Menuju konten utama

Dolar Dekati Rp13.000, Ekonom: Didorong Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mendorong penguatan rupiah mulai dari meredanya tensi trade war hingga harga minyak dunia yang turun.

Dolar Dekati Rp13.000, Ekonom: Didorong Faktor Eksternal
Ilustrasi rupiah dan mata uang dolar AS. ANTARA/Rivan Awal Lingga

tirto.id - Kurs rupiah terus menguat dalam satu bulan terakhir ini. Nilai tukar rupiah pada Jumat (30/11/2018) menembus Rp14.275 per dolar AS, atau menguat 6 persen dibandingkan posisi pada 1 November sebesar Rp15.128 per dolar AS.

Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi mengatakan penguatan rupiah saat ini lebih banyak didorong oleh faktor-faktor eksternal, ketimbang domestik.

“Mulai dari masuknya aliran dana asing, meredanya tensi trade war, harga minyak dunia yang turun, hingga hasil dari pemilu sela. Kombinasi itu akhirnya mengerek rupiah,” katanya kepada Tirto.id, Jumat (30/11/2018).

Dana asing akhir-akhir ini memang mulai masuk kembali ke domestik. Di SBN misalnya, per 28 November 2018, kepemilikan dana asing pada SBN mencapai Rp899,19 triliun. Angka ini menjadi angka terbesar sejak 23 Januari 2018 sebesar Rp880,2 triliun.

Meski begitu, porsi persentase asing di SBN itu justru menurun. Per 23 Januari, kepemilikan asing tercatat 41,1 persen. Sementara kepemilikan asing pada 28 November turun menjadi 37,74 persen.

“Tapi saya pikir kita tetap harus waspada, karena secara fundamental masih belum ada perbaikan. Dari simulasi kami, sentimen eksternal ini hanya berlaku sementara, sekitar 2-3 bulan saja,” tutur Fithra.

Di sisi lain, rencana The Fed menaikkan suku bunga pada Desember dan tahun depan juga tidak berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Hal itu dikarenakan rencana itu sudah jauh-jauh hari diumumkan, sehingga pasar sudah mengantisipasi.

Seperti diketahui, berdasarkan risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 7-8 November 2018 disebutkan bahwa sebagian besar pejabat dari The Fed memiliki kepercayaan diri yang kuat terhadap ekonomi AS.

Tak hanya itu, para investor pun juga memiliki harapan terhadap ekonomi AS. Meski begitu, dalam risalah tersebut, tidak ada indikasi bahwa The Fed akan menghentikan reli kenaikan suku bunga acuan.

“Hampir semua peserta FOMC menyatakan pandangannya bahwa reli kenaikan suku bunga dalam target yang ditetapkan untuk bunga dana federal, besar kemungkinan masih terjadi,” sebut risalah FOMC itu.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Ringkang Gumiwang
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Yantina Debora