Menuju konten utama

Aturan Minum Antibiotik yang Benar dan Aman

Ketahui aturan minum antibiotik sesuai aturan yang benar dan aman. Pastikan untuk menghabiskan obat antibiotik yang diresepkan oleh dokter.

Aturan Minum Antibiotik yang Benar dan Aman
Ilustrasi antibiotik. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pasien perlu memahami bahwa saat mengonsumsi antibiotik. Hal yang paling penting diketahui adalah aturan minum yang benar dan aman sesuai anjuran dokter.

Istilah antibiotik berasal dari kata antibiosis yang berarti melawan kehidupan. Antibiotik adalah zat kimia yang diperoleh dari berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, aktinomisetes) yang menekan pertumbuhan mikroorganisme lain dan pada akhirnya dapat menghancurkannya.

Poin-poin yang mungkin berbeda di antara antibiotik adalah sifat fisik, kimia, farmakologis, spektrum antibakteri, dan mekanisme kerjanya.

Selama ini, dokter sering kali memasukkan obat antibiotik dalam resep untuk pasien. Maka itu, mungkin banyak orang masih bertanya-tanya, obat antibiotik untuk apa? Faktanya, penggunaan obat antibiotik telah menyelamatkan jutaan nyawa orang di seluruh dunia.

Antibiotik memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan meningitis. Meskipun demikian, pasien harus mematuhi aturan minum obat antibiotik sesuai anjuran dokter untuk mencegah efek samping yang membahayakan kesehatan.

Jenis dan Contoh Antibiotik

Sebuah publikasi berjudul Antibiotics yang dirilis oleh Annamalai University memaparkan bahwa secara garis besar antibiotik diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan mekanisme kerjanya dan sifat kimianya. Berikut contoh dua jenis obat antibiotik tersebut.

1. Contoh obat antibiotik berdasarkan mekanisme kerja:

  • Agen yang menghambat sintesis dinding sel bakteri: Ini termasuk penisilin dan sefalosporin yang secara struktural mirip dan agen yang berbeda, seperti sikloserin, vankomisin, bacitracin, dan agen antijamur imidazol.
  • Agen yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme, memengaruhi permeabilitas, dan menyebabkan kebocoran senyawa intraseluler: Ini termasuk polimiksin, agen antijamur poliena, nistatin, dan amfoterisin B yang berikatan dengan sel sterol dinding.
  • Agen yang memengaruhi fungsi subunit ribosom 30-an dan 50-an yang menyebabkan penghambatan sintesis protein yang reversibel: Ini termasuk tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol, dan klindamisin.
  • Agen yang berikatan dengan subunit ribosom 30-an dan mengubah sintesis protein: ini termasuk aminoglikosida yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel.
  • Agen yang memengaruhi metabolisme asam nukleat: Seperti rifamycins, yang menghambat Polimerase RNA yang bergantung pada DNA.

2. Contoh obat antibiotik berdasarkan struktur kimia:

  • Antibiotik β-laktam
  • Antibiotik aminoglikosida
  • Antibiotik tetrasiklin
  • Antibiotik polipeptida
  • Antibiotik makrolida
  • Lincomycins
  • Antibiotik lainnya.

Aturan Minum Obat Antibiotik

Saat ini terdapat lebih dari 100 jenis antibiotik yang digunakan oleh dokter untuk mengobati pasien yang mengalami infeksi ringan hingga parah.

Hal yang paling penting untuk diingat saat mengonsumsi obat antibiotik adalah memastikan obat tersebut diminum sampai habis sesuai anjuran dari dokter.

Meskipun tubuh sudah merasa lebih baik dan sembuh, bukan jadi alasan untuk tidak menuntaskan dosis antibiotik pemberian dokter.

Merangkum laman Rumah Sakit Katolik RKZ Surabaya, cara pemberian antibiotik dibedakan menjadi tiga yaitu dengan cara diminum melalui mulut atau oral, injeksi atau suntikan atau infus, dan digunakan di bagian luar tubuh seperti salep atau tetes mata.

Dokter akan memberikan dosis antibiotik sesuai dengan kondisi pasien. Antibiotik diberikan dalam satu kali periode, biasanya 3 – 7 hari tergantung jenis dan tingkat keparahan infeksi yang dialami pasien.

Aturan minum obat antibiotik biasanya dirumuskan dalam waktu 1 hari atau 24 jam dengan beberapa kali konsumsi mulai dari 1 kali sehari, 2 kali sehari, dan tiga kali sehari.

Berikut ini adalah sejumlah jenis aturan minum obat antibiotik:

  • 1 kali sehari: setiap 24 jam sekali, misalnya diminum pada jam 6 pagi dan dosis selanjutnya diminum pada jam 6 pagi di hari berikutnya.
  • 2 kali sehari: setiap 12 jam sekali, misalnya diminum pada jam 6 pagi dan jam 6 sore
  • 3 jam sekali: setiap 8 jam sekali, misalnya diminum jam 6 pagi, jam 2 siang, dan jam 10 malam.

Aturan di atas, hanya gambaran umum mengenai aturan minum obat antibiotik. Pasien tetap dianjurkan untuk meminum obat antibiotik sesuai aturan yang direkomendasikan oleh dokter.

Efek Samping Minum Antibiotik

Minum antibiotik mengakibatkan sejumlah efek samping bagi sebagian orang. Mengutip situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC), efek samping minum antibiotik yang umum terjadi berkisar dari masalah kesehatan yang ringan hingga yang sangat parah dan dapat meliputi:

  • Ruam
  • Mual
  • Diare
  • Infeksi jamur

Efek samping minum antibiotik yang lebih serius dapat meliputi:

  • Infeksi C. diff, menyebabkan diare yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada usus besar hingga kematian
  • Reaksi alergi yang parah dan mengancam jiwa
  • Infeksi karena kebal terhadap antibiotik.

Pada anak-anak, reaksi dari antibiotik adalah penyebab paling umum kasus gawat darurat yang berhubungan dengan obat.

Namun demikian perlu diingat, biasanya minum obat antibiotik cenderung memiliki manfaat yang lebih besar ketimbang risiko efek samping yang mungkin terjadi.

Umumnya dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien terlebih dahulu sebelum memutuskan memberikan jenis antibiotik tertentu untuk dikonsumsi.

Kenapa Antibiotik Harus Dihabiskan?

Setiap pemberian obat antibiotik dokter pasti memberikan peringatan untuk pasiennya supaya memastikan obat dikonsumsi hingga habis. Peringatan itu bukan tanpa alasan, ini dilakukan untuk mencegah resistensi antibiotik dan mencegah kambuhnya infeksi.

Antibiotik bekerja dengan menghentikan pertumbuhan atau membunuh bakteri penyebab infeksi. Jika pengobatan dihentikan sebelum seluruh dosis selesai, ada kemungkinan beberapa bakteri masih tersisa dan belum tereliminasi sepenuhnya. Bakteri yang bertahan ini dapat berkembang kembali dan menyebabkan infeksi yang lebih sulit diobati di kemudian hari.

Menghentikan pengobatan sebelum waktu yang disarankan dapat meningkatkan risiko pengembangan resistensi antibiotik. Bakteri yang selamat dari dosis antibiotik yang tidak selesai dapat menjadi lebih tangguh dan mampu bertahan terhadap jenis antibiotik tertentu. Ini dapat menyebabkan antibiotik menjadi kurang efektif atau bahkan tidak efektif sama sekali ketika digunakan kembali pada masa yang akan datang.

Untuk mencegah kasus resistensi antibiotika, masyarakat harus bijak dalam mengonsiumsi antibiotik. Hindari membeli antibiotik tanpa resep dari dokter. Apabila sakit harus segera berobat di fasilitas kesehatan masyarakat. Penting untuk selalu diingat, antibiotik harus diminum sampai tuntas dan teratur sesuai dengan anjuran dokter.

Baca juga artikel terkait ANTIBIOTIK atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom & Balqis Fallahnda