tirto.id - Kalimat "trick or treat" selalu terdengar menjelang dan saat momen Halloween. Kalimat ini biasa diteriakkan oleh anak-anak ketika meminta permen dan manisan dari rumah ke rumah dalam rangka merayakan Halloween.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, "trick or treat" artinya 'trik atau suguhan,' atau dalam versi lebih panjang 'beri kami makanan kalau tidak akan kami jahili.'
Ada beberapa versi tentang asal-usul kalimat ini. Namun yang jelas, "trick or treat" sudah menjadi bagian penting dalam tradisi perayaan Halloween modern.
Sejarah Perayaan Halloween
Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai asal usul "trick or treat" ada baiknya mengetahui dulu sejarah perayaan Halloween.
Hari Halloween dirayakan oleh sebagian orang di dunia pada 31 Oktober setiap tahunnya. Perayaan ini diprediksi telah berkembang sekitat 2000 tahun yang lalu yang berasal dari tradisi bangsa Celtic kuno yang hidup di sekitar Irlandia, Inggris Raya, dan Prancis Raya.
Kala itu, perayaan yang dilakukan oleh bangsa Celtic kuno disebut dengan festival Samhain (akhir musim panas). Situs Historymenyebutkan, warga setempat merayakan festival ini dengan memakai kostum seram dan menyalakan api unggun demi mengusir hantu.
Pelaksanaannya di akhir musim panas dan panen, serta permulaan musim dingin. Pada awal musim dingin inilah sering terjadi wabah penyakit dan kematian, sehingga suku Celtic meyakini sebelum Tahun Baru Celtic yang mereka peringati 1 November merupakan peralihan hidup dan mati.
Alhasil suku Celtic menjadikan Festival Samhain sebagai cara menakuti arwah yang dipercayai berusaha bangkit melintasi batas dunia orang hidup dan mati.
Jika arwah sampai kembali ke alam manusia, mereka akan membuat masalah seperti menyebar wabah penyakit dan merusak tanaman. Lantas, festival tersebut secara rutin diadakan setiap malam 31 Oktober.
Saat peringatan tiba, suku Celtic menyiapkan persembahan mereka seperti hasil panen dan hewan ternak. Persembahan ini merupakan sesaji yang akan dimasukkan ke dalam api unggun besar. Pelaksana pembakaran sesaji yaitu pendeta Druids.
Para peserta yang ikut festival memakai kostum seram berbahan kepala dan kulit binatang. Mereka saling berbagi kisah nasib hidup masing-masing. Lalu, keesokan harinya api unggun kembali dinyalakan untuk menghangatkan badan.
Festival Samhain terus dipertahankan sekali pun tanah Celtic dikalahkan oleh kekaisaran Romawi di tahun 43 Masehi. Tradisi ini berkembang dari masa ke masa bahkan sempat terjadi akulturasi budaya.
Sebagian pihak masih mempertahankannya sampai sekarang dengan julukan perayaan Halloween.
Asal-Usul Kalimat 'Trick or treat' di Halloween
Tradisi trick or treat yang muncul di perayaan Halloween awalnya tidak ada. Tradisi ini baru berkembang pada awal abad ke-16. Saat itu muncul kebiasaan di Inggris untuk berbagi kepada kaum miskin yang meminta-minta saat datangnya perayaan All Soul's Day.
Mengutip National Geographic, anak-anak yang mengambil peran tersebut. Mereka diberikan kue bertanda salib di atasnya yang disebut "kue jiwa", sebagai balasan atas doa yang mereka panjatkan untuk tuan rumah.
Di perayaan Halloween Modern tradisi trick or treat (trik atau suguhan) masih dipraktikan oleh anak-anak, namun dengan makna yang sedikit berbeda. Mengutip Merriam Webster, tradisi ini dilakukan anak-anak dengan mengenakan kostum hantu lalu berkeliling dari pintu ke pintu rumah sembari meneriakkan "trick or treat."
Ketika pintu dibuka oleh tuan rumah, seakan mereka mengancam harus diberikan suguhan. Jika tuan rumah menolak maka akan diberi 'trik' untuk menakut-nakuti.
Lisa Morton, penulis buku Trick or Treat: A History of Halloween, mengatakan, kemungkinan trick or treat adalah tradisi baru yang terinspirasi oleh kebiasaan saat Natal. Sebuah kebiasaan Natal pada abad ke-18 dan ke-19 di timur AS serta Kanada, serupa pelaksanaannya dengan trick or treat yang disebut belsnickling.
Sekelompok peserta dengan kostum tertentu akan pergi dari rumah ke rumah untuk melakukan trik kecil menakuti agar mereka diberikan imbalan makanan dan minuman.
Saat popularitas trick or treat meningkat, orang dewasa merasa jauh lebih mudah untuk memberikan suguhan berupa permen ketimbang makanan lainnya. Permen mulai muncul tahun 1800-an melalui pesta Halloween di Amerika sebagai suguhan khas.
Di abad 20, pemberian permen saat trick or treat diberikan oleh tuan rumah yang menyalakan lampu di malam Halloween. Ada pun tuan rumah yang tidak ingin membagikan permen, mereka akan mematikan lampu mereka.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yonada Nancy