tirto.id - Ketua Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, memproyeksikan pertumbuhan ritel kuartal IV-2023 mencapai angka 4,2 persen. Proyeksi tersebut sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan tahun lalu di angka 3,8 sampai 3,9 persen.
"Rata-rata pertumbuhan ritel kita, kita melihat di angka sekitar, mudah-mudahan di angka 4 sampai 4,2 persen. Tahun lalu kita di angka 3,8 sampai 3,9 persen," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Namun demikian, Roy menyebut, pertumbuhan itu bisa tercapai apabila produktivitas tetap terjaga, apalagi saat-saat momentum pesta demokrasi saat ini. Ia juga menyoroti fluktuasi harga pangan masih memperlihatkan kondisi yang tidak stabil.
"Pesta demokrasi ini tidak menghilangkan fokus para pejabat yang masuk dalam arena politik untuk tetap menjaga marwah pada negara sesuai tupoksinya," kata dia.
Industri ritel modern, kata Roy, belum pulih atau belum normal 100 persen. Hal ini lantaran masih berada pada status atau kondisi setelah pandemi COVID-19, yang mana 2,5 tahun menggerus semua sektor termasuk ritel modern.
Sektor ini, kata dia, mendapat benturan kondisi di dalam negeri maupun global. Misalnya, eskalasi konflik geopolitik, kemudian yang kedua terjadi anomali finansial akibat konflik yang terjadi.
"Kita tahu inflasi tinggi masih terjadi di beberapa negara, ada yang masih inflasi 78 persen bahkan ada yang inflasi masih 120 persen," ucap dia.
"Ada gejolak politik sehingga supply dan demand terganggu. Supply-nya kurang, demand-nya tetap maka harga naik. Nah, harga naik ini yang berkaitan dengan inflasi," sambung dia.
Kemudian, bisnis ritel juga terdampak adanya climate change yang berkontribusi secara tidak langsung pada inflasi. Perubahan cuaca berimbas pada produktivitas bahan makanan dan minuman menjadi terpengaruhi.
Di Indonesia, kata Roy, tentunya tidak lepas dari pengaruh kejadian-kejadian di global. "Sekarang pemerintah juga sedang menekan inflasi. Inflasi yang tertinggi justru di sektor pangan, misalnya, beras, sekarang gula juga terfluktuasi, para pedagang kita sudah tidak mendapatkan margin," kata dia.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Maya Saputri