tirto.id - Pada kegiatan perayaan Maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagian umat Islam melakukan pembacaan maulid atau riwayat kelahiran Beliau.
Ketika mulai dibacakan maulid Barzanji (kumpulan bacaan berbahasa Arab yang digunakan untuk acara maulid) di sebuah forum, para jamaah yang sebelumnya dalam posisi duduk seketika berdiri. Posisi berdiri pada keadaan demikian dinamakan mahalul qiyam.
Kebiasaan ini cukup lekat terutama di kalangan warga Nahdliyin. Mahalul qiyam diyakini sebagai bentuk akhlak penghormatan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad.
Jamaah segera berdiri ketika mulai dibacakan salawat dengan lafaz:
يَا نَبِي سَلَامْ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلْ سَلَامْ عَلَيْكَ
Yaa nabi salam 'alaika, yaa rasul salaam 'alaika
Artinya: "Wahai Nabi salam kepadamu, Wahai Rasul salam kepadamu",
Menurut Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad Dimyathi dalam kitab "I'anatut Thalibin", mahalul qiyam telah menjadi tradisi sewaktu diperdengarkan kisah kelahiran Nabi Muhammad. Sikap ini didasarkan pada anggapan baik (istihsan) terkait penghormatan untuk beliau.
Dikutip dari laman IAIN Ponorogo, mahalul qiyam juga dilakukan pada saat pembacaan kitab-kitab maulid lainnya seperti maulid Ad-Dhiba‟, maulid Simtuddhurar, maulid Adh-Dhiya‟ullaami‟, dan sebagainya.
Pada saat berdiri, jamaah turut membacakan pujian bagi Nabi Muhammad (qasidah madah).
Hukum Mahalul Qiyam
Menurut laman NU, aktivitas berdiri saat dibacakan riwayat Nabi Muhammad tidak dilatarbelakangi adanya perintah untuk melakukannya.
Tidak ada tuntunan yang bersumber langsung sebagai dalil dari Al-Qur'an dan dan hadis. Mahalul qiyam berasal dari tradisi yang dinilai sebagai perbuatan baik (istihsan).
Perbuatan baik tersebut adalah berdiri untuk menghormati Nabi Muhammad. Hal ini didorong oleh akhlak dari umat yang diperuntukkan bagi Nabinya.
Tradisi ini telah dilakukan di masa lalu pada saat Imam As Subki mengisi di dalam majelisnya terkait peringatan Maulid Nabi.
Al Halabi dalam Sirah-nya mengatakan, saat itu Imam As Subki membacakan syair pujian bagi Nabi Muhammad. Begitu selesai membaca, dirinya berdiri dan diikuti dengan berdiri pula oleh jamaah pada majelis tersebut.
Kendati demikian, sebagian umat Islam dimungkinkan terjadi perbedaan pendapat mengenai hukumnya.
Umat Islam lain bisa jadi tidak menjalankan tradisi ini. Oleh sebab itu, perbedaan pandangan tersebut sebaiknya tidak dijadikan pertentangan terutama saat hadirnya peringatan Maulid Nabi.
Lafal Mahalul Qiyam Maulid Barzanji
Lafal Kitab Barzanji atau Kitab Rawi yang diikuti dengan mahalul qiyam oleh jamaah sebagai berikut:
Shallallāhu ‘alā Muhammad, shāllallāhu ‘alayhi wasallam Marhaban yā marhaban yā marhaban, marhaban jaddal Husaini marhaban.
Yā nabī salām ‘alayka, yā rasūl salām ‘alayka Yā habīb salām ‘alayka, shalawātullāh ‘alayka
Asyraqal badru ‘alayna, fakhtafat minhul budūru Mitsla husnik mā ra’aynā, qaththu yā wajhus surūri
Anta syamsun anta badrun, anta nūrun fawqa nūri Anta iksīruw wa ghālī, anta mishbāhus shudūri
Yā habībi yā Muhammad, yā ‘arūsal khāfiqayniYā mu’ayyad yā mumajjad, yā imāmal qiblatayni
Man ra’ā wajhaka yas‘ad, yā karīmal wālidayni Hawdhukas shāfil mubarrad, wirdunā yawman nusyūri
Mā ra’aynal ’īsa hannat, bis surā illā ilayka Wal ghamāmah qad azhallat, wal malā shallū ‘alayka
Artinya:
Allah bersalawat untuk Nabi Muhammad SAW, Allah bersalawat dan mengucap salam sejahtera untuknya. Selamat datang, selamat datang, selamat datang, selamat datang kakek dari Husain, selamat datang.
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, wahai Rasul salam sejahtera untukmu. Wahai Kekasih, salam sejahtera untukmu, salawat (rahmat) Allah untukmu.
Satu purnama telah terbit di atas kami, pudarlah jutaan purnama lain karenanya. Belum pernah kulihat seperti keelokanmu, wahai wajah yang gembira.
Kau bak mentari, kau juga laksana purnama, kau cahaya di atas cahaya. Kau laksana obat segala guna (elixir) lagi mahal, kau adalah lentera hati.
Kau bak mentari, kau juga laksana purnama, kau cahaya di atas cahaya Kau laksana obat segala guna (elixir) lagi mahal, kau adalah lentera hati.
Wahai Kekasih, wahai Muhammad SAW, wahai pengantin Timur dan Barat. Wahai Rasul yang diperkuat (oleh wahyu), wahai Nabi yang agung, wahai imam dua kiblat.
Siapa pun yang memandang wajahmu pasti bahagia, wahai manusia yang memiliki orang tua mulia. Telagamu berair jernih dan sejuk, yang kelak kami datangi pada hari kebangkitan.
Belum pernah kami melihat unta peranakan unggul yang bersuara sambil berjalan malam hari, kecuali menuju kepadamu. Gumpalan awan menaungimu, semua makhuk mengucapkan salawat untukmu.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno