tirto.id - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai mata uang Cina, Renminbi (rmb) alias Yuan, layak dipakai untuk menggantikan Dolar AS dalam transaksi perdagangan internasional.
Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani mengatakan Renminbi juga sudah waktunya dipakai dalam transaksi perdagangan antara Indonesia dengan Cina.
"Perdagangan perusahaan besar di Indonesia dengan Tiongkok sudah memperoleh nilai transaksi hingga 300 miliar rmb per tahun. Perkiraan kami [transaksi] yang pakai rmb baru 10 persen dari total perdagangan," ucap Hariyadi di Jakarta, pada Rabu (5/12/2018).
Dia optimistis penggunaan mata uang Renminbi dalam transaksi perdagangan Indonesia dengan Cina dapat membantu penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.
Menurut Hariyadi, hingga kini Apindo telah mendata 31 perusahaan besar di Indonesia yang akan menjajaki rencana penggunaan mata uang Cina dalam transaksi perdagangan internasional.
Namun, kata dia, realisasinya masih akan dibicarakan dengan Bank Indonesia, terutama untuk menyusun program sosialisasi mengenai alasan meninggalkan Dolar AS.
Hariyadi mencatat nilai perdagangan Indonesia-Cina kini mencapai total nilai 62 miliar dolar AS, dengan rincian impor 36 miliar dolar AS dan ekspor 26 miliar dolar AS.
Dia memperkirakan, peningkatan perdagangan Indonesia-Cina sebesar 20-30 persen dapat berdampak signifikan pada penguatan nilai tukar rupiah, jika Renminbi dipakai dalam transaksi.
"Kalau ini berhasil kami yakin nilai tukar rupiah bisa di bawah Rp14 ribu. Sektor keuangan akan merespons dengan penurunan suku bunga," ucap Hariyadi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom