tirto.id - Natan Weya, seorang mahasiswa Universitas Pattimura asal Papua, membenarkan bahwa ada aparat gabungan dan warga yang menyambangi asrama tempat tinggalnya. Kejadian bermula pada Selasa (30/11/2020) malam.
Natan dan 20 penghuni asrama lainnya sedang mempersiapkan perlengkapan untuk aksi 1 Desember yakni deklarasi kemerdekaan Papua Barat. Sekira pukul 22.21 WIT rombongan itu datang ke asrama yang terletak di Jalan Ir. M. Putuhena, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon itu.
"Tiba-tiba ada beberapa polisi, TNI, seorang ibu dosen Unpatti, Ketua RT, dan sekretaris desa. Mereka datangi kami ke rumah," ujar di kepada Tirto, Selasa (1/12/2020).
Natan mengenal dosen itu mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura, tapi dia tak tahu namanya.
Penghuni asrama menanyakan alasan kedatangan, lantas Ketua RT menyatakan bahwa ia mendapatkan informasi ada penghuni baru di tempat tersebut. Maka ia hendak mengecek.
Menurut Natan, mestinya Ketua RT datang seorang diri saja guna verifikasi, tak perlu bawa aparat gabungan. Para penghuni asrama meminta tamu angkat kaki.
Alasan penolakan lainnya karena rombongan 'bertamu' di luar jam kerja. "Setelah itu TNI, Polri, intelijen, memblokade dua mata jalan tempat tinggal kami. Dibantu warga setempat," jelas Natan.
Situasi memanas, sekira pukul 03.30 WIT ada empat kali pelemparan batu ke rumah tersebut, disertai dengan makian.
"Mereka melontarkan kata-kata makian (seperti) anjing, babi, binatang, goblok, dan segala macam. Tapi kami mahasiswa Papua tidak membalas," terang Natan.
Lantas beredar sebuah video ihwal peristiwa ini, ia juga membenarkan ada dobrakan terhadap pagar rumah. Namun, massa tak berhasil masuk ke dalam meski diduga memprovokasi.
Natan bilang, masih ada aparat gabungan dan warga yang berjaga di depan asrama. Itu menyebabkan ketakutan dan akses gerak mereka terbatas. Sekadar membeli penganan dan rokok pun tak bisa, dan belum ada bantuan yang diterima.
Aparat yang berjaga pun bertambah, lengkap mengenakan seragam, beberapa di antaranya ada yang membawa senjata api. Sebagian aparat juga berpakaian preman.
Sekitar pukul 04:00 WIT mereka berteriak memaksa penghuni Honai keluar sembari menggebrak pintu. https://t.co/5vo93uTXucpic.twitter.com/PmsvtsZ95Q
— Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (@friwp) November 30, 2020