tirto.id - Rupiah dan rupee sebagai dua mata uang terburuk di Asia menunjukkan kinerja terbaik bulan ini. Dua mata uang milik Indonesia dan India ini menutup bulan November dengan kenaikan masing-masing lebih dari lima persen.
Mengutip Bloomberg, Jumat (30/11/2018), kenaikan ini menjadi yang terbaik sejak 2015. Dua mata uang ini melonjak pada Kamis (29/11/2018) usai komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang melunak terhadap kebijakan suku bunganya dan mengurangi tekanan pada pasar negara berkembang.
Saham di Indonesia dan India juga naik, sementara imbal hasil obligasi merosot. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 1,9 persen, tertinggi dalam lebih dari empat bulan terakhir sehingga menjadikannya patokan saham Asia terbaik pada Kamis.
Sedangkan patokan India pada S & P BSE Sensex juga naik sebanyak 1,5 persen ke level tertinggi dalam hampir dua bulan ini.
Rupiah dan rupee pada dasarnya menjadi yang paling terpukul sepanjang tahun ini, salah satunya karena perang dagang AS - Cina. Rupiah bahkan terperosok ke titik paling rendah sejak 1998 pada Oktober lalu. India juga berada ada rekor terendah hingga kembali rebound pada awal November.
Dua mata uang ini memanfaatkan beberapa momentum untuk kembali perkasa. Dimulai dengan jatuhnya harga minyak dunia yang membantu mempersempit defisit bagi importir minyak mentah hingga optimisme yang dibangun dengan memanfaatkan celah dari pelonggaran perang dagang AS - Cina.
Dari dalam negeri, kebijakan BI cukup berpengaruh pada pergerakan rupiah. Bank Indonesia berusaha menstabilkan rupiah dengan melakukan intervensi misalnya menaikkan suku bunga.
"Saham dan obligasi Indonesia sangat sensitif terhadap pergerakan rupiah," kata Satria Sambijantoro, ekonom di PT Bahana Sekuritas.
“Jadi ketika mereka mendengar tentang komentar Powell - ditambah dengan strategi BI untuk mengapresiasi rupiah, arus masuk asing mengalir deras.”
Sementara itu, Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong sebelumnya mengatakan rupiah terdorong karena dipengaruhi paket kebijakan ekonomi XVI.
Kebijakan ini membuat sebagian pelaku pasar uang cukup optimis terhadap fundamental ekonomi nasional sehingga stabilitas rupiah masih relatif terjaga.
"Memang saat ini dampak kebijakan yang dikeluarkan belum terasa, namun itu cukup memberi kepercayaan pasar, ada upaya dari pemerintah menjaga fundamental ekonomi di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global akibat perang dagang," katanya, dikutip dari Antara.
Ia mengharapkan paket kebijakan itu dapat memperbaiki defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang selama ini menjadi perhatian pelaku pasar.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat pagi bergerak menguat sebesar 16 poin ke posisi Rp14.345 dibandingkan sebelumnya Rp14.361 per dolar AS. Sementara itu rupee hari ini diperdagangkan pada level Rs69,76 per dolar AS.
Sedangkan kurs tengah nilai tukar mata uang Cina renminbi atau yuan melemah empat basis poin menjadi 6,9357 terhadap dolar AS pada Jumat, menurut Sistem Perdagangan Valuta Asing Cina.
Transaksi Antarbank Jakarta (Dolar AS ke Rupiah) selama November:
29 November 2018 - RP14.408
28 November 2018 - Rp14.535
27 November 2018 - Rp14.504
26 November 2018 - Rp14.551
23 November 2018 - Rp14.552
22 November 2018 - Rp14.592
21 November 2018 - Rp14.618
19 November 2018 - Rp14.586
16 November 2018 - Rp14.594
15 November 2018 - Rp14.764
14 November 2018 - Rp14.755
13 November 2018 - Rp14.895
12 November 2018 - Rp14.747
9 November 2018 - Rp14.632
8 November 2018 - Rp14.651
7 November 2018 - Rp14.764
6 November 2018 - Rp14.891
5 November 2018 - Rp14.972
2 November 2018 - Rp15.089
Editor: Yantina Debora