Menuju konten utama

Asal-usul Jantung (Hati) sebagai Simbol Cinta

Ilustrasi jantung sebagai simbol cinta dimulai di Eropa pada abad ke-13 dan ke-14, lalu berkembang pesat di abad ke-15 dan ke-16 sebelum akhirnya meluas ke berbagai kawasan di dunia.

Asal-usul Jantung (Hati) sebagai Simbol Cinta
Pekerja membuat bantal berbentuk hati di Kagokan, Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/2/2018). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

tirto.id - Penikmat musik akan penasaran dengan visualisasi cinta di kepala Kurt Cobain, saat sang vokalis Nirvana melantunkan “Heart-Shaped Box". Demikian pula saat Sting melantunkan nomor “Shape of My Heart”. Di antara ragam imajinasi, bagi mayoritas orang yang hidup di era modern, simbol cinta itu berbentuk jantung, serta umumnya berwarna merah.

Mengapa bukan bulat? Atau persegi? Apalagi jajaran genjang?

Penulis buku The Book of the Heart Eric Jager pernah berkata kepada Time bahwa simbol jantung belum dimaknai sebagai representasi dari ekspresi cinta sebelum abad ke-13 dan ke-14. Sebelumnya, jantung hanya dianggap sebagai bentuk ilustrasi yang bagus untuk tujuan dekoratif. Ide cinta romantis, menurutnya, belum terbentuk selama abad pertengahan. Demikian juga simbolisme.

“[Orang-orang saat itu] berpikir hati sebagai buku-buku yang menyimpan memori, sebuah tempat di mana perintah Tuhan dituliskan, dan dipercaya bahwa perasaan dari orang-orang tercinta entah bagaimana tertulis di hatimu,” kata Jager.

Tentu saja yang dimaksud Jager adalah jantung, bukan hati (liver) sungguhan. Bahasa Indonesia sendiri menggunakan "hati" atau "jantung hati", alih-alih "jantung", dalam menggambarkan hal-hal terkait perasaan.

Simbol jantung dengan mengikuti jantung manusia kemudian diwakilkan dalam cerita-cerita masa lalu yang melibatkan orang-orang suci. Masih dalam kerangka narasi Kristen, lanjut Jager, “para perempuan kudus hatinya dibuka setelah kematian mereka, dan di dalamnya terdapat prasasti yang menunjukkan cinta mereka kepada Tuhan atau Yesus.”

Secara biologis jantung manusia terdiri dari empat bagian atau ruangan yang jika dibuka akan terlihat membentuk simbol cinta sebagaimana yang kini dipahami orang-orang. Jantung burung atau reptil bahkan lebih menunjukkan bentuk simbol jantung.

Para ahli menilai pengasosiasian simbol jantung dengan jantung binatang ini logis sebab sebelum abad ke-14 ilmu anatomi didasarkan pada pembedahan hewan. Pembedahan manusia saat itu masih dilarang oleh gereja.

Menurut paparan T. V. Buttrey dalam tulisannya yang bertajuk The Coins and the Cult di majalah Expedition volume 34 tahun 1992, artefak kebudayaan yang memuat bentuk jantung sebenarnya sudah terlacak sejak abad ke-6 dan 5 SM. Lebih tepatnya di koin perak yang menjadi alat transaksi masyarakat Kirene, koloni Yunani di Afrika Utara, yang dianalisis ahli sejarah merepresentasikan buah tanaman Silphium. Buah Silphium saat itu kerap dipakai sebagai alat kontrasepsi.

Peter Stewart, kepala Classical Art Research Centre di Universitas Oxford, berkata pada BBC Arts bahwa simbol jantung sudah ada di tembikar Yunani Kuno. Contohnya di cangkir skyphos Athena yang disimpan di Museum Getty, yang dibuat pada akhir abad ke-5 SM, mengandung motif berbentuk jantung.

Pierre Vinken dalam buku The Shape of the Heart mengemukakan bahwa jantung pertama kalinya menjadi simbol cinta dalam manuskrip puisi Perancis, Roman de la poire, yang dibuat tahun 1250-an. Vinken menambahkan bahwa isi puisi karya Thubaut itu menjadi ide pertama bahwa seseorang yang jatuh cinta bisa “memberikan” jantungnya kepada yang dikasihi. Penafsiran ini tentu saja simbolis belaka, mengingat yang diberikan si pecinta dalam puisi itu sebenarnya sebuah pir.

Bentuk jantung yang muncul saat itu belum seperti yang dikenal sekarang. Sosok yang memperkenalkannya pertama kali adalah Francesco Barberino, ahli hukum dari Florentine, Italia. Bentuk jantung yang membulat muncul dalam salah satu manuskrip puisinya bertajuk Documenti d'amore.

Manuskrip Barberino amat populer di abad ke-14. Salah satu ilustrasinya menggambarkan seekor Cupid, dewa cinta dalam mitologi Romawi, yang berdiri di belakang seekor kuda yang berlari kencang sembari melempar anak panah plus mawar. Setelah publikasinya dinikmati kalangan luas, simbol jantung bergerigi mulai dimunculkan oleh seniman-seniman Italia dalam karya seni visual mereka. Salah satunya yang berbentuk permadani untuk hiasan di dinding (tapestry).

Seratus lima puluh tahun berselang, kira-kira di awal abad ke-15, kesenian permadani hias masih menjadi karya seni yang bernilai mahal. Salah satu yang paling legendaris bernama Le don du Coeur atau Hadiah Jantung Hati.

Permadani yang kini disimpan di museum Louvre di Perancis itu menyertakan gambar jantung hati kecil berwarna merah. Permadani ini jadi salah satu representasi paling populer dari tradisi berkasih sayang para ksatria dengan perempuan bangsawan Perancis di bagian selatan sepanjang Abad Pertengahan.

Pemakaian ilustrasi jantung sebagai simbol cinta kemudian berkembang dengan luas di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16. Merujuk ulasan seni Sebastian Smee untuk Boston Globe, helm para Samurai di zaman Edo membentuk jantung membulat yang melambangkan jantung hati Marishiten, sang dewi panahan. Simbol jantung diperkirakan sampai ke Jepang dalam periode perdagangan Nanban yakni sekitar tahun 1550-an.

Kembali merujuk BBC Arts, Naomi Lebens dari Courthauld Institute menilai simbol jantung bisa ditelusuri ke kisah Etienne de Vignolles atau yang lebih dikenal dengan nama La Hire. La Hire adalah salah satu jenderal perang Perancis di Perang 100 Tahun dan sering disebut sebagai model untuk ilustrasi Jack of Heart pada kartu permainan modern.

infografik dari jantung turun ke cinta

“Masing-masing ragam pakaian (dalam ilustrasi tokoh kartu permainan) memiliki konotasi yang berbeda dan dikaitkan dengan kelas sosial yang berbeda-beda pula di Perancis saat itu,” kata Lebens.

“Sekop (spade) mirip dengan tombak dan oleh sebabnya terkait dengan anggota militer aristokrat. Wajik (diamond) lebih mirip persenjataan yang digunakan tentara profesional yang di bawah tentara aristokrat. Keriting (clover) menjadi motif yang dikaitkan dengan kaum tani. Sementara jantung (heart) selalu dikaitkan dengan pendeta atau profesi yang berhubungan dengan kemurnian hati. Sejak saat itu jantung dianggap memiliki keunggulan khusus dalam hierarki ragam pakaian,” jelasnya.

Mulai abad ke-19 gambar jantung makin populer dipakai sebagai simbol cinta yang romantis. Simbolnya melekat di hadiah yang diberikan kepada kekasih saat perayaan Hari Valentine tiba. Simbol jantung juga dipakai sebagai tanda nyawa di permainan video, dimulai dengan The Legend of Zelda pada 1986.

Sejak 1990-an ilustrasi jantung turut dipakai untuk simbol kesehatan. Asosiasi Jantung Amerika, misalnya, mematenkan simbol jantung sebagai lambang “cek kesehatan” dan diperkenalkan ke publik pada tahun 1995.

Pada 1977, merujuk ulasan Stephen dan Thomas Amidon di buku The Sublime Engine: A Biography of the Human Heart, simbol jantung mulai bisa dimaknai “mencintai”. Konon asal usulnya berawal dari diciptakan dan populernya frasa “I ♥ NY” yang terpampang di kaos, mug, dan beragam bentuk oleh-oleh khas Kota Apel.

Baca juga artikel terkait CINTA atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf