tirto.id - Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, optimistis target penerima program Makan Bergizi Gratis yang sebanyak 82,9 juta orang dapat tercapai pada 2027. Itu lebih cepat dibandingkan target yang dicanangkan Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang baru akan tercapai pada 2029.
“(Penerima) 15 juta minimal untuk tahun 2025, ya. Nanti, kita akan doubling di 2026 dan mudah-mudahan bisa keseluruhan di 2027,” ungkap Dadan saat ditemui awak media usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Pada tahun pertama, program prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran itu akan menyasar minimal 15 juta penerima. Golongan penerimanya antara lain ibu hamil, ibu menyusui, balita, anak sekolah dari jenjang PAUD sampai SMA, dan para santri serta pelajar keagamaan lainnya.
“Ini akan dilaksanakan mulai awal Januari. Sementara ini, minimal 15 juta,” kata Dadan.
Dengan target tersebut, Badan Gizi Nasional mendapat pagu indikatif dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Negara (RAPBN) 2025 senilai Rp71 triliun. Menurut Dadan, anggaran tersebut nantinya tak hanya diperuntukkan bagi pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis saja, melainkan juga untuk dukungan manajemen, termasuk operasional Badan Gizi Nasional.
Sementara itu, dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Nasional, Badan Gizi Nasional tidak menentukan menu makan siang yang diberikan pada penerima. Sebaliknya, Badan Gizi Nasional hanya menentukan standar komposisi gizi yang terdapat dalam seporsi makanan.
“Menunya terkait dengan lokalitas. Jadi, kalau misalnya di daerah yang banyak ikan, nanti proteinnya berasal dari ikan. Kalau karbohidratnya dari jagung, ya orang suka dengan makan jagung silakan. Kalau dengan singkong, silakan. Tapi, yang suka makan nasi, ya tentu saja lanjutkan makan nasi,” jelas Dadan.
Selain itu, kalori yang diberikan untuk penerima akan berbeda antara satu golongan dengan golongan lainnya. Sebagai contoh, untuk jenjang PAUD, kalori yang diberikan adalah sekitar 450-500 kalori, sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP dan SMP sekitar 600-650 kalori.
Selain kalori, kandungan gizi lain dalam seporsi makan siang yang didapat penerima harus ada pula protein dan serat. Sama halnya seperti karbohidrat, pemenuhan protein dan serat juga akan sangat bergantung dari kekayaan alam yang dihasilkan oleh masing-masing daerah.
“Di daerah yang memang susunya mudah, bisa diisi dengan susu. Di daerah yang banyak telur, susunya kita bisa ganti dengan telur. Kemudian kalau di daerah yang banyak ikan, protein ikan mungkin bisa menggantikan atau bisa mengisi kelengkapan gizinya gitu. bukan menggantikan, melengkapi,” kata Dadan.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi