tirto.id - Apakah sholat tarawih membaca doa iftitah? Sebagian orang ingin tahu jawaban ini karena doa iftitah kerap dibaca saat menjalankan salat fardu atau sunah lainnya.
Doa iftitah dibaca setelah melakukan takbiratul ihram ketika memulai salat. Bacaan iftitah didahulukan sebelum seseorang melantunkan surah Al-Fatihah.
Adapun pada salat tarawih, pelaksanaannya dibagi ke beberapa bagian. Contohnya untuk salat tarawih 11 rakaat termasuk witir, didirikan salat dengan formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1. Sebagian orang masih ragu apakah doa iftitah wajib dibaca di setiap bagian formasi salat tarawih, hanya sekali di bagian formasi awal saja, atau justru tidak wajib.
Apakah Doa Iftitah itu Wajib saat Shalat?
Membaca doa iftitah ketika salat hukumnya sunah yang dianjurkan (sunah muakad). Hukumnya tidak sampai kepada wajib.
Dengan sifat hukum tersebut, salat akan tetap sah meskipun seseorang tidak sempat membaca doa iftitah. Hal ini berlaku baik bagi imam maupun makmum.
Doa ini dibaca setelah takbir dan melantunkan surah Al-Fatihah. Penggunaannya dilakukan pada salat fardu dan dapat pula diterapkan untuk salat nafilah (salat sunah).
Apakah Shalat Tarawih Wajib Membaca Doa Iftitah?
Selama malam bulan Ramadhan, umat Islam disunahkan untuk mendirikan salat tarawih setelah isya. Di Indonesia, salat tarawih kerap dilakukan secara berjamaah di masjid atau mushola.
Pengerjaan shalat tarawih secara umum ada yang melakukannya 8 rakaat ditambah 3 shalat witir. Formasinya adalah 4 rakaat, 4 rakaat, ditambah 3 witir. Jika tidak, salat ini dilakukan 2 rakaat sekali salam dengan formasi 2-2-2-2-2-1.
Ada pula yang melakukan 20 rakaat diikuti 3 rakaat witir. Pengerjaannya dilakukan 2 rakaat demi 2 rakaat, dengan formasi 2-2-2-2-2-2-2-2-2-2 ditambah shalat witir yang dilakukan 2 rakaat dan 1 rakaat.
Dengan shalat yang dipisahkan 4 rakaat demi 4 rakaat atau 2 rakaat demi 2 rakaat, apakah shalat tarawih wajib membaca doa iftitah?
Dalam salah satu hadis tentang doa iftitah, Aisyah pernah ditanya oleh salah satu sahabat. Kemudian ia menjawab:
"Nabi saw. ketika shalat malam, beliau memulai shalatnya dengan membaca doa iftitah, “Allahumma Rabba Jibril wa Mikail wa Israfil.” (HR. Muslim 1847).
Jika berdasarkan ketentuan tersebut, maka doa iftitah dapat dibaca sekali saja di tiap awal sholat tarawih dan tidak perlu diulangi pada rakaat berikutnya.
Kendati demikian, terdapat pandangan berbeda yang menyatakan doa iftitah selalu dibaca di tiap awal sholat alias diulang-ulang setelah takbiratul ihram pada setiap rakaat.
Pendapat ini mengacu pada salah satu hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah. Melihat salatnya Nabi, ia bertanya,"Ya Rasulullah, apa yang Anda baca ketika kami tidak mendengar suara anda antara takbiratul ihram dan fatihah?".
Lantas Nabi menjawab, "Saya membaca doa iftitah:
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
"Allahumma baa’id bainii wa baina kha-thaayaa-ya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib......” (HR. Bukhari no. 744, Muslim no. 598, An Nasai no. 896)
Shalat tarawih pakai iftitah atau tidak, terdapat dua pandangan. Pendapat pertama menyatakan doa iftitah cukup dibaca sekali saja dalam sebuah sholat (rakaat pertama). Adapun pendapat kedua, menyatakan dibaca pada setiap rakaat awal dalam formasi sholat tarawih.
Contoh Bacaan Doa Iftitah Arab, Latin dan Artinya
Berikut adalah contoh doa iftitah sebelum membaca surah Al-Fatihah ketika salat:
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ
Allahumma baa’id bainii khathayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib. Allaahumma naqqinii minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Allahummaghsil khathayaaya bil maa-I wats tsalji wal barad.
Artinya, "Wahai Allah Jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat, ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana bersihnya baju putih dari kotoran, ya Allah basuhlah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan air dingin,".
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Allahu Akbar kabiira, walhamdu lillaahi katsiira, wasubhaanallahi bukratawwa ashiila. Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa anaa minal musyrikiin.
Artinya,"Allah Mahabesar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji hanya kepunyaan Allah, pujian yang banyak, dan Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang. Kuhadapkan wajahku (hatiku) kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin."
Penulis: Beni Jo
Editor: Fitra Firdaus
Penyelaras: Ibnu Azis