tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menyelenggarakan debat capres dan cawapres Pilpres 2024 sebanyak tiga kali. Debat ketiga sudah digelar pada Minggu, 7 Januari 2024 di Istora Senayan, Jakarta Pusat. Lalu, apakah debat capres cawapres mempengaruhi elektabilitas di Pemilu 2024?
KPU sebelumnya sudah mengumumkan bahwa debat akan berlangsung selama lima kali. Dengan demikian, masih ada dua kali debat lagi yang apabila sesuai jadwal, akan dilaksanakan pada Minggu, 21 Januari dan Minggu, 4 Februari 2024.
Tujuan diselenggarakannya debat untuk menunjukkan gagasan, profil, visi dan misi dari masing masing paslon capres dan cawapres. Harapannya, melalui debat, publik dapat menilai kandidat mana yang tepat untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Supaya jalan debat berjalan terarah, KPU sejak jauh hari telah menyusun mekanisme dan tema debat. Adapun tema yang diusung dalam debat capres cawapres merujuk pada visi nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan memedomani Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Debat dibagi ke dalam 6 segmen yang terdiri atas pembukaan, pemaparan visi-misi dan program kerja, tanya jawab serta penutupan.
Apakah Debat Capres Mempengaruhi Elektabilitas?
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 15 Tahun 2023 tentang Kampanye Pemilihan Umum Pasal 26 ayat (1) huruf (h), debat capres dan cawapres merupakan salah satu metode kampanye.
Seperti diketahui, debat capres dan cawapres Pemilu 2024 sudah berlangsung sebanyak tiga kali dari lima kali rangkaian debat. Acara debat disiarkan secara langsung oleh media massa melalui lembaga penyiaran publik atau swasta.
Setiap paslon diberikan kesempatan di dalam debat untuk memaparkan apa yang akan mereka lakukan jika nanti masyarakat Indonesia memberikan kepercayaan kepada mereka untuk memimpin Indonesia.
Untuk itu, setiap paslon diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan semaksimal mungkin untuk menaikkan elektabilitas mereka.
Dalam Pemilu, dinamika elektabilitas atau tingkat keterpilihan sangat penting untuk diamati oleh setiap paslon capres dan cawapres. Pasalnya, elektabilitas merupakan salah satu bentuk prediksi keterpilihan dan potensi kemenangan.
Elektabilitas antara tiga pasangan capres dan cawapres yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD sejak jauh hari berdasarkan sejumlah lembaga survei terpantau bersaing sengit.
Debat yang disiarkan secara langsung melalui saluran televisi hingga platform media sosial tentu sedikit banyak memberikan pandangan baru untuk masyarakat terhadap kandidat pilihan mereka.
Namun, apakah debat berpengaruh terhadap elektabilitas masing-masing paslon?
Pengamat politik dari Universitas Diponegoro, Triyono Lukmantoro menyatakan bahwa debat Pilpres 2024 memang perlu digelar. Tetapi menurut dia, debat tidak memberikan pengaruh besar terhadap elektabilitas masing-masing paslon capres dan cawapres.
Pasalnya, Triyono mengatakan masyarakat secara pribadi sudah memiliki kecenderungan menyukai kandidat tertentu, dan sulit untuk digoyahkan.
"Debat capres akan ubah elektabilitas tiap calon? mungkin iya, tapi tidak signifikan, orang sudah punya preferensi politik dan sudah punya kemantapan,” katanya di Semarang, Selasa (12/1/2024) dikutip Antara News.
Triyono juga menjelaskan, debat sebanyak lima kali pun, belum tentu dapat membuat masyarakat pindah ke lain hati.
"Apakah dengan debat lima kali apakah akan berubah? belum tentu juga, orang itu kalau sudah jatuh hati mau diubah ngak mau,” ucapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa yang terpenting dalam debat adalah operasional pelaksanaan program kerja bukanlah hak-hak yang berkaitan dengan konseptual yang terlalu abstrak.
Lebih lanjut, Triyono menyarankan supaya masing-masing paslon dalam debat lebih memfokuskan diri dengan pembahasan mengenai solusi dalam menangani permasalahan.
Masyarakat menurut dia, lebih tertarik dengan langkah-langkah operasional dalam menuntaskan permasalahan, ketimbang mendengarkan kandidat berkoar-koar memaparkan program yang cenderung konseptual.
Penulis: Wulandari
Editor: Balqis Fallahnda & Iswara N Raditya