tirto.id - Shalat tasbih merupakan salah satu jenis shalat sunah yang dapat dikerjakan oleh umat Islam, minimal sekali dalam seumur hidup. Di samping itu, shalat ini kerap diamalkan sebagai sarana menggapai malam lailatulkadar pada Ramadan. Berikut ini bacaan dan doa shalat tasbih beserta keutamaannya dalam Islam.
Penyebutan nama “tasbih” pada salat sunah ini diambil dari banyaknya bacaan tasbih sepanjang pengerjaannya. Orang yang mendirikan salat tasbih akan sering melafalkan: “Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar”. Bacaan tasbih pada salat ini dilafalkan sebanyak 300x bacaan tasbih.
Akan tetapi, para ulama berbeda pandangan mengenai kesunahan salat tasbih. Para ulama mazhab Syafi’i menyatakan bahwa salat tasbih adalah ibadah sunah.
Hal ini didasarkan kepada hadis riwayat Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:
“Wahai Abbas, pamanku, sukakah paman, aku beri, aku ajari 10 macam kebaikan yang dapat menghapus 10 macam dosa? Jika paman mengerjakan hal tersebut, Allah akan mengampuni dosa-dosa paman, baik yang awal maupun yang akhir, baik yang sudah lalu maupun yang akan datang, baik yang disengaja maupun tidak, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang samar-samar maupun yang terang-terangan.
Sepuluh macam kebaikan itu adalah, paman mengerjakan salat 4 rakaat, dan setiap rakaat membaca Al Fatihah dan surat, apabila selesai membaca itu, dalam rakaat pertama dan masih (dalam posisi) berdiri, bacalah "Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar" sebanyak 15 kali, lalu rukuk, dan dalam rukuk membaca bacaan seperti itu sebanyak 10 kali, kemudian mengangkat kepala dari rukuk (iktidal) juga membaca itu 10 kali, lalu sujud juga membaca 10 kali, setelah itu mengangkat kepala dari sujud (duduk di antara dua sujud) juga membaca 10 kali, lalu sujud juga membaca 10 kali, kemudian mengangkat kepala dan membaca 10 kali, jumlahnya ada 75 kali dalam setiap rakaat, paman dapat melakukannya dalam 4 rakaat.” (H.R. Abu Daud).
Sementara itu, para ulama mazhab Hanbali menjelaskan bahwa pengerjaan salat tasbih merupakan ibadah yang boleh dikerjakan, namun tidak masuk dalam ibadah sunah.
Hal ini didasarkan pada dalil yang digunakan dalam pengerjaan salat tasbih, yakni hadis Ibnu Abbas yang belum sampai pada derajat sahih. Menurut pandangan ulama mazhab Hanbali, hadis itu masuk ke dalam derajat daif atau hadis lemah.
Dalam perkara tersebut, Ibnu Jauzi dari mazhab Hanbali bahkan melihat bahwa dasar pendirian salat tasbih adalah hadis maudlu' atau hadis palsu.
Berdasarkan hal itu, Ibnu Jauzi menyatakan bahwa pengerjaan salat tasbih tidak disyariatkan. Meskipun demikian, mayoritas ulama dari berbagai mazhab mengatakan bahwa hadis Ibnu Abbas masuk ke dalam tingkatan sahih. Dengan demikian, secara umum, salat tasbih dianggap sebagai ibadah sunah.
Salat tasbih memiliki keutamaan yang sangat besar sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Ibnu Abbas di atas. Dilansir lamanNU Online, keutamaan salat tasbih adalah menghapus semua dosa orang yang mengamalkannya, dosa yang dilakukan dengan sengaja dan tidak sengaja, kecil dan besar, sembunyi, dan terang-terangan, kecuali dosa kemusyrikan.
Lantaran keutamaan salat tasbih, Imam As-Subki bahkan mengeluarkan pernyataan bahwa banyak orang merugi karena tidak mengerjakan ibadah sunah tersebut.
Hal ini dikutip oleh Ibnu Hajar Al-Haitami yang dimuat dalam kitab Al-Minhajul Qawim sebagai berikut:
“Imam As-Subki menyatakan bahwa tidaklah orang yang mendengar tentang keutamaan salat tasbih namun ia meninggalkannya (tidak melakukannya), orang itu adalah orang yang merendahkan agama”
Tata Cara dan Bacaan Niat Shalat Tasbih
Imam Nawawi dalam kitabAl-Adzkar membedakan pengerjaan dari salat tasbih ketika siang dan malam hari.
Salat tasbih pada siang hari dapat dilakukan dengan 4 rakaat sekali salam atau 4 rakaat 2 kali salam (2 kali salat, setiap salat 2 rakaat).
Sementara itu, bila dilakukan ketika malam hari, cukup ditunaikan 2 kali salat dengan 2 rakaat pada setiap salat. Adapun tata cara salat tasbih serta bacaan niatnya ialah sebagai berikut:
1. Membaca niat salat tasbih
Niat salat tasbih 4 rakaat sekali salam adalah sebagai berikut.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnat tasbīhi arba‘a rak‘ātin lillāhi ta‘ālā"
Artinya:“Aku berniat salat sunah tasbih empat rakaat karena Allah Ta'ala.”
Niat salat tasbih 4 rakaat dua kali salam adalah sebagai berikut.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnat tasbīhi rak‘ataini lillāhi ta‘ālā"
Artinya: “Aku berniat sembahyang sunah tasbih dua rakaat karena Allah SWT".
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca surah Al-Fatihah
4. Membaca surah dalam Al-Quran
5. Membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 15 kali
6. Rukuk, membaca tasbih rukuk.
7. Sebelum bangun untuk iktidal, membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
8. Iktidal
9. Dalam posisi iktidal sebelum sujud, membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
10. Sujud.
11. Dalam posisi sujud sebelum bangun untuk duduk di antara dua sujud membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
12. Duduk di antara dua sujud.
13. Dalam posisi duduk, sebelum sujud kedua, membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
14. Sujud kedua.
15. Dalam posisi sujud kedua, sebelum bangun, membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
16. Duduk untuk bangun melanjutkan rakaat kedua. Sebelum bangun dalam posisi duduk membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
17. Bangun, melakukan rakaat kedua seperti rakaat pertama.
18. Untuk rakaat terakhir sebelum salam, baik itu rakaat kedua atau rakaat keempat, sebagai ganti poin 15, sebelum salam membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali sehingga tetap dalam rakaat tersebut tasbih diucapkan 75 kali.
19. Melakukan urutan salat sebagaimana biasanya, namun sebelum salam, orang yang mengerjakan salat tasbih dapat membaca doa salat tasbih berikut.
Doa Shalat Tasbih dalam Islam
Pada salat tasbih, setelah membaca doa tasyahud akhir dan sebelum salam, ada doa khusus yang dapat dibaca, sebagaimana ditulis Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain.
Berikut ini doa khusus salat tasbih yang dicontohkan ulama salaf, dilansir NU Online:
اَللّٰهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ تَوْفِيْقَ أَهْلِ الْهُدَى وَأَعْمَالَ أَهْلِ الْيَقِينِ وَمُنَاصَحَةَ أَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزْمَ أَهْلِ الصَّبْرِ وَوَجَلَ أَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ أَهْلِ الرَّغْبَةِ وَتَعَبُّدَ أَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ أَهْلِ الْعِلْمِ حَتَّى أَخَافَك اَللّٰهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ مَخَافَةً تَحْجِزُنِيْ عَنْ مَعَاصِيْكَ حَتَّى أَعْمَلَ بِطَاعَتِكَ عَمَلًا أَسْتَحِقُّ بِهِ رِضَاكَ وَحَتَّى أُنَاصِحَكَ بِالتَّوْبَةِ خَوْفًا مِنْكَ حَتَّى أَخْلُصَ لَكَ النَّصِيحَةَ حَيَاءً مِنْكَ وَحَتَّى أَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا وَحَتَّى أَكُوْنَ أُحْسِنَ الظَنَّ بِكَ، سُبْحَانَ خَالِقِ النُّورِ. ا هـ وَفِي رِوَايَةٍ خَالِقِ النَّارِ
Bacaan latinnya: "Allâhumma innî as’aluka taufîqa ahlil hudâ, wa a‘mâla ahlil yaqîn, wa munâshahata ahlit taubah, wa ‘azma ahlis shabri, wa wajala ahlil khasyyah, wa thalaba ahlir raghbah, wa ta‘abbuda ahlil wara‘i, wa ‘irfâna ahlil ‘ilmi hattâ akhâfak.
Allâhumma innî as’aluka makhâfatan tahjizunî ‘an ma‘âshîka hattâ a‘mala bi thâ‘atika ‘amalan astahiqqu bihî ridhâka wa hattâ unâshihaka bit taubah, khaufan minka hattâ akhlusha lakan nashîhata hayâ’an minka wa hattâ atawakkala ‘alaika fil ’umûri kullihâ wa hattâ akûna ’uhsinuz zhanna bika, subhâna khâliqin nûr (lain riwayat khâliqin nâr)"
Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku meminta petunjuk mereka yang terima hidayah, amal-amal orang yang yakin, ketulusan mereka yang bertobat, keteguhan hati mereka yang bersabar, kekhawatiran mereka yang takut (kepada-Mu), doa mereka yang berharap, ibadah mereka yang wara’, dan kebijaksanaan mereka yang berilmu agar aku menjadi takut kepada-Mu.
Ya Allah, masukkanlah rasa takut di kalbuku yang dapat menghalangi diri ini untuk mendurhakai-Mu. Dengan demikian aku dapat beramal saleh yang mengantarkanku pada ridha-Mu, dan aku bertobat setulusnya karena takut kepada-Mu. Dengan itu pula aku beribadah secara tulus karena malu kepada-Mu. Dengan rasa takut itu aku menyerahkan segala urusanku kepada-Mu. Karena itu juga aku dapat berbaik sangka selalu kepada-Mu. Mahasuci Engkau Pencipta cahaya (lain riwayat, Pencipta api).”
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Abdul Hadi