untuk menginfeksi.

Selain itu, sel B juga memungkinkan sistem antibodi untuk mengingat virus vaksin demi mengantisipasi apabila tubuh terinfeksi virus yang sama dikemudian hari.

Efek samping setelah vaksinasi

Dilansir dari MayoClinic, vaksin Covid-19 dapat menyebabkan efek samping ringan setelah dosis pertama atau kedua, termasuk:

    • Nyeri, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan diberikan
    • Demam
    • Kelelahan
    • Sakit kepala
    • Nyeri otot
    • Panas dingin
    • Nyeri sendi
Sebagian besar efek samping tersebut akan terjadi dalam tiga hari pertama setelah vaksinasi dan hanya berlangsung dalam satu hingga dua hari. Penerima vaksin akan dipantau selama 15 menit setelah mendapatkan vaksin untuk melihat apakah ada reaksi langsung.

Lebih lanjut, vaksin tidak menyebabkan seseorang positif Covid-19 meski mungkin mengalami beberapa gejala Covid-19. Menurut Centers of Disease Control and Prevention (CDC), ada kemungkinan penerima vaksin mendapatkan hasil positif pada tes berbasis antibodi (contohnya, Rapid Test Antibodi.)

Tetap mematuhi protokol kesehatan meski sudah menerima vaksin

Menurut CDC, vaksin memang mampu melindungi tubuh dari infeksi Covid-19 dengan mengajarkan tubuh bagaimana mengenali dan melawan virusnya. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian yang dapat mengatakan berapa lama perlindungan tersebut bertahan.

Ada kemungkinan tingkat antibodi menurun selama beberapa bulan. Tetapi perlu diingat bahwa sistem kekebalan memiliki sel B dengan memori yang bisa menyimpan informasi virus Corona selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.

Seiring dengan rekomendasi ini, MayoClinic menyebut penerima vaksin sebaiknya tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku seperti mencuci tangan, melakukan social distancing, mengenakan masker, tidak menyentuh wajah dengan tangan, juga sebisa mungkin tetap di rumah dan menjauhi kerumunan.

Baca juga artikel terkait VAKSIN SINOVAC atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Maria Ulfa