Erika Rizqi

Erika Rizqi adalah penulis dan penerjemah lepas berdomisili di Yogyakarta. Saat ini sedang sibuk di kegiatan komunitas KUMMI (Kolektif untuk Menerjemahkan dan Menerbitkan dalam bahasa Indonesia) dan komunitas sejarah Senandika. Terjemahan pertamanya masuk dalam kumcer Minyak Anjing yang diterbitkan oleh Moooi Pustaka. Selain menulis mengenai isu sosial, Erika juga tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan sains.

Indeks Tulisan

Lyfe
Jumat, 19 Sept

Keragu-Raguan Vaksin di Tengah Arus Disinformasi Digital

Di tengah merebaknya informasi keliru, keragu-raguan terhadap vaksin kian meningkat dan menuntut perhatian berbasis data.
Lyfe
Kamis, 18 Sept

Mengulas Gaya Komunikasi Pejabat Publik di Masa Krisis

Komunikasi publik yang empatik dan berbasis data dapat membantu pejabat untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan menghindari kesan meremehkan.
Lyfe
Kamis, 11 Sept

Kaya Raya, Merasa Berkuasa, dan Surutnya Empati Pejabat Publik

Mengapa orang kaya cenderung sulit berempati? Lalu, apa jadinya jika posisi pejabat publik didominasi orang-orang kaya seperti itu?
Lyfe
Selasa, 9 Sept

Mengapa Politisi dan Pejabat Perlu Membaca Buku?

Membuat kebijakan atau pernyataan publik perlu mempertimbangkan berbagai perspektif dan konsekuensi. Salah satu cara melatihnya adalah dengan baca buku.
Me Time
Senin, 8 Sept

Belajar Merasa Cukup, Saat Pejabat Tak Pernah Puas

Aksi pejabat pamer kemewahan itu seakan-akan menegaskan, jika bukan mengolok-olok, bahwa aku dan kamu hidup di dunia yang berbeda dengan mereka.
Touch Up
Kamis, 4 Sept

Ketika Tas Dior Ikut Memicu Lengsernya Pejabat Korsel & Mongolia

Aksi bermewah-mewah keluarga pejabat tentu bikin rakyat muak. Akibatnya bisa jadi seperti dialami Yoon Suk Yeol dan Luvsannamsrain Oyun-Erdene.
Touch Up
Senin, 1 Sept

Lebih dari Aksesori, Handbag Juga Identitas & Simbol Perlawanan

Bagi Rosa Parks, Putri Diana, dan Margaret Thatcher, memakai handbag atau tas tangan bukan sekadar untuk aksesori gaya-gayaan.
Me Time
Senin, 25 Agt

Setelah Orang Tua Tiada: Proses Panjang yang Tak Sama bagi Semua

Setiap orang merespons rasa duka setelah orang tua tiada dengan cara dan durasi waktu berbeda-beda. Kita tidak boleh menghakimi prosesnya.
Binar
Sabtu, 23 Agt

Menembus Maskulinitas: Jejak Perempuan Kembangkan Video Game

Carol Shaw dan Roberta Williams mengawalinya di Amerika Serikat pada awal dekade 1980-an. Di Indonesia, sekarang ada Riris Marpaung dan Dinda Sutra.
Binar
Rabu, 20 Agt

Dinda Sutra, Jurit, dan Kiprah Perempuan di Dunia Game Indonesia

Jurit menjadi pembuktian Dinda Sutra bahwa kegigihannya dapat memberikan warna baru di lanskap pengembangan game asli Indonesia.