tirto.id - Politikus hingga tokoh masyarakat menyatakan belasungkawa atas meninggalnya Ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra. Mereka menilai Indonesia kehilangan salah satu cendekiawan Islam dan tokoh bangsa yang berpengaruh.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menyebut, kepergian Azra sebagai kehilangan salah satu intelektual Indonesia.
“Indonesia berduka. Almarhum adalah intelektual Tanah Air berkaliber dunia. Karya, ide dan gagasannya sangat mencerahkan, terutama pada ilmu kesejarahan yang menjadi bidang kepakarannya,” kata pria yang akrab disapa Gus Yaqut, di Jakarta, Minggu (18/9/2022).
Gus Yaqut menilai Azra adalah tipologi ilmuwan organik dan akademisi yang membumi. Sebagai intelektual, kata dia, almarhum sangat responsif dan kontributif terhadap dinamika perkembangan zaman.
“Sebelum mengenal beliau secara langsung, saya sudah lebih dulu mengenal Pak Azyumardi Azra dari karya akademik dan karya sosialnya. Beliau sangat produktif menulis, baik dalam bentuk buku, artikel jurnal dan tulisan-tulisan populernya di media massa. Tepat kalau beliau dijuluki sebagai cendekiawan yang konsisten dengan dunia akademik dan selalu berpikir dengan tangannya,” kata Gus Yaqut.
Gus Yaqut menuturkan, Azra tidak hanya fokus pada buku, tetapi aktif di berbagai organisasi masyarakat. Ia menilai perguruan tinggi Islam berhutang budi dengan Azyumardi karena perguruan tinggi Islam berkembang akibat kontribusi Azra.
“Seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri berutang dalam ide dan gagasan hingga PTKIN bisa berkembang pesat hingga sekarang,” kata Yaqut.
Gus Yaqut menambahkan, “UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berkembang pesat adalah rangkaian dari legacy almarhum.”
Yaqut juga mengatakan Azra adalah sosok yang sangat sederhana. Kesederhanaannya adalah teladan bagi semua akademisi dan intelektual di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas mengenang Azra sebagai seorang ilmuwan yang berkelas, baik di skala nasional maupun dunia internasional.
“Beliau (Azra) sangat sering diundang sebagai pembicara di forum-forum ilmiah tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di berbagai forum dan kampus terkenal di mancanegara,” kata Anwar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.
PDIP juga turut berduka atas kepergian Azyumardi Azra. Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menuturkan, Azra adalah akademi kritis yang memberikan ketauladanan bagi masyarakat.
“Beliau sosok yang sangat dikenal sebagai pejuang moderasi Islam, beliau adalah akademisi yang sangat kritis yang memberikan keteladanan bagi kita semuanya, selalu menjadi referensi karena kuatnya disiplin dalam akademis,” kata Hasto dalam keterangan tertulis.
Hasto menuturkan, Azra juga adalah tokoh yang aktif dan berani berjarak dengan kekuasaan. Sikap Azyumardi membuat PDIP menghormatinya sebagai pejuang Islam di Indonesia. Oleh karena itu, PDIP berduka atas kepergian Azra.
“Kita sangat kehilangan para tokoh seperti Prof Azyumardi tersebut dan semoga segala sesuatunya dapat dilancarkan,” kata Hasto.
Kesan dari Ketua Umum PGI
Tokoh agama lain juga berduka atas kepergian Azra. Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom menilai, Azra adalah cendekiawan yang dikenal dunia. Ia mengingat guru besar UIN Syarif Hidayatullah itu mendapat penghargaan dari pemerintah asing.
“Beliau seorang cendekiawan Minang, yang kepakarannya diakui dunia, dan sangat banyak memberikan sumbangan pemikiran bagi perdamaian dunia. Tak heran kalau Kaisar Jepang menganugerahinya ‘The Order of the Rising Sun: Gold and Silver Star.’ Sementara dari Ratu Inggris mendapatkan gelar kehormatan ‘Commander of the Order of the Bristush Empire (CBE)’ dan berbagai penghargaan internasional lainnya,” kata Gultom dalam keterangan tertulis.
Gultom menuturkan, Azra tidak menjadi pendukung pemerintah Jokowi meski dekat dengan mantan Wali Kota Solo itu. Sikap netral itu yang dihargai oleh Gultom.
“Beliau seorang pemikir independen. Kedekatannya dengan pemerintahan Jokowi, tidak menghilangkan kemandiriannya untuk menyampaikan pandangan-pandangan kristisnya atas kebijakan yang ditempuh oleh Jokowi,” kata Gultom.
Gultom pun mengaku aksi Azra telah membawa banyak perubahan di dunia pers meski baru beberapa bulan sebagai Ketua Dewan Pers. Ia merasa kehilangan karena Azra adalah tokoh berterus-terang, dan kerap memberikan pencerahan di berbagai tempat. Ia pun senang karena ujaran Azra sangat lintas batas.
“Saya banyak belajar darinya dari beberapa perjalanan bersama dengannya. Sebagai seorang akademisi sangat banyak memberikan pencerahan bukan hanya di bangku kuliah, tapi juga masyarakat luas, dengan kiprahnya yang tak kenal lelah dari satu kota ke kota lainnya, bahkan antar negara, demi mencerdaskan masyarakat,” kata Gultom.
Gultom menambahkan, “Upaya pencerdasannya sangat lintas batas, yang melampaui sekat-sekat suku, bangsa, agama dan pemisah lainnya.”
Azra meninggal dunia di Malaysia pada Minggu (18/9/2022) pukul 12.30 waktu setempat. Ia meninggal karena masalah jantung.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz