tirto.id - Sebelum 8 November kemarin, separuh Amerika Serikat bergairah menunggu panggilan baru untuk Bill Clinton, mantan presiden mereka. Entah itu First Husband atau First Gentlement—Bapak Negara atau Suami Presiden. Pendukung Hillary, istri Bill, semangat menanti sejarah baru yang akan ditorehkan AS.
Sayangnya mereka salah, karena mereka ternyata kalah. Donald Trump yang justru menjadi pemenang.
Tapi bukan berarti tak ada sejarah baru yang dibuat. Istri Trump, Melania Trump, adalah mantan bintang panas. Ia akan menjadi Ibu Negara AS pertama yang pernah berpose telanjang di sampul majalah. Melania juga jadi Ibu Negara kedua yang tidak lahir di Amerika Serikat, setelah Louisa Adams, Ibu Negara AS 1825, istri John Quincy Adams.
Mungkin yang justru paling menarik adalah Melania menjadi Ibu Negara pertama yang merupakan imigran dengan orangtua yang masih tinggal di negara lain. Ini fakta yang tak buruk-buruk amat, mengingat pandangan politik Trump yang sinis pada etnis minoritas, termasuk para pendatang di Amerika.
Meski tak pernah menyebutkannya secara langsung pada media, keengganan Melania menempati posisi Ibu Negara mulai terbaca. Seperti dilaporkan The New York Times, Trump mengatakan istrinya tak akan pindah dulu ke Gedung Putih sampai Baron, putra mereka, menyelesaikan sekolahnya pertengahan tahun depan. Selama masa transisi, Melania juga terkesan menghilang dan tak terlihat mendampingi Trump.
Ivanka Trump, putri pertama Trump dari pernikahan pertama, malah tampil lebih dominan belakangan. Ia bersama suaminya, Jared Kushner, dipilih Trump menjadi pembicara kunci di tim transisinya. Beberapa kali, Ivanka juga selalu tampak hadir dalam rapat-rapat Trump selaku presiden terpilih. Salah satunya saat Trump menemui para petinggi Silicon Valley, 14 Desember lalu. Atau saat berjumpa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, 17 November lalu.
Padahal, dalam wawancara keluarga Trump dengan Lesley Stahl dari 60 Minutes, Ivanka menegaskan dirinya tak akan terlibat dalam pemerintahan Trump. Dan hanya akan “menjadi putri yang baik saja".
Tapi yang ia perlihatkan lebih dari sekadar menjadi "putri yang baik". Ivanka dan suaminya dikabarkan akan pindah ke DC, agar lebih dekat dengan Gedung Putih. Ivanka diperkirakan memang membidik kantor Ibu Negara sebagai tempatnya berkegiatan selama empat tahun ke depan.
Dalam sejumlah kesempatan, Trump bahkan terang-terangan menyuruh Ivanka menemui tokoh penting untuk mewakili dirinya. Misalnya saat bicara via telepon dengan Presiden Argentina, atau saat House of Minority Leader AS Nancy Pelosi ingin berdiskusi dengan Trump terkait isu-isu perempuan.
Dalam sejarah AS, Ibu Negara memang tak selalu berasal dari pasangan sang Presiden. Harriet Lane, keponakan Presiden James Buchanan, adalah orang pertama yang digelari Ibu Negara tapi bukan karena menikahi sang presiden. James Buchanan sendiri dikenal sebagai satu-satunya Presiden AS yang tak pernah menikah. Sehingga tak punya istri atau anak yang bisa diutus untuk mengisi peran Ibu Negara.
Martha Jefferson Randolph adalah putri pertama Presiden Thomas Jefferson yang menjalani tugas Ibu Negara AS. Ia harus melakoni peran ini karena sang ibu meninggal 20 tahun sebelum ayahnya dilantik.
Rose ‘Libby’ Cleveland, adik Presiden Grover Cleveland, juga menjadi Ibu Negara pertama yang berasal dari tali keturunan yang sama dengan sang presiden. Tapi posisi itu tak lama dipegangnya karena Presiden Grover menikahi Frances Cleveland, 14 bulan kemudian.
Ada pula si 17 tahun Susan Ford, putri bungsu Presiden Gerald Ford, yang menggantikan posisi ibunya Betty Ford, selama sang ibu memulihkan diri dari masektomi.
Tapi semua kisah itu terjadi lebih dari satu abad lalu. Terakhir kali seorang anak memerankan sebagai Ibu Negara terjadi pada 1914, ketika istri Presiden Woodrow Wilson meninggal saat kepemimpunan Wilson baru dua tahun. Margaret Wilson menggantikan posisi ibunya sampai sang ayah menikah lagi dengan Edith Bolling Galt Wilson.
Sebenarnya, kisah serupa masih dijalani Anna Roosevelt, putri dari Franklin dan Eleanor Roosevelt pada 1942. Bedanya, waktu itu Eleanor tidak sedang sakit parah. Ia hanya menolak salah satu tugas Ibu Negara untuk menjadi nyonya rumah. Semisal untuk menyambut tamu, mengatur rumah tangga Gedung Putih dan hal-hal domestik lainnya.
Eleanor memang dikenal sebagai salah satu Ibu Negara yang paling aktif dengan sejumlah program yang ia jalankan saat menjabat. Sejak memergoki hubungan terlarang sang suami dan sekretarisnya, Lucy Mercer, Eleanor memang agak sedikit menjaga jarak dengan Franklin. Ia lebih senang menenggelamkan diri dalam aktivitas luar. Semacam membagi tugas Ibu Negara, Eleanor memutuskan Anna yang mengambil alih tugas sebagai Nyonya Rumah.
Tujuh puluh lima tahun kemudian, Ivanka Trump tampaknya mau mengulang sejarah sekalian membuat yang baru.
Ia memang belum bilang akan mengambil alih posisi Ibu Negara dari ibu tirinya. Tapi melihat gerak-geriknya selama masa transisi, Kate Andersen Brower, penulis buku First Women: The Grace and Power of America’s Modern First Ladies, menilai Ivanka benar-benar siap terjun ke medan tempur politiknya untuk pertama kali.
Ivanka tampil “sangat siap menjadi penasihat, advokat, dan hostess (nyonya rumah) sekaligus. Sesuatu yang merevolusi peran (Ibu Negara) tersebut—dan menjadikannya karakter Ibu Negara paling kuat yang pernah ada,” tulis Brower untuk Toronto Sun.
Dalam artikel “Akankah Ivanka Trump Menjadi Putri Negara Paling Kuat dalam Sejarah?”, The New York Times mencoba menggambarkan karakter Ivanka yang dinilai jauh lebih bersahaja daripada sang ayah. Sejumlah tokoh mengganggap Ivanka bisa mengimbangi kekurangan sang ayah, dan Ibu Negara yang asli: Melania Trump. Minimnya pengalaman politik Ivanka dinilai tak akan terlalu berdampak pada perannya sebagai Putri Negara—sebutan media untuk Ivanka yang menolak disebut terlibat urusan Gedung Putih, tapi malah terlihat lebih getol ketimbang Ibu Negara.
Namun dalam artikel yang sama, Shannon Coulter, penggagas gerakan #GrabYourWallet yang bertujuan memboikot 50 jenama milik Trump punya pandangan sinis pada Ivanka.
“Orang-orang pikir karena dia dipoles dan pintar omong, dia lantas tak seperti ayahnya. Kupikir dia malah lebih berbahaya karena dia lebih banyak polesan,” kata Coulter.
Josh Zeitz, dosen Universitas Cambridge dan Universitas Princeton yang mengampu sejarah politik Amerika, punya saran untuk Ivanka jika serius mau bergulat sebagai Ibu Negara. Dia menyarakan Ivanka dan suaminya harus melikuidasi aset mereka. Sebab, “Tak ada preseden sejarah—Ibu Negara yang menggunakan kantornya untuk keuntungan pribadi,” tulis Zeitz untuk Politico.
“Jadi Ibu Negara berarti meletakkan negara di atasmu. Kalau Ivanka tak bisa begitu, baiknya dia tinggal di Manhattan saja,” tutup Zeitz.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Zen RS