Menuju konten utama

Badan Geologi Sebut Gas Biogenik Picu Semburan Api di Tol Cipali

Badan Geologi menduga semburan api di Rest Area KM 86B Cipali berasal dari gas biogenik Formasi Cisubuh berumur pliocene sampai pleistocene.

Badan Geologi Sebut Gas Biogenik Picu Semburan Api di Tol Cipali
Semburan api keluar dari sumur bor di area peristirahatan KM 86b Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di Jawa Barat. (ANTARA/HO-Badan Geologi)

tirto.id - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menganalisa semburan gas disertai api di Area Peristirahatan (Rest Area) KM 86B Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di Subang, Jawa Barat.

"Semburan gas pada lokasi rest area KM 86B kemungkinan besar berasal dari gas biogenik Formasi Cisubuh berumur pliocene sampai pleistocene," demikian keterangan resmi Badan Geologi yang dikutip dari Antara, Jumat (28/4/2023).

Badan Geologi menyebutkan semburan api itu berasal dari sumur bor artesis yang digunakan sebagai sumur air tanah dengan kedalaman antara 40 sampai 100 meter.

Kawasan itu berada dekat dalam radius dua kilometer dengan sumur eksplorasi gas aktif Pertamina EP. Lokasi sumur itu termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Pamanukan, Jawa Barat.

Secara geologi, lokasi sumur berada pada satuan batuan alluvium asal vulkanik batu pasir tuffaan dan konglomerat yang berumur kuarter. Adapun batuan penyusun di bawah satuan lapisan aluvial tersebut, mengacu pada Peta Geologi Lembar Bandung adalah Formasi Citalang berumur pliosen atas, Formasi Kaliwangu berumur pliosen bawah, dan Formasi Subang berumur miosen akhir.

Satuan batuan tersebut tersingkap di daerah Subang dan sekitarnya dan menerus di bawah permukaan hingga lokasi sumur berada.

Menurut Badan Geologi, pada sekitar lokasi semburan terdapat sumur PSJ-P1 dan PJN-P1 dengan kedalaman maksimal 1.076 meter untuk sumur PJN-P1.

Sumur PJN-P1 sampai dengan kedalaman 860 meter terdapat zona yang memiliki potensi sebagai penghasil dan penyimpan gas. Formasi itu diinterpretasikan sebagai Formasi Cisubuh yang berumur Pliosen hingga pleistosen.

Badan Geologi mencatat lokasi semburan berada pada antiklin berarah relatif barat sampai timur yang termasuk dalam Lapangan Pasirjadi. Sumur berada di puncak antiklin yang cukup besar dan ditutupi oleh lapisan aluvial vulkanik yang cukup tipis sekitar 200 meter.

Karakteristik puncak antiklin merupakan zona lemah dan umumnya mengalami peretakan maupun perekahan. Kondisi ini memungkinkan gas biogenik maupun termogenik dari formasi di bawahnya (Formasi Cisubuh) untuk dapat menyusup keluar.

Formasi Cisubuh dan formasi di bawahnya memiliki zona-zona bright spot yang berpotensi mengandung gas biogenik maupun termogenik yang memiliki tekanan yang dapat berpotensi menyemburkan gas bila kestabilan batuan penutupnya (endapan kuarter dan vulkanik) terganggu, baik oleh faktor alami maupun aktivitas manusia.

Batuan kuarter dan vulkanik yang dapat menahan keluarnya gas pada daerah semburan relatif tipis sekitar 200 meter dan rentan terhadap potensi semburan.

Badan Geologi akan mengambil sampel gas untuk menentukan karakteristik gas tersebut agar bisa menentukan sumber gasnya. Hal ini perlu dilakukan terkait dengan durasi dan besarnya semburan gas yang diperlukan untuk penanganan semburan serta antisipasi resiko di kemudian hari.

Selain itu, pemetaan potensi gas biogenik di wilayah utara Jawa Barat terkait dengan risiko kebencanaan pengeboran sumur air dan aktivitas lainnya, serta pemanfaatan gas biogenik untuk kepentingan masyarakat secara lebih luas.

Badan Geologi menyarankan agar dilakukan pengamanan lokasi sampai semburan itu berhenti atau termitigasi secara teknik. Mitigasi terkait semburan gas juga perlu dilakukan dengan fasilitas standar yang memadai baik berupa pembuatan flare maupun plugging dan sementing sesuai dengan kondisi teknis yang terbaik.

Baca juga artikel terkait REST AREA TOL CIPALI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan